Rabu, 07 Mei 2014
Kumpulan sajak Cinta Tok Laut - SAATNYA SUDAH TIBA, BENDERA AKAN KAMI KIBARKAN
DERA SAJAK SAJAK CINTA TOK LAUT
Ketika aku merasa teduh disajak sajakmu
geliat rinduku gentayang di ujung qalbu langit
merebahkan bintang gemintang di 24 malam
tak ada tanya rembulan lagi pada kaki bumi
sebab telah luluh bersama gugusan bima sakti
Rindu langit atas pelangi
telah berdendang syairkan teduhnya hati
Kuseru kau sang rembulanku malam ini
dipenantian lautan sorgawi
akan selalu bergemuruh melecut nadi
oh............
TOK LAUT DI GEMURUH GELOMBANG JIWA
emari nakalku
menelusuri pinggul gitar
yang berbau napsu
merebahkan mimpi kelangit tinggi
melengkingkan sajak rindu
yang kemarin hilang
ditelan naluri
lalu lahirlah benih sajak luka
mengoyak duka lara
sore pada landai pantai 03 mei 2014
CINTA ADALAH CAHAYA GAIB YANG DIPANCARKAN DARI INTI YANG MEMBAKAR JIWA, TETAPI APAKAH CINTA SEBUAH KESEMPURNAAN YANG MAMPU MENGUNGKAPKAN RAHSIA-RAHASIA RUH-RUH DI SORGA
TANYAKU MEMANG SEDANG MENELUSURI KAMAR HATIMU YANG KINI SEDANG KUDIAMI
TOK LAUT
SAJAK SAJAK CINTA TOK LAUT
Aku diantara kupu kupu liar
Pada hutan rimba yang penuh onak duri
Tanganku terhuyung menggapai sayapmu yang indah
Kemarin Ingin kuusapi sayapmu yang luka
Ku berusaha menatatap cahaya bersama mata sajak puisiku yang sakral
untuk kupersembahkan kepadamu
namun suara sumbang alam maya tanpa bunda
sedikitpun tak mengusik qalbumu
dan tak mampu menggenggaman cintaku
gemuruh angin liar menyertmu ke ranting lain
tanah tempat suci rumah kitapun kulihat tak kau toleh lagi
Akhirnya arus deras mem-bawamu ketitik pusar angin berpusaran tinggi
kekecewaanku akhirnya melebihi umur zaman yang telah lama pergi
sudahlah....
meski langit sudah membalut lukanya sendiri
dan bumi tidak lagi menjaga pamplet puisi
aku rela membiarkanmu pergi
meski tak pernah ada kata rela hingga langit dan bumi saling menjaga mimpi
Dari : KAMAR PUISI
" Ketika kau berlari ditengah hiruk pikuknya suara alam
dan pesan sakral yang pernah kita urai terasa hambar dan lebam "
RUANG WAKTU
Tok Laut
Ketika mereka memasuki ruang waktu
tak ada detak detik yang bersuara
mendentangkan jam nadi nusantara
berpacu membelah tikungan
fokus menatap jalanan
senyum yang dalam penantian
menunggu finalnya atribut kemenangan
yang masih dipajang pada lengan kanan orang-orang pinggiran
deru mesin yang kau suarakan
mampukah membuat debut singgasana
bersama jelatanya zaman kita
adakah gempita pada hiruk pikuk suara suara lirih santri zamrud khatulistiwa
atau mampukah kalian menempuh tapal batas sila kelima
pada tikungan maut pada lobang jalan yang menganga
nadiku nadimu sama sama berdetak pada jam senja yang sama
pagi kita telah lama hilang tatkala kita lahir pada jam yang berbeda
kesepakatan kadang sulit dibedakan dengan lomba yang kalian gelar
liar binar lampu jalan tak mampu jadi pedoman balapan
yang sedang kalian selenggarakan
Berlombalah dengan sportifitas yang tinggi
kami akan setia sebagai penonton yang abadi
sebab nadiku nadi kami telah lam hilang ditelan naluri
TAPAL BATAS MEGA KITA
TOK LAUT
suaramu malam ini melolong keangkasa
melintasi tapal batas mega kita
bersama musik jiwa yang kita rangkai bersama komunitas RPS
pada padepokan ROEMAH PHOTO " Coffe Shop "
dan geliat tarian rembulan kita memecahkan kegelisahan
tepuk tangan riuh koor bersama anggukan semua sahabat seniman
kita semua merasa menang
ketika talenta melewati rumusan rumusan yang kita rangkai
TOK LAUT
Tanjungbalai,Sumatera Utara
“ SAJAK KITA DIATAS PERADUAN BENINGNYA AIR DANAU “
Karya : Tok Laut
Rokokku terkapar diasbak penuh abu
Bersama parak kopi yang mulai beku
Menatap jemariku yang mulai kendur
menarikan dawat jiwa pada cermin putih milik Bill Gate sahabat kita
untuk kupajang pada dinding komunitas curahan jiwa
banyak cerita yang ingin kulukiskan
ketika kita memasuki bulan madu setengah hati
pada ranjang yang berbau mimpi
kau kulihat ragu merangkul tanganku
apalagi mencumbui rinduku
tak kuasaku terpaksa kulepas
tatkala aku memintamu
untuk mencium aroma wanginya sayangku
memang kau nampak begitu ikhlas ketika melakukan itu
namun mata batin cinta kita
kulihat memandang dengan tatapan kosong
inspirasiku
apakah keterjagaan naluri cintaku
dapat kau tangkap bersama sakralnya hasratmu
bersama kesucian hatiku untukmu
atau berada pada titik nol kah
kesempurnaan banyak angka dialam pikiranmu
atau tanpa bilangan dan abjad kah
naluri batin tempat singgahku
inspirasiku
apapun sajak yang tertulis diatas takdirku
aku memang sungguh mencintai kesederhanaanmu
karna itu adalah sikap yang agung
yang ditunggu ruang hatiku
bersama kesiapanmu
untuk berlayar kelautan kasih
dan berlabuh dipelabuhan penuh makna
inspirasiku
jangan takuti gelora dan gelombang rindu
sebab ombakpun telah restu menghantar perahu kita
ke samudera kasih yang abadi
inspirasiku
kemarilah sayangku
genggamlah tangaku
satukan jiwa
kita bersama merenda kasih
diatas sutera biru milik kita
Awal Mei 2014
Dari : Art Institute of Empowerment Coastal Community
BANTAL GULING PENYAIR
Tok Laut
Ketersentakanku dari jaga
Memaksa gegasku mengejar matahari
Yang sudah berlari jauh
Aduh...
Cemasku baju ragu
Lipstikmu pasti pudar
Termagu rembulan menunggu
Menuai potret kita makin berdebu
Hai bumi bulan dan awan mega hari ini
Adakah maafmu bagi kami
Esok ku janji pagi pasti kembali
BIDADARIKU
Tok Laut
Geliat rindu menata ruang waktumu
Mungkin sudah tugas para penyair
Menata puisi hidup
Memajang kesederhaan prosa
Demi indahnya sajak-sajak kita
Namun maukah kau duduk tak bergerak
Agar aku bisa melukis wajahmu
Diatas kanvas karamullahku
Karna hanya bidadari mimpi
Yang berhak dilukis disitu
Karna tintanyapun kujeput dari sorga
Hai bidadariku....
Tersenyumlah sedikit untukku
Agar terlihat harmoni
antara aku kau
serta alat lukis yang sedang bekerja untukmu
jangan ada keterpaksaan
sebab alat ukur kita dalam ruang waktu ini
adalah hati
hai bidadariku
tersenyumlah...meski saat ini bukan pagi lagi
MATA ELANG
Tok Laut
mata elang sedang mengintai kita adikku
jangan tunjukkan wajahmu
dekap aku kuat-kuat
demimu langitpun akan kuruntuh
jangan menangis
sebab tangis tak mengurang derita kita
lalu lalang dan hiruk pikuk jalanan negri kita
sedikitpun tak menoleh ke jeritan yang sedang kita lolongkan
adikku
perut kita tidak lagi bernyanyi keroncong
tapi sudah tujuh oktav menaiki tangga nada dunia
adikku
meski mata elang terus mengintai kita
kau harus mengintip sedikit dari celah tanganku
meski kemerdekaan kita hanya sekecil itu
tapi kita harus suarakan dan nampakkan
agar pertiwi tidak terlalu sedih
melihat sandiwara yang berketerusan ini
adikku
yakinlah padaku
pasti ada satu dua yang melihat potret kita
minimal para penyair pasti mampir mensajakkannya
diatas media milik Bill Gate
adikku
hanya mereka yang melihat dari kaca mata hatinya
dan jujur mencermati keadaan kita
dan tidak kan menjual kita untuk kursi singgasana
ANJING MAJIKANKU
Tok Laut
anjing majikanku sedang antri memasuki ruang waktu
mencari indentitas kepopulerannya lewat jalan lurus
pada ladang kita yang telah panen kemarin
anjing majikanku mengumbar senyum
agar ada satu dua menoleh kepadanya
atribut legalitasnya tetap ia gigit dengan taring mengerikan itu
momok virus pada air liurnya telah sirna oleh pamplet cinta picisannya
tepuk tangan riuh akan tetap bersamanya
jika ia bisa lebih populer dengan yang lainnya
anjing majikanku memang tetap anjing
yang kebiasaannya makan darah daging dan tulang-tulang
dan karna itu ia slalu dapat prediket sosok paling setia
karna patuh dan tunduk atas perintah majikannya
untuk makan siapa saja
ROEMAH PHOTO-COOFFE SHOP TANJUNGBALAI CITY
Tok Laut
ketika harmoni kita urai
dalam sajak-sajak acoustic
pada rumah besar para pekerja seni
ada keindahan tiada tara
selamat datang saudara sedarah senadiku
TOK LAUT bersama PRESIDENT RPS BUNG AHMED EL HASBY DKK
Art Institute of Empowerment Coastal Cummunity
pada 9 Juni 2014
KIMIE LIVIN'IN THE CITY
HISESSIONS COM ACCOUSTIC LIVE
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar