Ketika jarak membentangkan rasa,
saat rasa meregangkan asa,
terpana pada sikap yang menampak pada tata laku sesungguhnya,
terbenam dalam ketidakmampuan menenangkan gaya bahasa
Hanyut digeramnya kata kata bahkan tak berani bertindak dewasa,
terpatri pada pola yang merasa berwibawa,
tak boleh merendahkan muka,
padahal segala rasa bercengkrama diujung harap semata.
Bukankah kita semakin jumawa saat semua menyanjung dengan bangga,
berada diatas awan melelanglang buana,
melampui garis sejajar kehidupan nyata
Kini saat jarak berkuasa kita rebah diharapan hampa,
bahkan untuk menyapapun tak kuasa kita coba,
hati yang tandus tak pelak tumbuhkan ilalang dan onak duri didalamnya
Bagaimana mungkin semua kita sesali,
jika senyatanya luka diatas luka kita telah sayatkan
tidak mungkin kita beri warna pada awan
meski dengan sejuta sesal kita mengucapkannya,
kini hati telah membeku diujung kecewa
Maafkan ketidaknyamanan ini sahabat hati,
inilah fakta yang dulu selalu kuurai dengan sejujurnya,
telah kau telantarkan dengan tak bermakna...
-----oleh Drs Mustahari Sembiring sang muham / putra fajar.----
-----(J) Pondok bambu istanaku, Kamis malam 03 Jan 2013 . 21:45.wib.--
Tidak ada komentar:
Posting Komentar