menebar luka sepanjang hitungan usia,
padahal nyata gambar yang terbaca
adalah fakta yang terus saja digauli tak hendak jauhkan bayangannya,
Kemana mana itulah kata,
dalam catatan itulah bahasa,
meskipun diselingan malam melahirkan selaksa tanda baca,
tapi toh kita terus saja merajam asa
menenggelamkan jiwa raga dalam ego
menghanyutkan segala ketakutan, keraguan
bahkan menikmatinya sebagai alfa, culva bahkan sengaja...
Jangan jangan kita sudah terbiasa
menyayatkan luka diatas luka tanpa merasa berdosa...
Jangan jangan kita sudah pandai menikmati lara,
sebab mengira itulah cinta...
Jangan jangan kita telah terkecoh oleh bianglala,
merasa pilu itulah sahabat jiwa...
Akh,
mana sesungguhnya rasa,
mana pula sandiwara...
aku salah seorang jajahannya sejak dahulu kala....
----oleh Drs Mustahari Sembiring sang Muham / putra fajar.-----
----(J)Pondok bambu istanaku, Sabtu pagi 05 Jan 2013. 08:32.wib.-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar