Sabtu, 24 Mei 2014
Kumpulan Puisi Den Bagus Lucas Atmadja - DIMANA KAWANKU (THE GOLDEN BOY)
YANG KELAM
Kau tak perlu mengingat
Saat situasi mulai menyengat
Merah putih mulai berkarat
Bawah pulang yang telah lenyap
Meski tulang tak wujud
Setidaknya buat kami bersujud
Masa Silam terselami
Jarak tak terhitung lagi
Menyirat peristiwa
Penuh gerak dan kepentingan
Kemisan ajang hårapan
Tumpuan pada keadaan
Meski diam lebih menyengat
Menyengat pantat penghianat
Menggoyang kesaksian bisu
Ditengah gempuran
Datang badai kecik
Badai besar pergi tinggalkan bara
Bara yang terus menyala
Ditengah gelapnya prahara
Anakmu yang hilang
Anakmu yang tampan
Suaranya ditelan gelap
Gelapnya mata para dalang pelaku peristiwa
Sepi...
Sepi...
Sepi...
Ditengah tugu kemisan
Semoga ada lentera di gelapnya mata penguasa.
_________
**Den Bagus Lucas Atmadja
**27 mei 2014 Bekasi-karawang
DIMANA KAWANKU "THE GOLDEN BOY"
Munir sudah pergi
meninggalkan bumi
Munir-munir yang lain
masih bersembunyi
Diketiak berdasi
Kita tak bisa lagi
Membeli Hak tinggi
bermerek asasi
Asas diri sendiri
Didalam negeri
Lebih memiliki arti
Demi kemerdekaan
terus dan terus sampai nanti
Sampai mereka mengerti
Hak kita terus tererosi
Oleh kepentingan wajah yang mengaku pribumi
Pantaskah ia menjadi raja dinegeriku
Sedangkan kawanku belum juga kembali
Titip salam pada peluru
“Sayalah monster di belakang segala-galanya,” dengan ironi yang tidak disembunyikannya.
Yang mungkin bersarang
Di ulu hati kawan kami
Pemimpin....jika kau
Menjadi Raja negeri ini
Luka kami akan semakin tinggi.
Menyembuhkan dengan cari kami
Hanya ada satu kata dari kawan kami
: LAWAN !
_________
**Den Bagus Lucas Atmadja
**28 April 2014 Bekasi-karawang
-------------------------
KUSEBUT
Putih adalah putih
Hitam adalah hitam
POLITIK
Merah adalah kuning
Kuning adalah biru
_____
**Den Bagus Atmadja
**21 April 2009 Solo
“HIMSA KARMA”
Kita tidak bisa memilih rahim mana yang melahirkan kita.
Ibu....
Usiaku belum genap empat minggu,
Belum merasakan hangatnya nafasmu
Dengan alur cerita yang mungkin bisa aku rangkai disetiap warna pelangi
Untuk aku bagi setelah badai melanda duka menjadikan senyum disetiap wajah yang merasakan perih teraniyaya sepertiku
Tapi itu hanyalah mimpi yang terbuang oleh rakus nafsumu
Terlalu cepat...ibu mengantarku pada malaikat berjubah ,untuk menemani bersamanya di keabadian rasa.
Pesan santun dari malaikat untuk ibu,Seandainya ibu tidak membungkusku dalam kafan ,dan membuangku dalam jambang ,Aku akan menjadi pemimpin yang disegani
Mungkin ibu bangga telah melahirkan membesarkan dan mendidikku
Menjadi pemimpin yang disegani
Kini Hanya perih yang ibu rasa
Dan aku telah bahagia ditaman surge
Hanya satu pesan untuk ibu
Aku...Tidak akan menjadi malaikatmu.
____
**Den Bagus Lucas Atmadja
**02 oktober 2013
SATYAM EVA JAYATE
Satu persatu
Bunga lilin gugur
Tersisa dua
Satu dua kubu
Kubu lawan
Kubu bajingan
Sejak dulu
Sejak orde paling baru
Sampai orde-ordean
Menikam bapak
Hal biasa
Sampai ambisi
Mengikis usia
Semua menaruh harap
Menaruh mimpi
Pada pundak ambisi
Kita Jangan
Berpangku tangan
Sebab Hanya kita
Yang bisa merubah keadaan
Tanpa melihat perihnya peristiwa
Abaikan semua
Yang menjerat kaki berlari
Bentangkan sayap
Selebar-lebarnya
Dari sabang sampai merauke
Benih mimpi telah kita sebar
Tak ada kemajuan
Bila masih berpangku tangan
Kini saatnya menyongsong masa depan
Indonesia Indonesia
Bukan milik segelintir orang
Tapi milik kita bersama
INDONESIA JAYA
______
**Den Bagus Lucas Atmadja
**20 MEI 2014
** Satyam Eva Jayate", "pada saatnya
kebenaran lah yang akan menang".
"PAK,DENGARLAH..."
Kami bukan pilihan sepertimu
Dan kami bukan boneka yang bisa di mainkan semaumu
Saat rumah dan ladang kami hangus oleh rakus para Tikus
Tak ada lagi benih jagung yang kami tanam,Tak ada lagi gerak tuk menghidupi anak istri ,Dimana engkau bersembunyi saat situasi perut harus terisi
Kesuburan ditanah ini harus diwariskan,seperti tetua mewariskannya kepada kami
Haruskah kami memaku langkah
Mengeja tangan pada tanah sendiri
Saat engkau pesta keringat kami,
Dibangku yang kami beripadamu
Sudikah kami memilihmu "Tidak..."
Bila masih saja merampok
Demi kepentingan perutmu.
_____
**Den Bagus Lucas Atmadja
**20 Mei 2014
MALON KEMBALI BERULAH
Ulahmu rakus menggerus
Jengkal demi jengkal tanahku terkikis
Berseliweran dalil di benteng salahmu
Sibuk pemilu kau bangun megah mercusuar ditanah merah putih
Lemah terlalu luas untuk terawasi
tanah surga negeri gemah
ripah loh jinawi mungkin kau iri
Dimasa silam kau sebut aku pencuri
Disaat situasi seperti ini kau kusebut pencuri mana sebenarnya yang disebut pencuri Kau apa aku jika jelas pancang telah menancap
Banyak yang hilang karena ulahmu
Saat tanahku sibuk dengan urusan pemilu Malah kau senaknya membangun dan mengusir nelayanku
Ditanya siapa yang
perintahkan ini perintah dari kerajaan trik-trik busuk kau mainkan
Mengaku serumpun malah kau injak
Rakyat tak tau jika belum keruh
Diam-diam mendukung ulahmu
Tuanku tak berani berdiri melawan
Jika saja berani ucap putra fajar kuikuti ganyang tanahmu.
_____
**Den Bagus Lucas Atmadja
**28 Mei 2014 Depok
RINDU SANG KHALIK
Panitia kematian
Segala perlengkapan disiapkan
Menyambut jenazah
Tangis berirama jerit
Mengalun indah penuh harmoni
Wewangi bunga tercium sempurna
Hiasi memori hati
Lantunan syair
Buku-buku suci
Terbaca oleh para santri
Menambah sakral
Langit yang kelam
Mengantar arwah
Untuk berjumpa sang Khalik
Telah Mengantar bayang
Pada Sebuah kesunyian
Sepi merasuk pada gelap
Gelap yang tercipta pada amal
Sempainya sinar dipetak tak bersekat
Saat nafas masih berirama
Saat itu sinar mulai menyala
Redup dan tenggelam
Hiasi cerita akan rindu
Rindu pada sang Pencipta
Dan semoga KHUSNUL KHOTIMAH.
_________
**Den Bagus Lucas Atmadja
**25 Mei 2014 Depok
USMAN HARUN
Beri hormat....
Pada pahlawanku usman harun
Gagah berani dimedan laga
Tidak gentar peluru merobek ulu hati
Tidak gentar engkau bersuara lantang
Tidak kuhiraukan Engkau menyangkal nama pahlawanku arungi gelombang samudra
The Little Dot Red
Jiwa kami geram lawan denganmu
Tapi untuk apa lawan
Jika hanya menambah beban
Usia kelam telah berlalu
Rasa itu masih bersemayam dikalbu
Biarkan ia tenang
Bersanding dengan Tuhan
Tidak usah kau usik lagi The Little Dot Red jika kau masih ingin tenang bersemedi dirongga nadimu.
_______
**Den Bagus Lucas Atmadja
**13:02:2014 Cengkareng
BERCUMBU DENGAN TUHAN
Kutelanjangi malam
Dan kubercumbu dengan Tuhan
Sajadah lusuh semakin sayu
Dengan derai air mata nafsu
Jatuh tidak bisa terbendung
Menggenang dikelopak mata
Bersama Tarian jemari tangan
Menghitung bilangan Tuhan
Saat titik embun datang
Kalimat panjang menjerat luka
Menjadi darah dinadi yang menghidupkan khilaf
Aku terkapar tak berdaya
Di sajadah
Tempat bercumbu dengan Tuhan.
____
DEN BAGUS LUCAS ATMADJA
09 Maret 2014
RATRI GELAP HITAM
Aku adalah hitam
Bukan putih yang dianggap suci
Bukankah kesucian milik Tuhan
Bukan putih simbol kebenaran
Yang melekat didada
Tapi segumpal daging yang menentukan hitam dan putihnya kebenaran
Aku adalah hitam
Setiap orang tidak menginginkannya
Hitamku gelap dalam gelap terpancar sinar itu yang aku mau
Bukankah Tuhan mengurung dan mengeluarkankmu dari rahim yang gelap menuju alam putih
Warna pemberian Tuhan ini
tidak dapat diubah oleh siapapun.
Warna gelap dan aku telah
mendaptakan warna itu
Banyak orang yang mewarnai dirinya dengan banyak warna untuk
menyembunyikan identitasnya semuanya itu sifatnya sementara
Terserah kau
Pilih hitam gelapku
Atau putih yang menjadikan gelap
________
**Den Bagus Lucas Atmadja
**23 September 2013
MIMPI YANG SEDERHANA
Aku mencari istri untuk anak-anakku dan dirimu kelak atau pacar yang mau serius berumah tangga Tidak neko-neko Asal bisa masak tempe
goreng nasi bikin kopi
Itu saja
Selebihnya tanya pada ibuku.
___
Den Bagus Lucas Atmadja
31 Mei 2014 Depok
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar