Dengan bahasaku centang prenang,
kusumbat jeritan hati padam,
biarkan semua lalu lalang,
untuk apa menjahit luka,
membiarkan adalah cinta
mengapa sorakkan gagalnya jiwa,
padahal nyali putih ketakutan,
wahai sang pembisik abadi,
saatnya membakar rumput disemak belukar,
kini
datanglah membaringkan harap,
dititian tangga awal lagi,
kemana hendak berlayar,
saat nachoda tertinggal didermaga
---by Mikael rajawane sang Mahesa timur Raya--
---Larantuka, 27 Juni 2012----
Tidak ada komentar:
Posting Komentar