RUANG PEKERJA SENI ADALAH GROUP DI JEJARING SOSIAL FACEBOOK, BERTUJUAN…MENGEPAKKAN SAYAP – SAYAP PERSAHABATAN…MELAHIRKAN KEPEDULIAN ANTAR SESAMA…MEMBANGUN SILATURAHMI/TALI ASIH…SAHABAT LEBIH INDAH DARIPADA MIMPI.

Selasa, 28 September 2021

Cerpen - DIK, MASIHKAH KAU MENCINTAIKU Penulis : Romy Sastra


   Sinopsis cinta terjalin, berlabuh di depan penghulu, rindu kebahagian adalah impian setiap insan yang mendambakannya. Dua tahun sudah membingkai noktah, serasa sakit bak menelan pil pahit, hidup segan mati tak mau. Laraswati nama sang istri dari suami bernama Firman.

Awal perkenalan Laras dengan Firman, terjadi di sebuah kota Jakarta. Laraswati wanita Jawa asal Jogjakarta Firman lelaki berdarah Menado, mereka sama-sama merantau. Singkat cerita, cinta mereka terjalin, madu asmara tak terbendung tumpah bersama derai air mata, Laras cantik yang baru beranjak dewasa, sudah tergoda dengan glamournya kota, tergerus pada godaan rayuan lelaki Firman.
Firman adalah lelaki sudah cukup usia untuk menikah, dia agak sedikit menunda niat tuk menikah pada usia muda, alasannya memang masuk akal, belum mapan berumah tangga. Padahal Firman adalah lelaki gagal dengan doktrin kematangan hidup, sehari-harinya ia penjudi, suka wanita-wanita malam. Kala malam tiba, Firman berfantasi asyik dengan segelas wisky di night club ke night club yang lain pada malam yang lainnya bersama kawan-kawan. Pekerjaan tak menentu, asal dapat duit buat dugem ia sudah senang.

****

   Cinta mereka tak terbendung, Laras tiba-tiba sakit, sering mengeluh sakit perut dan muntah-muntah kecil, membuat Firman hiba.

"Dik laras... sahut Firman, kita periksa kesehatanmu ke dokter yuk?!" 

Dengan rasa malas, Laras menyanggupi ajakkan Firman kekasihnya.

"Ayoolah bang, rasanya badanku lemas banget ni, kepalaku pusing, pemandanganku juga gelap."

Laras akhirnya dibawa ke klinik terdekat berobat, hasil konsultasi dengan dokter jaga, laras dinyatakan hamil dua bulan oleh dokter. Spontan saja Laras terkejut, "a..a..apa dok? Aku hamil? 

"Iya dik, kamu hamil dua bulan jalan ", jawab dokter.

Firman pun tak kalah kagetnya, dengan tepuk jidat, alamak....

Lepas dari klinik, mereka, Firman dan Laras pulang ke kostnya Laras. Laras dengan tatapan meyakinkan pada Firman, bertanya.

"Abang... gimana ini kelanjutannya, dengan perutku ini?"

Firman tak lantas menjawab pertanyaan Laras kekasihnya itu. Firman hanya diam tertunduk di sudut ruang dengan seribu onak di kepalanya. Sedangkan jawaban dari Firman tak kunjuk didapatkan Laras. Laras spontan menangis pilu, memikul tanya karena ia sudah berbadan dua.

Tiba-tiba Firman bangkit memeluk Laras dengan belaian kasih sayang.

"Dik... sabar ya, kita menikah segera di Jakarta ini. Abang akan cari duit dulu, dan setelah itu, kita menikah ke pak ustadz kenalan abang. sewaktu dulu, abang pernah hantarkan kawan menikah sama pak ustadz itu, ia tidak jauh dari kost kita ini."

"Abang... laras bertanya ni? aku sendiri di Jakarta ini bang, yang ada hanya abang seorang yang kuharapkan, orang tuaku jauh di Jogjakarta, apa tak sebaiknya kita kasih tahu orang tuaku dulu? "Gak usah dik" jawab Firman, ini mendadak. Lagian abang gak punya duit dengan banyaknya keluarga ikut campur tentang pernikahan kita nanti."

****

   Tiba masanya, jadilah mereka menikah di bawah tangan dengan pak ustadz.
Singkat cerita, Laras melahirkan anak pertamanya seorang bayi yang cantik.

Hari berlalu, bulan dan tahun berganti. Firman sang suami yang dulu mencintai sangat sama Laras. Ia kini Firman, berubah sikapnya menjadi kasar, suka main tangan dan pemabuk, serta pemalas. Membuat Laras semakin terhimpit lara dan derita, hingga perkawinannya dengan Firman tak sanggup ia jalani lagi. Anak mereka sudah berusia satu tahun, baru bisa berdiri jatuh bangun, dan Firman sangat menyayangi putri cantiknya itu.

Pada suatu ketika, terjadi pertengkaran hebat di antara mereka berdua. Muka dan mata Laras membiru kena hantaman Firman, KDRT sudah seringkali dilakukan Firman terhadap Laras istrinya.

****

   Laras dengan penuh penyesalan bertanya dalam hati, ya Allah?" kenapa derita ini menimpaku? Hingga akhirnya Laras memutuskan untuk kabur dari kostnya, kebetulan siang itu suaminya tak ada di rumah. Laras membungkus pakaian ia dan putri cantiknya, membawa duit seadanya, menuju stasiun kereta api Senen menuju kota kelahirannya Jogjakarta. Laras pesan tiket ke kasir jaga, dapat tiket kereta ke Jogja jam 16,30, tiba Jam 5,00 wib pagi di kota Jogjakarta yang tertera di tiket itu.

Tidak menunggu berapa lama kereta malam pun tiba di stasiun Senen, Laras berdua dengan putri kecil nan cantik, menjinjing tas kecil naik ke kereta api malam dengan deraian air mata meninggalkan kota Jakarta. Kota yang menyimpan seribu satu kenangan manis dan pahit selama ia merantau di kota ini. Menempuh malam, dalam lara luka yang berkecamuk di hati Laras bersama anak di pangkuan terpisah dari ayahnya. Hingga waktunya pagi menyapa sampailah kereta ke destinasi di stasiun Jogjakarta.

Kembali cerita pada Firman, Firman yang telah kehilangan anak istri kalang kabut, bertanya pada tetangga, semua tetangga menjawab tak tahu. Hari-hari sepi di kamar dilalui Firman dengan setumpuk penyesalan. Bertanya dalam hati?" Ingin ia kembali ke kota asalnya' sedangkan Manado jauh, dan uang pun tak punya, kawan malam dan night club telah ia tinggalkan semua. Ia kini berubah, dalam sepi, tetiba hidayah masuk ke sanubarinya. Firman yang penuh penyesalan dengan segala perbuatannya, selama ini yang ia perbuat kepada istri tersayangnya Laraswati.

Berbulan sudah Firman dilanda rindu akan anak dan istri, pada suatu malam tiba-tiba, suara handphone berdering di samping tidurnya Firman. Dengan suara perlahan, serasa sayup-sayup jauh suara itu memanggil.

''Assalamualaikum abang Firman. Apakah ini abang Firman ya?"

Spontan saja Firman kaget dadanya berdebar-debar serasa ia kenal dengan suara itu.

" Ii...ii..i..iiyaa, aku Firman, siapa ini ya? "

"Aku Laras abang, aku sekarang ada di kampung, di Jogjakarta."

"Ooo... Laras, Laras sayang, gimana keadaan putri kita? Apa iya sehat-sehat saja kan?"

"Alhamdulillah abang, kami sehat saja di kampung Laras ini."

Laras wanita yang santun dan cantik, pandai menyesuaikan suasana dalam percakapan lewat udara bersama suaminya, seakan tak pernah terjadi apa-apa dalam hati yang pilu hidup bersama Firman, suaminya selama ini ia tinggalkan, hingga ia kabur dari Jakarta ke kota kelahirannya Jogjakarta.

Laras dengan penuh keyakinan mengatakan niatnya ingin jadi TKW

"Abang... Laras mau jadi TKW ke Hongkong, putri kita, kutitip sama mbahnya di rumah. Laras mungkin bulan depan sudah berada di Hongkong abang."

"Larass... dengarkan abang,izinkan abang berbicara dulu sekejap."

"Ya ..., apa abang, berbicaralah!"

Kenapa kau tinggalkan abang dik?
 Abang sepi di kamar ini, di Jakarta ini."

"Loh, bukankah abang sudah puas dengan pergaulanmu dan kurang puaskah abang menzalimiku hingga wajahku membiru, sampai kini masih ada bekasnya abang?! Bekas luka di hatiku masih sakit."

"Dik Laras... maafkan abang dik"

Dalam suasana suara handphone tengah malam di daun telinga. Perdebatan emosi, dendam, rindu bercampur menjadi satu.

"Cukup sudah abang! sandiwara gombalmu merayuku. Aku tak banyak waktu menelponmu abang, hari sudah larut malam, putri tidur, nanti dia terbangun. Laras hanya mohon pamit sama abang, dalam jedah lima tahun ke depan, Laras jadi TKW ke Hongkong."

"Jangan Laras... jangan!!!"

Dengan suara serak-serak basah menyimpan duka dan kecewa dalam konflik mahligai rumah tangga. Spontan saja, mengalir air mata mereka masing-masing.

"Laras... dengarkan suara abang ini! Abang sudah berubah dik, abang kini sudah insaf, abang ingin hidup bersamamu dan hidup bersama anak kita. Coba pikirkan dik, abang di Jakarta pun sebatang kara, mau pulang ke Menado tak mungkin. Abang ingin ke Jogja hidup damai bersamamu dik Laras."

