Sahabat ,tidak sedetikpun Allah lengah, istirahat, bermalas-malasan seperti kita apalagi tidur, Allah senantiasa memperhatikan setiap perilaku kita, sebutir atom kebaikan ditempat yang amat sangat tersembunyi pasti akan terbalas dengan berl
ipat-lipat, sebutir atom maksiat dan dosa yang kita lakukan di tempat yang tidak satu mata manusiapun melihat juga pasti akan terbalas sepadan dengan perbuatan itu, berbahagialah kita yang senantiasa sadar akan pengawasan Sang Maha Melihat dan Maha Meliputi segala Makhluk.
Kisah dibawah ini , memotivasi kita untuk beramal shaleh walau itu kelihatan kecil dan remeh.
=========================================
Tak Ada Yang Sulit, Walau Kita Bodoh
Dahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai jualan, ia pergi ke masjid Agung di kota itu. Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan salat Zhuhur. Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid. Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan.
Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat. Keringatnya membasahi seluruh tubuhnya.
Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya. Pada suatu hari Takmir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang.
Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai salat, ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ. Ia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan keras. Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah disapukan sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya. "Jika kalian kasihan kepadaku," kata nenek itu, "Berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya."
Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa.
Seorang kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu. Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat: pertama, hanya Kiai yang mendengarkan rahasianya; kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup.
Sekarang ia sudah meninggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu.
"Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai," tuturnya. "Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat Kanjeng Nabi Muhammad. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan salawat kepadanya."
Sahabat ,tidak sedetikpun Allah lengah, istirahat, bermalas-malasan seperti kita apalagi tidur, Allah senantiasa memperhatikan setiap perilaku kita, sebutir atom kebaikan ditempat yang amat sangat tersembunyi pasti akan terbalas dengan berlipat-lipat, sebutir atom maksiat dan dosa yang kita lakukan di tempat yang tidak satu mata manusiapun melihat juga pasti akan terbalas sepadan dengan perbuatan itu, berbahagialah kita yang senantiasa sadar akan pengawasan Sang Maha Melihat dan Maha Meliputi segala Makhluk.
Namun kita juga diberi kesempatan untuk berbuat Maksiat, ah masa ? ya, tapi dengan syarat, syaratnya gak banyak kok, Cuma lima saja, apaan tuh ?
Pertama, jika kita ingin melakukan maksiat kepada Allah, maka janganlah kita memakan rizki-Nya, lalu dari mana dong kita makan ? Bukankah semua yang ada di bumi ini rizki Allah? Nah itu dia, pantas gak setiap kita lapar dan haus lalu makan Rizki dari Allah sementara kita selalu melanggar perintah-pertintah-Nya
yang kedua, kalau ingin bermaksiat kepada-Nya, maka janganlah kita tinggal di Bumi-Nya, waduh lalu kita tinggal dimana dong ? ya silahkan saja tinggal di plnet lain, mana mungkin ? nah itu dia, masa kita bisa bersuka ria diatas Bumi Allah kita gak mau melaksanakan Perintah-perintahNYA ?
yang ketiga, kalau masih ingin bermaksiat juga, mau makan rizki-Nya, juga mau tinggal di bumi-Nya, maka carilah suatu tempat yang tersembunyi dan tidak dapat dilihat oleh Allah, mana mungkin Allah tidak melihat kita ? Allah Maha Melihat tak satupun makhluk di Alam Semesta ini luput dari penglihatnNYA.
Ok, masih ingin berbuat maksiat ? ini syarat keempat, Kalau nanti Malaikat Maut datang hendak mencabut ruh kita, kataka kepadanya, "ntar dulu dong, aku masih ingin hidup. Aku ingin bertaubat dan melakukan amal sholeh" . wah mana mungkin malaikat maut mau mengabulkan permintaan kita saat itu ? makanya kita harus baik-baikin malikat-malaikat tukang lapor dan tukang catat, supaya kalo malaikat Maut datang mereka ikut menjemput dan mengantar kita ke Alam yang lebih Indah
Baik, masih ingin berbuat maksiat ? ini syarat yang terakhir, Kalau nanti Malaikat Zabaniyah hendak membawa kita ke neraka di hari kiamat, janganlah kita mau ikut bersamanya, Waduh, mana mungkin tuh Malaikat membiarkan kita yang jelas-jelas masih berlumuran dosa dan maksiat melarikan diri dari Neraka ?
Gimana ? berapa menit sih enaknya maksiat ? yang halal lebih nikmat dan menenteramkan kok cari yang dilarang ? Ok kita sudahi sampai disini saja maksiat kita, kita perbanyak istighfar mohon ampun Allah SWT. Percayalah Allah SWT selalu merindukan kita KEMBALI kepadaNYA.
Kiriman : Ukhti Nisa
Oleh : Rumah Yatim Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar