RUANG PEKERJA SENI ADALAH GROUP DI JEJARING SOSIAL FACEBOOK, BERTUJUAN…MENGEPAKKAN SAYAP – SAYAP PERSAHABATAN…MELAHIRKAN KEPEDULIAN ANTAR SESAMA…MEMBANGUN SILATURAHMI/TALI ASIH…SAHABAT LEBIH INDAH DARIPADA MIMPI.

Jumat, 23 Juli 2021

Cermin - DI PANTAI ITU, KAMU Karya : S Pandi Wijaya


 
   "Om, lagi apa sendirian ?" Gadis kecil yang cantik, gumamku. Menatapi gadis kecil berdiri di depanku dengan tanyanya. Entah dari mana bidadari kecil itu datang.

"Kamu siapa anak manis ...?" tanyaku sembari mencari orang yang mungkin bersama gadis kecil ini.

"Orang tuamu ke mana ?" tanyaku lagi.

"Bunda bilang, tidak sopan menjawab pertanyaan orang dengan pertanyaan. Tidak baik, " sahut gadis kecil itu.

"Jawab dulu pertanyaan Gin, baru Om boleh tanya Gin, " tegas gadis kecil itu menyambung.

Mengerung alisku. Anak pandai, gumamku.
"Oh iya, Bundamu memang benar. Maaf ya Om belum jawab pertanyaan kamu, " timpalku seraya menepuk jidat sendiri.

"Om ini payah, heehee ...!"seru Gin, nama gadis kecil itu sambil tertawa renyah. Lucu.

"Om jawab pertanyaan kamu yah, " ujarku.

"Om sedang memandangi ombak di laut itu. Om juga sedang menikmati udara segar di sini," jelasku pada gadis kecil itu.

"Sekarang aku jawab pertanyaan Om, " bilang gadis kecil itu.

"Pertanyaa Om yang mana ya ...!?" timpalku berlagak lupa.

"Payah, payah. Om memang payah !" seru gadis kecil itu seakan menganggap aku ini pelupa, "biar aku langsung jawab saja, " sambungnya.

"Om panggil saja aku, Gin. Aku hanya bersama bunda dan suster. Ayah sedang tugas di luar kota. Luar kota itu jauh sekali," ujar Gin.

"Bunda dan susterku di sana, Om," Gin menunjuk ke satu arah, " mereka juga sedang menikmati segarnya udara pantai, " jelasnya.

Aku memandang ke arah yang ditunjuk Gin. Aih, mata ini mulai buram melihat ke kejauhan. Samar, tapi kulihat dua sosok perempuan di arah tunjukan Gin.

"Gin boleh tanya Om ...?"

"Boleh. Semoga Om bisa jawab ya."

"Kenapa karang itu bolong, Om ? Apa sebab karena itu disebut karang bolong ?"
Gadis kecil yang ingin serba tahu, gumamku. Dan semakin aku tegasi, ada bayang wajah yang kukenali melintas. Wajah masa lalu itu seperti ditegaskan lagi oleh wajah Gin.

Akh, aku segera menepis bayangan itu. Siapapun bisa jadi seperti apa yang dipikirkan bila kenangan menggenang.
Ri, akh ....!

"Om melamun ya !?" tegur Gin.

"Eh, maaf ya Gin. Om hanya sedang mencari jawaban atas pertanyaan Gin, " ujarku menghindar tatapan mata Gin.

Mata itu serupa matamu, Ri. Bulat, bening memberi kedamaian.

"Om melamun kan !?" seru Gin.

Aku jawab dengan senyum.
"Begini Gin, karang itu bolong mungkin saja sebab sekian lamanya terkena ombak laut. Lalu karang itu terkikis sedikit demi sedikit, bisa jadi dalam puluhan tahun lamanya di terpa ombak. Maka lama-lama karang itu bolong, " jelasku semampuku.

"Lalu bisa saja tempat ini dinamakan Karang Bolong karena keberadaan karang bolong yang indah itu, " jelasku lagi menambahkan.

"Om pintar, bisa menjelaskan dengan baik. Terima kasih Om, " ujar Gin tampak puas.

"Gin, kamu dicari bunda tuh. Kita akan segera pulang, " dari kejauhan seorang perempuan memanggil Gin.

"Iya Bu. Sebentar, Gin izin pamit dulu, " sahut Gin pada perempuan itu.

"Itu susternya Gin, Om. Sebel Gin lahir, itu susternya Bunda sampai bunda menikah dan lahirlah Gin. Sekarang jadi susternya Gin, " jelas Gin tentang perempuan yang menghampirinya.

"Gin pamit ya Om. Semoga kita bisa berjumpa lagi, " pamit Gin.

"Selalu jadi anak yang baik ya, Gin. Terima kasih sudah menemani Om, " ujarku.

Perempuan yang menjemput Gin, menegasiku setelah agak dekat.
"Mas Son ...!?" lirih suara perempuan yang nyaris serupa desah, samar sempat kudengar. Dan wajah perempuan paruh baya itupun seakan tak asing bagiku. Perempuan itu menyebut namaku ? tanyaku di batin. 
Sambil menjauh perempuan itu berkali-kali memandang ke arahku.

Itu, bu Darmi ...! seruku membantin mengingat perempuan itu. Bu Darmi, Ri ...? Lalu Gin, putri Ri-kah !? Wajah Gin nyaris mirip Ri. Mata Gin serupa mata yang dimiliki Ri. Akh, terlambat kukejar. Ketiga perempuan itu telah dibawa lari mobil berlalu menjauh.

Akh Ri, di pantai itu kamu
Kenangan kembali menggenang
Pada jejak di pasir terhapus riak
Hanya buih tertinggal dengan asa tanggal
Angin membiusku ngilu pilu

Ri, adalah engkau di pantai itu
Di samudraku masih meneriakan ombak
Meraba-raba, mencumbui karang
Terhempas sebagai buih ...

Lalu
Aku hanya buih ....

---------------------TAMAT-----------------



Cermin -
DI PANTAI ITU, KAMU
Karya : S Pandi Wijaya
#belajar_bikin_cerita
SPW,
Pandeglang, 22122020
( Catatan Kelana Bodo )










Tidak ada komentar:

Posting Komentar