Mimpi bagi sebagian orang biasa mungkin sekedar bunga tidur.
Tapi tak jarang bagi orang tertentu terutama orang salafus saleh mimpi adalah sebuah firasat dan juga merupakan pesan peringatan akan sesuatu hal yang mungkin terjadi.
Malam belum begitu larut ketika aku baru saja menyelesaikan solat fardhu isya, rasa kantuk mendera luar biasa.
Aku membaringkan tubuhku bersiap untuk tidur ketika tiba-tiba saja ponsel berdering.
Dengan mata menahan kantuk yang luar biasa aku menjawab juga telpon mas Tanto, calon suamiku yang tengah menjenguk ibunya di luar kota.
Belum sempat mas Tanto mengucapkan sepatah kata apapun, aku mendahului bicara.
"Maaf mas aku ngantuk banget, telp lagi nanti ya, aku sudah mau tidur nih."lalu aku pun mengakhiri pembicaraan dan menutup telpon nya.
Keesokkan harinya pagi-pagi sekali kembali mas Tanto menghubungiku by phone menyampaikan kabar tentang keadaan ibunya yang mulai membaik.
"Alhamdulillah."hanya itu yang bisa kuucapkan.
Sejujurnya aku terpengaruh dengan mimpi malam tadi.
Dalam mimpi aku melihat mas Tanto memotong rambut nya sebatas bahu, dia memang terbiasa berambut panjang, berkali-kali aku meminta untuk memotong rambutnya tapi dia selalu menolak, 'sayang'katanya, begitulah ciri seorang seniman kerap kali berbeda dari orang kebanyakan.
"Kenapa diam?"ujar mas Tanto
Dengan sedikit terkejut aku mencoba bercerita tentang mimpiku kepadanya.
"Mas tadi malam dalam mimpi aku melihat mu dengan rambut yang sudah dipotong dan kamu berpamitan kepadaku akan pergi."
"Lalu?coba teruskan."pintanya.
"Di dalam mimpi aku berusaha mengingatkanmu, tentang janjimu untuk menikah denganku tapi kau nampak tidak peduli."
"Semoga saja itu pertanda baik."ucap mas Tanto penuh harap.
"Amin"aku pun mengaminkan
***
Beberapa hari kemudian setelah ibunya membaik mas Tanto kembali memberi kabar melalui pesan singkat.
[Assalamu'alaikum adik, maaf sebelumnya mas memberikan kabar melalui pesan WhatsApp saja, sejujurnya mas tidak sanggup untuk mengatakan ini.
Semoga kamu bisa memahami keadaan mas, mas tidak bisa kembali kepadamu, atas permintaan ibu mas di jodoh kan dengan perempuan yang masih ada hubungan keluarga dan harus segera menikahi nya, melihat kondisi ibu yang masih dalam keadaan sakit mas tak kuasa untuk menolak, sekali lagi tolong maafkan mas ya.]
Tak ada sepatah kata pun yang mampu kutuliskan, untuk membalas pesannya.
Terlintas dalam ingatanku tentang mimpiku beberapa malam lalu, inikah makna nya?
Sebagai peringatan atas segala harapan yang selama ini di semai kan di dalam angan?
Sungguh telah disabdakan oleh Rasulullah, beliau melarang kita untuk panjang angan-angan tentang sesuatu yang belum pasti.
Jangan terlalu berharap kepada janji manusia, percayalah kepada janji Allah swt saja.
Dalam kesedihan aku menyadari kesalahan diri.
Sangat banyak yang harus aku perbaiki, hijrah seorang wanita bukan sekedar menutup aurat saja.
Mimpi itu seakan teguran, peringatan agar aku lebih meningkatkan iman.
Alhamdulillah ya Allah atas ujian kehidupan yang Kau kirimkan agar aku tak lengah dalam setiap keadaan.
Apalagi tentang rasa cinta yang seringkali menjadi pemicu kemaksiatan.
Kini, insyaAllah aku takkan tergoda dengan janji laki-laki yang belum tentu jodoh bagiku.
Semanis apapun cinta ditawarkan hanya akan menjadi racun bila belum dihalalkan.
Itulah yang kualami.
Bahkan disaat telah ditancapkan niat hijrah di dalam hatiku, ujian pun semakin bertubi datang silih berganti, sungguh kalau bukan karena Allah yang me rakhmati, tak mungkin semua bisa diatasi.
Sesungguhnya semua perbuatan baik yang terjadi dan mampu aku lakukan semata karena Allah juga.
Apalah daya aku hanyalah seorang hamba, untuk bernafas saja takkan bisa tanpa pertolongan dari Nya.
Dalam kesendirianku kini, aku menikmati untuk lebih mendekati Nya.
Kuhabiskan waktu untuk bermuhasabah, beruzlah mengikuti tradisi para nabi sesuai dengan kemampuan diri.
Sikap lillah karena Allah saja, membuktikan betapa bila Allah berkehendak tak ada yang bisa menahan ataupun menghalangi.
Disuatu hari jodoh pun datang sendiri, seorang alim mencari jodoh untuk anaknya seorang Tahfidzul Qur'an.
Beliau meminang diriku untuk putranya Asep Ibnu yang ternyata pernah satu pesantren denganku sebelum Asep akhirnya mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliahnya di Al Azhar Cairo.
Alhamdulillah ya Allah, begitulah cara Allah memantaskan, terkadang melalui banyak cobaan dan rintangan.
Kini kami hidup bahagia menjalani sunnah Rasulullah, di dalam rumah tangga yang syakinah mawadah warahmah.
Hidayah itu datang kepadaku dari sebuah mimpi yang bermakna kehilangan.
Bila kita ikhlas dengan apa yang diambilnya niscaya Allah swt akan memberikan ganti dengan yang lebih baik lagi.
Manusiawi merasakan kesedihan di dalam menjalani berbagai ujian kehidupan hingga melupakan bahwa Allah telah berjanji akan memberikan ganti yang lebih baik lagi jika memantapkan untuk hijrah kepada kebaikan. Yakinlah
~~~Tamat
#Cermin
FIRASAT
Karya : Tati Kartini
TATI KARTINI |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar