Aku menyerah, meski tak rela jika harus kalah,
apalagi pagiku telah kau sita sejak dini hari, bahkan tak bersisa satu kolom pun
buat kucatatkan nama yang lain dipustaka kalbu, sejak penghianatan berlangsung
dibalik alasan klise tawarnya kehidupan tak memihak diri,
diperburuk hancurnya tiang keluarga,
genaplah pembenaran atas sikap dan tata laku sandiwara hidup dan kehidupan.
Kini aku datang, tanpa wajah,tanpa rasa dan tanpa asa ,
kukembalikan semua nostalgia berikut lampiran dan segala catatan kaki,
bahkan telah pula kuberi beberapa kesimpulan,
tentang pongahmu menatap jalan hidup,
tentang jumawamu memandang lawan jenis,
tentang sinismu memandang dan menakar kadar cinta,
tentang gayamu merasa mampu membeli segala bentuk kehormatan.
Dibagian akhir nostalgia itu,
kurujuk harapan meski tak berharap kabul, segeralah pulang,
melakukan ziarah kufur menutup perjanjian nista dengan penguasa lembah hitam, menyiapkan sesajen diri diatas altar pengorbanan,
dalam khusuknya Taubat Nasuha,
lalu hidup apa adanya,
menikmati karunia Gusti Pangeran Welas Asih....
-----oleh Drs Mustahari Sembiring sang muham/putra fajar.-----
-----(J)Pondok bambu istanaku, Jumat sore 16 Nov 2012. 16:34.--
Tidak ada komentar:
Posting Komentar