"Jaa... Jangan abang! Aku sudah memesan tiket pesawat tuk berangkat bersama bu-deku bulan depan, pasport pun sudah ada.Carilah penggantiku abang!!"

"Tidak dik Laras! Abang akan ke Jogja esok pagi, menemuimu dan anak kita."

"Jangan abang... sekali lagi jangan abang ke Jogja."

"Dik Laras sayangku. Abang bertanya pada hati kecilmu dik, masihkah kau mencintaiku? sekiranya masih ada rasa cintamu untukku, urungkan niatmu pergi ke Hongkong."

Dengan linangan air mata mereka berdua, bercakap-cakap dalam kesunyian malam, hati Laras akhirnya luluh menerima Firman kembali.

Dengan nada suara sesungukkan Laras dan Firman saling maaf memaafkan. Akhirnya Firman esok pagi langsung berangkat ke Jogjakarta menemui anak dan istri tercinta. Laras pun mengurungkan niatnya jadi TKW ke Hongkong, dia batalkan semua rencana tuk merubah nasib dalam perantauan lima tahun ke depan.

Firman kini hidup bahagia bersama Laras dan keluarga kecilnya di kota Jogjakarta.
Jogjakarta kota budaya, ramah dan kota pendidikan.

*****TAMAT*****
Cerpen
DIK, MASIHKAH KAU MENCINTAIKU
Penulis : Romy Sastra
Jakarta, 16,11,16




Catatan Romy Sastra
PANDUAN MENULIS JUDUL

Penulisan Tajuk atau Judul yang Benar

Tajuk atau judul adalah salah satu identiti fisik suatu karya. Tajuk / judul ibarat batang tubuh manusia adalah sebagai kepala, bagaimana suatu tubuh itu indah lengkap dengan organ-organnya? Nah, maka dari itu pentingnya sebuah tajuk.
Kenapa harus menulis tajuk yang benar? Sebab ada aturan main untuk menulis tajuk sesuai kaidah tanpa berlicentia poetica.

Aturan menulis tajuk yang baik dan benar seusai kaidah. Beberapa aturan baku biasa ditulis keliru ketika seorang menulis membuat tajuk, seperti contoh pada penulisan huruf kapital, kata penghubung / konjungsi, kata awalan, akhiran dan sebagainya.

Gunakan huruf kapital sebagai huruf pertama di awal kata judul, dan bisa juga semua huruf dipakai huruf kapital di kalimat judul. Gunakan huruf kecil hanya untuk kata-kata yang bersifat partikel atau penghubung (konjungsi) di dalam kalimat judul kecuali ia terletak di awal tajuk / judul.

Kata-kata yang tergolong sebagai partikel konjungsi atau kata penghubung preposisi kata depan dan interjeksi seruan perasaan, contohnya: di, ke, dari, dan, atau, yang, untuk, dengan, dalam, pada, kepada, sebagai, terhadap, jika, maka, tapi, karena, tentang, agar, supaya, hingga, sejak, pun, per, demi, si, meskipun, secara, seperti, ialah, ah, oh, deh, dong, kok, dll.

Contoh tajuk;

A. Rindu yang Terlarang
B. Yang Mencintaimu

Pada tajuk A menggunakan huruf kapital di awal kata, terkecuali pada huruf konjungsi (yang) menggunakan huruf kecil.
Dan pada tajuk B menggunakan huruf kapital di awal kata meski ia menggunakan kata konjungsi. Atau bisa juga menggunakan huruf kapital di semua huruf pada tajuk, contoh;

- RINDU YANG TERLARANG
- YANG MENCINTAIMU

Catatan;
Hindari menggunakan huruf kecil di semua huruf pada tajuk atau judul.

Penggunaan kata ulang sempurna yang semua unsurnya diawali dengan huruf kapital. Jadi, tidak termasuk kata ulang berubah bunyi dan kata ulang berimbuhan.

Berikut contoh bentuk kata ulang sempurna adalah samar-samar, kata-kata, minum-minum, makan-makan, loncat-loncat, pura-pura. Dan di kata ulang sempruna itu dalam tajuk harus dituliskan dengan diawali kedua awal kata tersebut huruf kapital.

Contoh;
- Samar-Samar Suara Adzan Berkumandang
- Kata-Kata Mutiara.

Ada juga kata ulang berubah bunyi pada tajuk, ia ditulis hanya di awal kata pertama saja, contoh;
Kelap-kelip, Bolak-balik. Kata ulang berubah bunyi pada tajuk harus ditulis dengan satu huruf kapital pada kata pertama saja, contoh:

- Kelap-kelip Lampu di Kota
- Bolak-balik Jalanmu Mencariku

Semoga bermanfaat

Romy Sastra
Jakarta, 3 Juni 2020


Tidak ada komentar:

Posting Komentar