Jumat, 06 April 2012
MENAMPI AWAN
Jika saja,
malam lupa merayu awan,
hujan pasti telah datang,
melentikkan tarian sakral,
mengukur sejengkal demi sejengkaL,
hati nurani,
tapi siapa mau peduli,
kalau zaman ini
telah meninggalkan sarangnya,
berpindah dari satu cangkang,
ke cangkang yang semakin kelam,
suka atau tidak suka,
kita tergulir didalamnya,
maka tidak heran,
jika kemudian setiap orang,
berebutan menampi awan,
dengan ragam tata cara,
sayangnya,
semua meninggalkan sarangnya,
berpindah dari satu dusta,
ke dusta yang karam,
dilembaran hitam kehidupan,
siapa yang perduli...?
-----oleh Drs Mustahari Sembiring.-----------------------------------
-----Makassar, Senin, 02 April 2012. Catatan Malam putra Fajar.--
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar