SAJAK adalah satu di antara bentuk karya sastra yang penyajiannya dibuat dengan baris-baris yang teratur dan terikat. Dalam sajak sangat mementingkan keselarasan bunyi bahasa
Sajak luka
RINDU YANG TAK KEMBALI
By Romy Sastra
Untukmu kenangan terlupakan,
senandung rindu merayu kisah yang dulu bersemi telah padam, pada lembaran usang berharap jadi bahagia, menggoda rindu kembali. Pernah sesaat berkasih sayang di tengah jalan kisah terkhianati berbuah kecewa.
Ya, di peraduan sajak senja merona, kugubah sesuatu nama nan pernah kunyanyikan di pentas kekasih, singgah di hati sang kekasih yang tersisih.
Di jalan memori, tinta berbisik kepada khayal menatap sekelabat bayangan abstrak, tetiba hadir sekejap, titipkan resah dan pergi meninggalkan tanya, adakah pertanda rindu masa silam kembali lagi. Aahh, paranoid, kenapa tak pernah hilang? Terbukanya tirai ilusi kisah yang menyedihkan pada suatu pilihan di persimpangan jalan, meninggalkan kepedihan luka tak berdarah tentang cinta setengah hati terbagi antara harap emas dan suasa.
Risau mendera menatap kisah
telah terkubur dalam peti terkunci mati,
rasa rindu menyapa kembali pada lamunan sunyi, terasa semu disemai sepoi angin mamiri, aahh... rindu ternyata tak kembali.
Pada kekasih yang dulu terjalin, berjanji tuk menoktah ikrar dua hati sampai bersemi hingga ke nisan tanah merah, jejak-jejak tinta puisi cinta kutelusuri tak lagi tampak di dinding kaca, antara masa dan jarak berjalan tuk mencari rupa cinta, tak jua merupa. Karena tertutup kabus pekat di dinding kebisuan, rindunya pun tak pernah beri kabar lagi, apakah ia telah pulang selama-lamanya menghadap Illahi, ataukah sudah bahagia bersama kehidupan yang diimpikan pada kilauan emas, mencampakkan suasa tak berharga.
"Aahh... biarlah rindu tak kembali
jikalau harap terperap berbuah senap.
Kenapa jalan memori terbuka dalam lamunan tiba-tiba, padahal tak sedikitpun kuundang.
Bahwa satu hati pernah kecewa, meski pintu maaf selalu diberi,
tak jua menjadi penyelesaian pada konflik-konflik perasaan nan pernah terjadi.
Testimoni potret kisah nan lara
jadi sinopsis kecewa di jantung cinta tak bernadi, pernah mati.
HR RoS
Jkt, 4122016
Sajak
BURUNG PUN BERTASBIH
Karya Romy Sastra
Irama alam berbisik dalam diam
kidungnya sunyi lafazkan tasbih siang dan malam
mendung langit di sore hari
rahmat turun basahi gersangnya hati ini.
Burung-burung bertasbih pagi dan petang
setiap yang berjiwa berkumandang.
Denyut nadi
tak pernah berhenti memuji.
Alam diri memiliki toleransi
pada kearifan jiwa dan raga.
Jikalau berhenti memuji
sudah tentu alamat kiamat mendekat.
Ketika tasbih puji hati tak dicerna
merugi amanah suci
dalam kesaksian diri
jasad jadi bangkai akan tersiksa
karena lalai diri tak mahu-tahu mendengarkan pujinya hati.
Gunung-gunung sebagai pasak
alam dihamparkan untuk berpijak
marilah menunduk ke tanah impian
mengenang tanda tanda kematian.
Jalan pulang itu kian dekat
sambutlah el-maut dengan senyum memikat.
Cabaran terhempas lara
dalam siksa yang tiada tara
duh ya Allah, ampunilah hamba.
Rasa bertasbih di labirin hati
bibir ini bergetar
desahnya memandu hayal
melaju pada ranah Illahi Rabbi
bukanlah sebuah seremonial
ia adalah pekerjaan pasti.
Tataplah kenari bernyanyi riang tiada henti bertasbih pagi dan petang
sambutlah ritual tasbih sepanjang hari
karena-Nya diri ini ada
bersama-Nya diri ini mesra.
HR RoS
Jakarta, 12092016
Sajak
ALAM MENGGAPAI RINDU
Karya Romy Sastra
mendung nan berarak rinaikan air suci, gravitasi langit berkoloni di awan nan tinggi
betapa hebatnya sebuah kekuatan tak kelihatan
terpikirkan dalam lamunan
Engkau Tuhan adalah kerinduan
rinai itu jatuh ke bumi
menyisakan embun di rerumputan,
burung-burung nan bersolek
berkicau riang menyapa pasangan,
sayap nan cantik memancing kemesraan
nyanyiannya lembut adalah kedamaian
tertiup angin lena dimabuk asmara,
parung berkicau memanggil rindu
mari bersimponi bersamaku wahai kekasih,
dengan larik rindu sepoinya angin surgawi
aliran tirta di lembah menuju muara
menyapa segala biota di telaga kering
senang riang gembira
daun-daun muda di gurun menari erotis
gersang telah menghilang,
sang banyu menyemai segala rindu,
dari rasa cinta kearifan maha cinta
dahaga di tanah kering subur sudah
sajak alam menggapai rindu
pada rinai yang menghapus segala dahaga
biarkan jiwa ini berpaling
dari kepalsuan cinta dunia
menghilang ke dalam ranah maha jiwa
tak ingin menduakan maha kekasih
asyik tak terusik
karam ke samudera cinta tertinggi
yang bertaburan mutiara nan indah
ya, di jiwa ini ....
HR RoS
Jakarta, 03/04/2017
Sajak
SASTRA GITA PELANGI
Romy Sastra
i
tunggul tua melapuk berdebu
bertahun-tahun ditebas ditinggal pergi
rela lebur dimakan waktu
bias perlahan diterpa bayu
meski tunas tak berganti
organik di batang tak suburkan ladang
sedih disapa riuh dari murai bernyanyi
nyanyian bersimfoni tasbih tinggalkan benih noda jadikan suci pada takdir yang gersang berharap subur, tunas nan enggan tumbuh berganti cendawan penghias sepi walau tak menarik
ii
pada poetry kabarkan pesan seni
teruntuk punggawa sastrawan sastrawati
lencana seremonial seni tak berarti di pundak generasi terima sajalah! sebab persaingan di lembar buku tak lagi dieja menjadi guru
goresan demi goresan hanya penghibur rasa pada tinta sastra nan rela bermadah.
aksara luah menjulang ke langit tinggi
tak bertangga menembus kosmik jiwa
iii
sadari,
ketika angkasa tak berpelangi, koloni awan nan berarak jangan enggan menitik basahi gersang, lama sudah menghadang, embun tak cukup membasuh debu.
ilalang nan bertahun-tahun dahaga tetap hidup tak lekang dengan panas tak lapuk ditingkah hujan tak mati meski kering kerontang.
iv
berguru pada semut merah nan beriring jalan, seiya sekata saling setujuan, berdamai selalu menyapa tak menikam maruah, mereka bersama meruntuhkan gunung tak menimbulkan bencana.
bergandeng tangan ciptakan istana nan megah, tak ingin menyakiti diganggu membela diri.
v
sastra gita pelangi menitip bahasa seni,
sastra cinta bersemi tak melebar cerita gombal suatu hati, melainkan menghibur pada banyak hati yang mau memahami rasa puisi tak menggadaikan ego,
membiarkan alur ke hilir menuju muara tinta jadikan sejarah.
vi
warna-warni bianglala, jadilah simfoni gesekan dentingan biola kearifan sabda, nada alam gemuruh riuh bangunkan pertapaan dewi menyulang banyu di pemandian mistik aromakan kembang melati, membingkai eksotis dibelai tubuh yang aduhai menerkam mata sansai,
yaa... nada alam adalah kearifan sabda
pada eksotis cipta maha kekasih dijaga
vii
sastra gita pelangi memadah kiasan
saling berbagi tanpa pamrih.
bak air mengalir tak ingin kering disauk musafir alam, bak embusan angin sepoikan dedaunan
meski dahan 'kan patah, ranting-ranting berjatuhan jadi sampah.
viii
menari riak seayun ombak tak menikam perahu, meski badai datang menerpa samudra, jangan tangisi nakhoda melepas sauh, bukan tuan menakuti pelayaran 'kan oleng, tetap waspada diri pada jubah kearifan ilmu pengetahuan, jangan sampai laju doa tenggelam sebelum cemas sirna tiba di dermaga.
ix
nikmati sajalah liukan nyiur di pantai
berhias menambah embusan, camar-camar bernyanyi kepakan sayap, tarinya gemulai menari di dada sagara
meski panggung tak berpenonton ceria.
x
terdiam menatap barisan pasir membentang tak berujung tumpang tindih tak menyalahkan satu sama lainnya. berdamai pada poetry rasa dari sumber gesekan poetry sabda maha jiwa
maka, berbahagialah pewarta sastra.
HR RoS
Jakarta 7 Nov 2018
sajak lara
MUJAHADDAH CINTA BERKABUT
Karya Romy Sastra
Jalan terjal berliku dan berkabut
tertatih di sahara padang gersang
mengiringi langkahku
kutapaki pasir kerikil berduri terus kulalui
dahaga yang parah
pemberhentian itu tak jua kutemui.
Brrrrr ...
pagi ini dingin sekali
mendung menyapa hari
bianglalaku malu bersembunyi
ronanya berhias sepi
dari petualangan cinta berselimut mimpi.
Penantian janji palsu melupakan memori
memori telah menjadi mimpi-mimpi sunyi.
Bunga bahagia yang di damba-dambakan
layu sudah di kebiri
mawar cinta berguguran,
kupetik saja melati putih
suci mewangi di dalam hati
jadikan aroma iman
pengikat tongkat menuju mihrab Illahi Rabbi.
Aahh ..."
payahnya aku,
bak musafir di savana lara
berbalik arah tak mungkin kulakukan
arah pulang pun tersesat jalan.
Degup jantungku kian meletup
denyut nadi kian terjepit
lara asa cinta semakin terjajah
membuat nyali ciut kehilangan semangat
mujahaddah cinta berkabut
kutinggalkan sajalah.
berlari sekuat mungkin meraih hakiki
jalan itu tak jua kutemui.
HR RoS
Jakarta 08092016
Sajak lara
HATI YANG TELAH DINGIN
Karya Romy Sastra
bayu menghembus rindu
selimut malam berjelaga kelam
hawa dingin kian membisu
dingin semakin dingin menusuk tulangku
malam tak berpurnama
taman hati sepi tak berbintang
aku raba embun di dada cinta
bias tak terasa
hampa
rintik gerimis malam
menitis kristal bening
rinaikan hujan membasuh luka
yang tergores dari sembilu maya
sang lelap masih bermain mimpi
aku baru saja memulai kisah
menanam kembang teratai indah
di pelataran telaga hati
teratai tak berbunga gamang dan sedih
teratai putih berurat tak berakar
kembang cantik penghias telaga
suburnya berorganik alami
sayang dipetik harus bermandi luka
pagiku berselimut kabut
bertongkat tinta
menulis sastra
Bermadah-madah syair cinta
membalut luka yang tak berdarah
uuuuhhhhh luka
sembuhlah kau luka
yang tak berdarah ini
terluka tak bermakna sakit diam saja
hati yang telah dingin
tak mampu menatap canda
meraih impian
akankah kisah ini
berakhir di lintasan maya
menutup jalan jadi temaram
"aahh ... entahlah ....
biarlah sebak menghias lara
aku masih di sini
SETIA
sampai pertemuan mimpi
menyambut kasih ke dunia nyata
sipunggung yang bermimpi rembulan
mendekap hayal ke peraduan rindu
yang selalu menyendiri pilu
menyulam waktu dalam kelam nan bisu
air mata bocah ini menjadi saksi
saya rindu awak
awak kat mana ini ....
HR RoS
Jakarta 19-10-2015, 10,07
Sajak
Romy Sastra
Rinai, rinaikanlah larik di jajak nan suliek, meski marawa indak takambang di bukiek caliek. Ngalau Gadang jo Pancuang Taba tadah maagah ka hilieh sagara Bayang, disambuik muaro aieh Koto Ranah taruih ka titian aka Puluik-Puluik. Bayu jadi Bayang Utara, Asam Kumbang destinasi kota kecamatan berbenah.
Sairiang saluang jo bansi dendangkan risalah Tuanku panghulu sarato imam mambao kaba adaik jo tuntunan agamo, dari nagari tuo darek namonyo.
Ampek suku disandang di bahu panghulu, dikawal Angku Imam panarang jalan ka Koto Baru, sedari alam nagari Kalam indak bapalito imam tarangi, panghulu adat pabimbiang turunan baradat dak lapeh dari tuntunan hinggo zaman ditantang oleh perubahan, tetap tagak indak goyah meski tajajah samanjak kolonial mengadu domba.
Kubang ranah nan denai cinto, tampek denai dilahiehkan dari garbah bundo. Dari ketek anak diasuah kinilah gadang, pai ka tanah jao maadu nasib maetong untuang jo parasaian, jaso mandeh alun juo tabaleh. "Ooii ... mandeh, nan duduak tamanuang di janjang tuo batikuluak usang nan disandang," usah cameh anak nanlah lapeh ka tangan urang, manggadangkan si buah hati jo jantuang, janjian jodoh samanjak batamu lai indak manyeso ka darah nan tatumpah, dek gadang tabimbiang dari pituah ayah jo mandeh, tapaciek arek indak lapeh.
Bujang itu kinilah gadang, jo sajak dalam dendang denai kisahkan.
Batu nago jago juolah ranah bundo di bancano aieh gadang tibo, umaik tadahkan tangan ka yang kuaso, bia ranah indak risau jo galodo.
Batu karang tagak mahadang di kapujian sajak dulunyo tatanam pusaro Tan Tuo dak banisan dikeramatkan panjago nagari bancano Tuah Tan Tuo berkah nan kuaso.
Bayang nan tujuah mufakek jawek bajawek sairiang jalan saiyo sakato
HR RoS
Jakarta, 301217
SONIAN adalah bentuk puisi baru sepanjang empat larik dalam sastra Indonesia modern dengan pola 6-5-4-3 suku kata perlarik. Bentuk baru ini dikreasi oleh penyair Soni Farid Maulana. ... Di samping bahasa, imajinasi merupakan kendaraan utama dalam mencipta karya sastra, dalam hal ini puisi.
sonian
KUN
Kun fayakun jadi
Kun kata Allah
Titah Rabbi
Terjadi
Kun fayakun jadi
Jadilah ia
Kehendak-Nya
Berlaku
Kun kata Muhammad
Kun kata Jibril
Doa hamba
Keramat
HR RoS
Jkt, 17/09/18
Sonian
PEMUDA-PEMUDI
Oleh Romy Sastra
I
wahai generasi itu
dipundakmulah
masa depan
bangsa
II
singsingkan lengan
berkarya
hadapi
dunia
III
matahari pagi
selalu terbit
pancarkan
cahaya
IV
isi kemerdekaan
bangsamu
dengan
cinta
V
hidup bersahaja
di negeri ini
berdamai
selalu
VI
demi kejayaan
cita-cita
leluhur
kita
HR RoS
Jakarta 28 Oktober 2016
Sonian
ASMARA
1
dendang rasa rindu
mengalun merdu
pada cinta
terlena
2
pesona asmara
kecup menyentuh
bibir kita
nikmatnya
3
dikau kekasihku
kurindu surga
kenikmatan
cintamu
HR RoS
Jakarta13112016
sonian
MAHABBAH KEKASIH
#I
tawakal padaNya
atas perintah
zikir hati
selalu
#II
siang malam tasbih
tak pernah putus
demi cinta
nan agung
#III
temuilah IaNya
di lubuk hati
kala malam
merindu
#IV
pada kekasihmu
dan kekasihku
surga itu
bertamu
#V
ya mahabbah itu
kasih sayangNya
pada hamba
pilihan
HR RoS
Jakarta 14112016
Sonian
RINDU REMBULAN
#I
senja ujung aspal
menanti dikau
kabar malam
rembulan
#II
bertanya tentangmu
wajah nan ayu
kembalilah
kurindu
#III
jangan biarkan bisu
hasratku ranum
memelukmu
hadirlah
#IV
selamanya dikau
kan kumiliki
kekasihku
rinduku
#V
kisah senja resah
di ujung aspal
menantimu
rembulan
HR RoS
Jakarta, 14112016
sonian
MIMOSA PUDICA
#i
Putri malu ayu
Bunga idaman
Cantik molek
Pujaan
#ii
Mimosa pudica
Tumbuh alami
Mekar sore
Di taman
#iii
Ketika tersentuh
Tersipu malu
Ia tegar
Tak layu
#HR_RoS
Jakarta,17112016
SONIKU
Soniku
LEMBAYUNG SENJA
Karya Romy Sastra
senja telah tiba
riak menari
di telaga
bayangan
lembayung menggoda
terpana indah
pada tirta
berwudhu
gelap menyapa
di keheningan malam
merindu bulan
siklus berganti
hujan berlalu pergi
musim bersemi
HR RoS
Jkt, 23112016
soniku
SUJUD ADAM
Oleh Romy Sastra
berbentuk Muhammad
Adam bersujud
sholat itu
rupanya
ya hu zikir hati
fana bil fana
daimullah
sendiri
butiran diri
kemilau dalam jiwa
bak bintang kerlip
makrifat ilmu
jalan keselamatan
menuju surga
Sonigraph: HR RoS
Jkt, 24/11/2016
FIKSI MINI adalah jenis cerita yang sangat pendek. Fiksi mini memberikan kebebasan kepada pembaca untuk mengembangkan sendiri tema, alur cerita, akhir cerita, dan kesimpulan cerita sesuai dengan imajinasi pembaca.
Fiksi mini
"Tuan, senja telah berlalu,
jangan paksakan berjalan. Sebab, malam ini tak berembulan,"
"Non, izinkan aku melangkah menemui rindu,
meski jalan itu tak berdian, yang kutuju hanya dirimu."
HR RoS
Jkt, 261117
STANZA adalah kumpulan lirik sajak yang menjadi satuan struktur sajak, ditentukan oleh jumlah larik, pola matra, atau rima.
stanza
IKTIBAR
Romy Sastra
senandung kidung meraung-raung pilu
nyanyian pertiwi lirih di tanah rengkah
baru saja digoyang gempa
pertanda alam resah
si empu maha karya apakah sudah murka?
padahal kasih sayangnya tiada tara
selalu dan selalu baru tak bernoda
bersyukurlah!
berdialog pikir pada jiwa di ruang batin
secercah cahaya gambarkan warta
lilin itu akan segera padam
gelap akan tiba
suluhkan jejak langkah
mari bercermin pada sejarah
ada iktibar di sana petiklah hikmah
mengabdilah!
daun-daun bergoyang ada sepoi menerpa
daun-daun diam bersahaja
ia tumbuh dan terus tumbuh
ada urat menyerap tirta
kirimkan salam pada pawana
hidupnya tak hampa selalu memuji
bertasbih dan berdoa
kenapa diri ini tidak diperhatikan
sayangnya ....
HR RoS
Jakarta, 280118
stanza
RINDU LARA DI SUDUT SENJA
Romy Sastra
semakin jauh kepergian mentari
teriknya taklah padam
ia ada pada mata hati menyinari jiwa
redupnya sesaat, ada pelangi pengganti
kilau senja sisakan sunset keemasan
mentari itu adakala sembunyi bukan malu
kabus petang menutupi langit
pertanda siang akan berlalu
jingga menari bersama kupu-kupu
rindu nan lara di sudut senja
masih memetik asa pada aurora langit
tegar berdiri meski sunyi
berharap sang kejora merupa meski sekejap
malam bercumbu rayu pada kerlip
petiklah satu bintang!
biarkan ia menyinari malam-malam panjang
HR RoS
Jakarta, 230418
KARMINA adalah pantun yang terdiri dari dua baris. ... Nama lain dari karmina adalah pantun kilat atau pantun dua seuntai. Karmina merupakan sastra lisan yang merupakan bagian dari sastra Melayu. Penyusunan bait pada karmina tidak memiliki jumlah dan bentuk yang tetap.
Karmina
RENUNGAN
Romy Sastra
Berjuntai kaki menikmati santai
Hidup terhimpit dilamun sansai
Memandang kilau mata jadi silau
Menundukkan kepala membuang galau
Mencoba melangkah mencari diri
Sedangkan yang dicari bersembunyi
Berpikir sesaat mencari jawaban hati
Bertanya pundak pada telapak kaki
Masih jauhkah destinasi yang akan ditempuh
Sedangkan jarak taklah jauh
Cukup berpikir sesaat biar tak tersesat
Mencari jalan pulang menuju akhirat
Mari membasuh muka ambil sajadah
Duduk berdoa memintalah pada Allah
Biarkan Ia menguasai konflik hidup
Nyalakan pelita jangan biarkan redup
Setiap kisah adalah sejarah
Petik hikmahnya mari berbenah
HR RoS
Jakarta, 11118
QUATRAIN (Kwatrin) : Sajak empat seuntai; puisi baru yang terdiri atas empat baris setiap baitnya.
Kwatrin
TAFAKURNYA SANG MUSYAFIR
Romy Sastra
Telah aku kelilingi dunia mencari-Mu
Di berbagai persinggahan jejak bertanya
Di mana pintu istana maha kekasih berada
Semua diam tak tahu
Bertanya pada angin sepoinya lenakan tubuh
Mata terkantuk debu-debu jadi peluh
Di liang rongga memuji dengan khyusuk
Pujian itu, ya hu, ya hu, keluar masuk
Bertanya pada langit, jawabannya kerlip
Merunduklah! pintu langit ada di mata batin tak berkedip
Bulan bintang matahari, semua galaksi memuji
Duduk tafakur pencarian larut sampai tersaksi
Bertanya pada hamparan membentang
Berbisik pada pasir-pasir dihantam gelombang
Alam tersenyum pasrah tak menuntut lelah dan jera
Jawabnya, istana kekasih berada di dalam jiwa
Bertanya pada samudra biru
Riak-riak melambai seperti bayangan
Menatap selalu nun di kejauhan
Telanjangi jiwa ini menyelami kedalaman itu
Terdiam sejenak merenungi diri
Yang dicari sesungguhnya tak jauh ditempuh
Cukup bertanya pada rasa sendiri
Ternyata Istana kekasih itu, pintunya ada pada kematian di dalam ruh
HR RoS
Jakarta, 20/03/2018
Kwatrin
PADA KOSONG ADA ISI
Romy Sastra
Diam bukan membisu
Dialog rasa tentang rindu
Tatapan berbicara lewat hati
Sukma mengulit mimpi
Tundukkan kepala batu pada-Nya
Duduk tafakur menghitung-hitung dosa
Gelap diri tak bisa berkaca
Bersihkan noda dosa dengan doa-doa
Kapan lagi menyibak yang tertutup
Mimpi tentang dunia nan indah 'kan redup
Terlena diri, dengan kepalsuan mimpi kekasih
Larung nafsu di atas sajadah cinta biar bersih
Dalam diri kosong terperi
Padahal ia terisi sudah nan sejati
Mengisi yang telah ada
Tak payah memetik sastrajendra
Sastrajendrayuningrat klimaks pendakian tertutup
Menempuh mati di dalam hidup
Pada makam-makam diri dilalui
Berusahalah menanam benih-benih cinta pada Ilahi
HR RoS
Jakarta, 140318
Kuatrin
PERJALANAN ABADI
Romy Sastra
Tanah liat adalah selimut sunyi, kafan 'kan menjadi rapuh
Bangkai-bangkai berdebu menunggu waktu kembali utuh
Esok atau lusa, mungkinkah seribu tahun lagi perjalanan diri ditinggalkan ruh
Entahlah, yang jelas el-maut tiba-tiba tetap akan berlabuh
Petiklah rahasia sunyi menuju jalan kematian abadi, kembali hidup
Telinga tak lagi berdenging wajah pucat pasi, jantung berhenti berdegup
Mata memandang suci mencintai dunia sudah tertutup
Lidah kelu meminta seteguk air dari nafsu telah menjadi gugup
Lalu, apa yang akan dibawa ke sana?
Yang jelas tak pasti amal dunia diterima
Sebab, riya-riya ibadah membaju di dada
Satu keyakinan diri, bertakwalah secara total pada-Nya
HR RoS
Jkt, 11118
Kwatrin
PADA KOSONG ADA ISI
Romy Sastra
Diam itu bukan membisu
Tatapan berbicara lewat hati
Dialog rasa tentang jiwa
Bahwa sukma mengulit mimpi
Tundukkan kepala batu
Duduk tafakur menghitung-hitung dosa
Gelap diri tak bisa berkaca
Bersihkan noda dosa dengan doa-doa
Kapan lagi menyibak yang tertutup
Terlena diri, dengan kepalsuan mimpi
Mimpi-mimpi tentang dunia nan indah
Larung nafsu di atas sajadah cinta biar sirna
Dalam diri kosong terperi
Padahal ia terisi sudah nan sejati
Mengisi yang telah ada
Tak payah memetik Sastra Jendra
Sastra Jendra Hayuningrat klimaks pendakian
Pada makam-makam diri dilalui
Dengan menempuh mati di dalam hidup
Berusahalah menanam benih-benih cinta semoga berbuah
HR RoS
Jakarta, 14/03/2017
Kwatrin
TABUR BUNGA
Romy Sastra
Ia gugur kemarin, bertarung melawan ajal tragedi kematian
Menyongsong sisa-sisa napas akan habis, pertarungan terhebat tak terkalahkan
Matilah sekujur badan kepergiannya, awal kehidupan menempuh keabadian
Selimut putih pembungkus bangkai, amal-amal itu sebagai pertolongan
Tunas-tunas nan tumbuh, taburkan bunga di pusara titipkan doa
Ramadan hampir tiba usah berlinang air mata
Sedangkan bangkai di alam kubur bias, tinggal tulang-belulang tersiksa
Adakah jasa tatkala di dunia berbuah pahala, ataukah tertitip di perjalanan sepi sia-sia
Jembatan anak yang shaleh itu doa, sampaikah dikirimkan?
Sedangkan al-fatihah tak fasih dibaca masih dalam ejaan
Sungguh malang anak dibesarkan
Ketika ruh menjerit kehausan tak dapat pertolongan
Tabur bunga di pusara iqtibari diri
Hidup di dunia tak abadi
Setiap yang bernyawa pasti mati
Jangan bermain-main dengan misteri
HR RoS
Jakarta,25,05,17
Kwatrin
RENUNGAN DIRI
Satu-satu daun layu luruh, gugur
Ranting-ranting patah jatuh, tersungkur
Batang lapuk sisakan tunggul seperti kubur
Sepi sunyi teronggok berkawan debu, kotor
Musim berganti bibit baru bersemi
Jamur-jamur menindih seperti tak peduli
Anai-anai pun bermain menari-nari
Begitulah siklus kehidupan silih berganti
Duhai diri?"
Usah menjadi sombong jikalau takut mati
Untuk apa beribadah seribu tahun lamanya
Yang ditunaikan sia-sia tak tahu makna
Duhai badan?"
Usah gagah-gagahan demi penampilan
Kapan tundukkan kening sesaat mencari jalan
Menunduklah ke dalam jiwa, haribaan Tuhan
Ya, Ilahi
Jangan cabut nyawa ini sebelum ampun diberi
Biarkan nadi dan jantung ini bertasbih
Mengiringi jalan kehidupan meski tersisih
Ilahiku
Kuraba dikau dalam doa, Engkau menyapa
Kututup netraku, warna itu bertamu
Kularung iman lebih dalam, Ia maha nyata ada
Tersenyumlah ya Rabbani cinta
Jalan sunyiku pada-Mu makrifatullah
Duduk bersunyi atas sajadah hamba bertakwa
Berharap musyahadah itu bermahabbah
HR RoS
Jakarta, 11117
Kwatrin
PESIMIS
Romy Sastra
Ambai-ambai berjalan gontai
Pada pasir tak dibadai kenapa sansai
Usah bernyanyi jika janji tak tertunai
Sebab, nyanyian tak cantik di bibir pantai
Riak menari bersama lembayung senja
Sepoi menepi ke dada hiba
Yang angan tak nyata dipelukan
Bayang-bayang usah menjadi mainan
Oii ... Lautan nan luas
Izinkan kularung kenang, biar lepas
Melepas dendam ke dasar terdalam, bebas
Biar kesumat menikam jantung, puas
Berjalan di atas angin tak mungkin dilakukan
Yang diingini telah dingin pada kerinduan
Lebih baik memilih jalan pulang melipat janjian
Daripada mati di tanah tak bernisan
Memilih pulang menumpang perahu kertas
Perjalanan ambai-ambai terkulai memelas
Mengukur bayangan diri pada jejak
Jejak-jejak tak terpijak gubraakkkkk
HR RoS
Jakarta, 241117
Kwatrin
TAFAKURNYA SANG MUSYAFIR
Telah aku kelilingi dunia, mencariMu
Di berbagai persinggahan bertanya
Di mana pintu istana maha kekasih berada
Semua diam tak mengerti
Bertanya kepada angin
Sepoinya melenakan tubuh, mata terkantuk
Debu-debu diterbangkan tutupi wajah ini
Di liang rongga ia memuji
Bertanya kepada langit
Jangan tatap dadaku,
Bulan, bintang, matahari, mereka semua bersujud
Merunduklah pintu langit ada dalam tafakur
Bertanya kepada hamparan terbentang
Pasrah tak menuntut jera jerih dan lelah
Ia berbisik pada pasir-pasir terpijak
Di tubuhmu pagar istana kekasih berada
Bertanya kepada samudera
Riak-riaknya melambai seperti bayangan
Jangan menatap nun di kejauhan
Telanjangilah jiwamu, selami kedalaman itu
Terdiam sejenak merenungi diri
Yang dicari sesungguhnya tak jauh
Cukup bertanya pada rasa, mursyid
Istana kekasih itu, pintunya ada pada kematian di dalam hidup
HR RoS
Jakarta, 20/03/2017
Kwatrin
MAKNA SEBUAH HAYAT
Romy Sastra
kepada gerak nadi tiada henti
titipkan kehidupan pada alam diri
bersatunya anasir ruh dari maha ruh
ia tertumpang hanya sesaat saja
kepada denyut jantung pujian
adakala ia rusak terhenti memuji
ikuti saja iramanya bernyanyi satu nada, Hu
iqtibari debar dada rindu
kepada laju napas
berhembus keluar masuk
tangga nada terindah meski berbisik
irama syairnya nan mulia, Ya Hu
kepada akal dan pikiran
jembatan pertemuan menuju keabadian
ayat-ayat suci kabarkan pesan religi
kenapa ia tak dimaknakan
bahwa mencari-Nya,
sangat susah taklah sulit
cukup buka tabir mursyid
karena IA maha nyata di sekeliling kita
IA berada di ruang lingkup lahir dan batin
maka pahami dan kenalilah
tiada berjarak tak jauh
menyatu bersatu padu di badan diri
HR RoS
Jakarta, 13/03/2017
Kwatrin
LAYARAN AKAN TENGGELAM
Romy Sastra
Dayung ini hampir rapuh, wahai impian
Laju layaran akan sampai jua, tenggelam
Tak mesti gagah berdiri di destinasi
Menikmati hidup di setiap langkah adalah sampai
Jangan menabur haru, debar kian gemuruh
Riak-riak menari usiknya sang bayu
Berkacalah diri pada kisah nan lalu
Hidup keniscayaan, kematian pun bertamu
Layaran akan tenggelam
Tak mesti di dermaga berlabuh
Satu langkah melaju jatuh
Beribu kilo berlayar tetap karam
Menikmati pemberian adalah syukur
Jangan berkeluh kesah jatah itu diberi
Ikhtiar hasil sedikit banyak sama saja
Hanyalah amal pelipur lara di alam misteri
Tuan dan nyonya
Sudilah menyirami daun-daun nan layu
Walau ilalang tegar berdiri cabari gersang
Semoga bunga berbuah aset itu nanti
Menunduklah sekejap wahai keangkuhan
Adakah rinai terjatuh di liang zam-zam
Temukan kedamaian rindukan kematian
Diri ini tak berlangsung lama iringi dunia
Renungi jejak-jejak kau jelang
Serasa semu tiada yang abadi
Menangislah akan dosa, mungkinkah terampuni
Sedangkan noda daki di hati kian menumpuk
Pada puisi kutumpahkan sesalan
Pada doa kularung kesalahan
Pada kekasih membawa rindu
Semoga yang dicintai sudi bertamu
Kekasih, kumerinduimu
Peluklah bangkai ini, ampuni aku
Leburkan segala dosa yang ada
Tersenyumlah Dikau menyambutku nanti
HR RoS
Jakarta, 23/03/2017
Kwatrin
ORASI DEMOKRASI
Romy Sastra
Toa meraung-raung tak jelas
Habib berbicara,
orasi pedas
Perwakilan suara umat yang gelisah
Siang tadi di depan istana ada tamu
Raja tak berpesta,
tamu tak diundang datang
Panggung-panggung politik meriah
Padahal undangan disebarkan
Lewat hukum tak adil
Katanya akidah dinistakan
Umat tak terima,
Lebih baik mati berkalang tanah
Daripada akidah tergadai
Untuk apa hidup,
Kenyang hanya memakan bangkai
Harga diri tidak bisa dibeli
Lebih baik berdamai,
Jangan bermain api, negeri kan terbakar
HR RoS
Jakarta, 110217
Kwatrin
RENUNGAN DIRI
Romy Sastra
Sepi merenung bukan patah hati. Melainkan diam tafakur mencari diri. Duduk bersunyi-sunyi di malam hari. Komat-kamit menghitung tasbih menempuh pagi.
Sepi merenungi kejadian azali terjadi. Tuntunan tauhid di atas tiang-tiang berdiri. Pada alif berguru tongkat sejati. Jangan bermain ego jika ingin tahu hakiki.
Duhai, pengembara sunyi. Tatap malam jangan bermain kelam. Sedangkan pintu langit selalu terbuka di hati. Bulan dan bintang tak pernah tenggelam bersemayam.
Seribu guru kupelajari ajaran kebenaran. Guru-guru itu bertaburan di setiap langkah dan berlari. Taat pada tuntunan takkan tersesat jalan. Menangislah diri jika tak ditemukan yang dirindui.
Aku pernah mati meninggalkan dunia ini sesaat. Dunia ini, jika tak diawasi lelaku akan tersesat. Sebelum terlambat ke liang lahat segeralah bertobat. Kiamat diri sebentar lagi kian mendekat.
Aku mati belajar mengenali sakaratul maut. Sedangkan el-maut mencibir diri ini nyawa akan direnggut. Kenapa diri lupa tentang kematian tak merasa takut. Sedangkan tangan el-maut tiba-tiba datang mencabut.
Pada sepi aku bersunyi-sunyi menyadari kekhilafan diri. Dalam kesunyian menemui Ilahi. Wajah Ilahi bukan wujud melainkan Idzati. Dengan jalan menempuh kematian itu kita bertajali.
HR RoS
Jkt, Jumat malam 03/08/17
Quatrin
RENUNGAN DIRI
Satu-satu daun layu luruh, gugur
Ranting-ranting patah jatuh, tersungkur
Batang lapuk sisakan tunggul seperti kubur Tunggul teronggok berkawan debu jadi jamur
Musim berganti bibit baru bersemi
Jamur-jamur menindih seperti tak peduli
Anai-anai pun bermain menari-nari
Begitulah siklus kehidupan silih berganti
"Duhai diri?"
Usah menjadi sombong jikalau takut mati
Untuk apa beribadah seribu tahun lamanya
Yang ditunaikan sia-sia tak tahu makna
"Duhai badan?"
Usah gagah-gagahan demi penampilan
Kapan tundukkan kening sesaat mencari jalan
Menunduklah ke dalam jiwa, haribaan Tuhan
"Ya, Ilahi?"
Jangan cabut nyawa ini sebelum ampun diberi
Biarkan nadi dan jantung bertasbih
Mengiringi jalan kehidupan meski tersisih
"Ilahiku?"
Kuraba dikau dalam doa, Engkau menyapa
Kututup netraku, warna itu bertamu
Kularung iman lebih dalam, Engkau maha nyata
Tersenyumlah ya Rabbani cinta
Jalan sunyiku pada-Mu makrifatullah
Duduk bersunyi atas sajadah hamba bertakwa
Berharap musyahadah itu bermahabbah
HR RoS
Jakarta, 11118
Kwatrin
PESIMIS
Ambai-ambai berjalan gontai
Di atas pasir tak dibadai kenapa sansai
Usah bernyanyi jika janji tak tertunai
Sebab, nyanyian tak cantik di bibir pantai
Riak menari menyulam senja
Sepoi menepi ke dada hiba
Angan tak nyata dipelukan
Bayang-bayang usah menjadi mainan
Oii ... lautan nan luas
Izinkan kularung kenang biar lepas
Melepas dendam ke dasar terdalam bebas
Biar kesumat menikam jantung hati puas
Berjalan di atas angin tak mungkin dilakukan
Yang diingini telah dingin pada kerinduan
Lebih baik memilih jalan pulang melipat janjian
Daripada mati di tanah tak bernisan
Memilih pulang menumpang perahu kertas
Perjalanan ambai-ambai terkulai memelas
Mengukur bayangan diri pada jejak
Jejak-jejak tak terpijak gubraakkkkk
HR RoS
Jakarta, 271118
kwatrin
MONOLOG KACA DIRI
By Romy Sastra
Bermain rindu pada kunang-kunang
Kerlipnya sekejap redup menghilang
Bercintalah sepenuh hati pada yang tersayang
Raih kekasih dengan kasih saying
Bersolek pada bayangan silam
Rupa abstrak fatamorgana kelam
Bercermin pada rasa dan jiwa
Biarkan akal mencari jawaban terindah
Jangan berkaca pada riak ego memandu
Kan terjatuh di kolam berlumpur, malu
berkaca pada cermin nan retak
wajah rancak nampak berserak
Mengukur diri jangan pada bayangan mimpi
Sedangkan mimpi adalah bayangan ilusi
Takkan didapatkan jawaban nan pasti
Semakin dikejar ia semakin berlari
Tersenyumlah sedikit pada nasib
Meski himpitan kian menjerit
Jangan biarkan otak menjadi sakit
Dunia ini tidaklah sempit
Singsingkan lengan hadapi dunia
Jangan lari dari kenyataan yang ada
Kehidupan ini berlanjut di depan mata
Jangan berhenti sebelum finish tiba
Tataplah dermaga jiwa
Layaran berlabuh membawa sukma
Jangan layu mata menatap cinta
Mentari batin tak pernah redup menyinarinya
HR RoS
Jkt, 20,04,2017
kwatrin
IQTIBARI NASIB
By Romy Sastra
Terlena pada pandangan pertama, purnama
Kisi-kisi malam membuai angan, pada kejora
Ilalang di tanah tandus, merindukan bahagia
Sedangkan rinai sama sekali, tak jua ada
Kupu-kupu di atas daun bermandi tangis
Sedih di daun layu, rintihan hidup histeris
Jeritan tak terdengar, menyentuh batin
Lolongan kepedihan lenyap terbawa angin
Oohh, koloni awan, sibakkan gumpalanmu
Jangan menutup langit nan membiru
Tersenyumlah iklim, biarkan si kecil berlari
Rotasi pancaroba masih menyimpan misteri
Bercermin pada kisah, bukalah pintu hati
Jangan bermain bayangan diri
Sadari langkah, seberapa jauh kaki berlari
Tetap yang dikejar hanyalah ilusi
Menyadari takdir adalah ibadah kepadaNya
Insafi sayap-sayap liarmu si rama-rama
Jangan tergoda pada dunia
Ada seribu satu jalan menuju bahagia
HR RoS
Jakarta, 06,05,17
Kwatrin
NISFU SYA'BAN
Romy Sastra
Sunyi berkawan malam berdiam diri
Renungi jejak-jejak hari yang telah pergi
Teringat seribu satu noda membayangi
Bersemayam di dada ini
Tentang perjalanan malam sang Maha Raja
Rabbani turun ke langit dunia
Menebar kasih sayang dan ampunanNya
Heningkan diri mencari Maha cinta
Mahabbah di malam nifsu sya'ban
Catatan amal ditutup, saldo amal diperlihatkan
Setahun menyemai benih kebajikan
Adakah sampai catatan ke langit, ataukah tertumpah di lautan
Bulan purnama hadir menyapa
Menyaksikan Maha Raja membawa bejana
Kututup pijar mata ini kubuka kalbu
Persilakan sang Raja masuk pintu rumahku
Berkomat-kamit menghitung tasbih
Menunggu hadirnya sang kekasih
Hadir pada hati hamba-hamba yang bersih
Dia menemani jangan risau jangan bersedih
HR RoS
Jakarta, 12,05,17
Kwatrin
GELORA API
Romy Sastra
Kobaran api di hati membakar lingga diri
Waspadai denging bersiul pada sami'
Gejolak mengintai di gerbang hari
Jangan bermain api, kan terbakar nanti
Membakar unggun menghasilkan abu
Tarian panas padam menyisakan debu
Harga diri mahal bertarung tak kenal malu
Seperti kurap-kurap anjing tak berbaju
Berkacalah pada jiwa
Di sana ada cahaya nan bermegah
Sauk tirta di telaga rasa
Berjalanlah diri dengan mutmainah
I'tibari sebatang lilin mencair, terbakar rela
Rela mencair lenyap tak bersisa
Demi menerangi kelam, meski temaram
Mahkota api tersenyum dalam diam
Adakala api sahabat berguna jika terkuasai
Duhai amarah, jangan berlebih-lebihan sekali
Sadari musuh tak jauh mengintai
Jika dibiarkan sengketa tersemai, konflik tertunai
Berkawanlah dengan api kecil tak membakari
Jadikan panasnya berkah menerangi
Untuk apa bermain air membanjiri
Hidup beriak bermandi tangis tersesali
Sahabat yang tenang adalah mutmainah
Sahabat yang tersesali, ia lawwamah
Hati-hatilah sahabat setengah baik, sufiah
Jauhi sahabat yang hina membakari, amarah
HR RoS
Jakarta,14,05,17
Kwatrin
KEMATIAN HAK YANG KURINDU
Karya Romy Sastra
Bias-bias pikir terkikis, pesimis
Gontai langkah diri menghalau ironis
Menggapai cinta Ilahi, mestilah optimis
Buang keraguan di dada tempat sarangnya Iblis
Dalam religi, aku pamit
Pergi berkelana ke alam yang tak sempit
Berkuda jiwa berkomat-kamit
Terbang melayang menuju langit
Aku pergi jauh dari pergulatan dunia
Meninggalkan seremonial cinta, mencari Maha cinta
Kutempa kearifan jiwa pada nafsu hina
Pergi memamah cinta dalam fananya sukma
Diri mengejar asa terkadang tersesat, menyesatkan
Pada rayuan dunia, yang sejati terlupakan
Menangis sedih mengingat kematian
Sedangkan el-maut masih dalam perjalanan
Bila malam-malam rindu duduk sendiri
Mencari kematian diri yang hakiki
Langit pat gulipat kututup rapat-rapat
Jangan ada nada-nada puji yang tersekat
Kebisingan sami' menggema, bak lonceng berbunyi
Asyik bersunyi membubung arasy lafaz terhenti
Hati berbisik bashir kututupi
Matilah aku di dalam sunyi
Alam malam dalam kegelapan
Hening menempuh kematian
Kematian di dalam kehidupan
Sungguh malam itu lebih baik dari malam seribu bulan
Berjalan bak kilat ke dinding misykat
Kupapah jiwa bersama rasa, mengikat kuat
Menyatu bersama unsurku dalam syahadat
Larut melebur ke istananing Dzat
Tak kubawa makhota mewah
Hanya menggendong sebait megah
Bergandeng tangan dengan rasulullah
berputar mengelilingi Baitullah
Tak dapat pelita di tungku perapian rasa
Tak kutemukan cahaya-Nya di sang surya
Tak menerangi lilin di milad usia
Tak pesona ceria di glamournya pesta
Pesta itu anggun tak berpenonton riuh
Sorotan lampu panggung silau menipu ruh
Karena sang opera pertunjukan dungu
Tertipu pada rindu-rindu semu
Sesungguhnya, aku menemukan cinta
Di dalam kematian rasa
Mati dalam hayat, bukan kifayah
Lenyap ke dalam fardhu 'ain, fitrah
Perjalanan sufi berakhir suci
Sebuah pertemuan realita cinta yang dicari
khair di kasyaf hati, wilayah rahmat ilmu laduni
bersama-Mu, aku bahagia sekali
HR RoS
Jakarta, 12,05,2017
kwatrin
TAFAKUR
Romy Sastra
Seberapa lama tarikh napas mengisi hari
Semenjak roh bersaksi akan mengabdi
Dari azali hingga kini dan nanti
Sadarilah, bahwa ia selalu memuji
Pada denyut nadi tarian diri
Jantung dan hati saling bernyanyi
Kenapa telinga tak mampu mendengar, apakah tuli
Sadarilah, dunia ini hanya igauan mimpi
Tafakurlah sejenak mengenang akhirat
Tersungkur menangis sekejap
Jalan pulang kian mendekat
Sadarilah, matahari sudah rebah ke barat
HR RoS
Jakarta, 06/04/2017
kwatrin
INTROPEKSI DIRI OBAT SAKIT HATI
Romy Sastra
Kalau perlu menangislah!
Jika lara itu kan luruh, berlalunya duka
Kembalikan senyuman yang tersisa itu
Jangan bermain hiba di sudut hati, kan tersiksa
Ketika janjian bertamu, bahwa ia adalah ibadah
Jangan salahkan takdir
Sedangkan suratan lagi bermain bersama misteri
Seperti gulungan awan hitam menyimpan hujan
Jangkaulah langit tertinggi
Bisikan mantera jiwa ke dalam doa
Bawalah seuntai madah cinta, kepada maha cinta
Malaikat kan tersenyum, menatap insan yang berduka
Kabarkan kepada Rabbani
Doa-doa cinta berhias tobat nasuha
Redalah segala resah menghimpit hati
Semoga luruh nan risau berganti ceria
Kehidupan dan kematian adalah keniscayaan
Maka tersenyumlah menghadapi ujian
Biarkan hikmah mendewasakan kisah
Semoga bertambah penghayatan diri, tuk cabari laju kehidupan ini
Sedangkan senja pasti menanti
Memintali siang ke ranah malam tenggelam
Ia isyarat alam pada hidup di kemudian
Jangan tangisi benang kusut tak terurai
Intropeksi adalah penyelesaian terindah
Jangan sesali luka, bahwa hati meminta kedamaian sepanjang hari
Bercumbulah bersama problema
Biarkan ia tersenyum mesra, melahirkan keharifan tiada tara
HR RoS
Jakarta, 30/03/2017
HAIBUN adalah bentuk sastra prosimetric berasal dari Jepang, menggabungkan prosa dan haiku. Kisaran haibun luas dan sering termasuk otobiografi, buku harian, esai, prosa esai, cerita pendek dan jurnal perjalanan.
Puisi Haibun
EMBUN BERGANTI DEBU
Romy Sastra
Kicauan di kotaku bukanlah burung kenari, melainkan deru mesin bergemuruh di sepanjang jalan. Debu-debu berterbangan ke dedaunan tak lagi subur, makhota kembang di taman pucat pasi. Tak lagi menampung embun kala pagi menatap rama-rama berlari. Kotaku murung, hanya dihibur baliho di setiap pinggir jalan trotoar, sebagai pengganti aura kota berwajah teknologi, pada laju bisnis kota di tangan pemodal pengusaha dan penguasa, sama-sama mencari keuntungan pribadi.
Pagi merajuk
Embun dan debu malu
Gersang kotaku
HR RoS
Jakarta, 08/08/17
Haibun
BERBAKTILAH ANAKKU
Romy Sastra
"Oh, anakku?" Kini kau telah dewasa, tataplah wajah renta ini! Tergurat jerih demi kasih sayang tak berujung untukmu. Meski jalan ini menanjak dan menurun, Ayah dan Ibu lalui.
"Satu pinta Ayah dan Ibumu, berbaktilah dikau nanti!" Jadilah pelanjut regenerasi yang berbudi. Raih cita-cita setinggi langit, tapi rendahkan hatimu sedalam segara biru, karena di sana mutiara terindah kau temui, dan semoga pelita tak padam di dadamu 'tuk berbakti. "Oh, buah hatiku."
Terik hampir tenggelam menyapa senja
jika dian di tengah rumah nanti padam, nyalakan seuntai ayat suci pengantar religi ke kuburan teronggok sunyi di bawah batu nisan. Guncangkan arasy dengan lantunan doamu, kirimkan amal surgawi keharibaan Ilahi untuk Ayah Ibumu nanti. "Ya, anakku...."
Pelita hati
Dikau harapan kami
Ayah Ibumu
HR RoS
Jakarta, 10/04/2018
Haibun
KEMATIAN YANG DIRINDUKAN
Romy Sastra
*
Menganyam sepi
Intip diri pejamkan
Makrifat itu
*
Aku larung sunyi ke dalam kelam
tak berpelita pintu itu sedikit pun. Resah membuncah, jalan kematian gelap gulita.
Aku panas terbakar sila, resah kian gelisah,
bingung tak tahu jalan pulang sesungguhnya.
Akhirnya, aku keluar dari diri, mencampakkan tentang duniawi, yang bergelayut di otak sarangnya kurcaci.
Lalu, aku bertasbih selalu
tak hiraukan goda memandu. Sedangkan malaikat itu sedari tadi menyambut para perindu menemui kekasih.
"Seruan cinta datang menyapa, masuklah ke mihrabku wahai insan yang lolos dari goda!"
*
Belajar mati
Kenali mursyid diri
Dekat sekali
*
"Dan, aku layari samudra jiwa.
Bertanya pada rasa?"
di mana Mim itu berada duhai cahaya?
Sedangkan kerlip-kerlip, seperti mutu manik manikam datang dari segala arah.
Kupetik satu kerlip itu,
lalu aku cumbui dengan asyik tak berpaling sedikit pun tak terusik.
Kematian kian kukenali, mendekatlah cinta yang kudamba. Sagara hijau membentang luas tak berujung, sauh-sauh terlepas dari ruh.
Imanku berenang mengejar dermaga terindah, menyambut kematian husnul khatimah.
El-maut, akhirnya tak sanggup memikul roh sang kekasih yang dikasihi-Nya.
Kematian yang dirindukan ada pada cinta total tak berdebu sedikit pun tak berbenalu.
Pada-Nya cinta
Gapai mati terindah
Beribadahlah
HR RoS
Jakarta, 221117
Haibun Klasik
Tema: HARAPAN MENUJU SUKSES
Judul: PELUH AYAH BUNDA EMBUN DOA
Karya: Romy Sastra
Luruh risau demi cinta terhadap buah hati. Dikau ayah dan ibu, perjuanganmu. Tak kenal lelah mencari sesuap nasi tuk membesarkan darah daging sendiri.
Sedangkan peluh menganak sungai di sela pori, embun doa itu tak kau hiraukan lagi. Isyarat pengabdian kasih dan amanah dari Illahi, ikrar noktah di depan penghulu, kala itu. Ayah dan Ibu berjanji sehidup semati.
Kala senja tiba,
lilin menyala di tengah rumah, tak sampai pagi pijarnya redup.
Lilin isyarat pelita di malam buta, penerang lorong-lorong gelap di setiap jejak masa depan kau lalui.
"Ayah, Ibu, kuberharap pada Ilahi.
Hidupkan dikau seribu tahun lagi, serasa malaikat penjagaku engkaulah wahai, Ayah dan Ibu....
Dari tengadah
Awal ikhtiar doa
Memohon asa
HR RoS
Haibun Klasik
Tema: HARAPAN MENUJU SUKSES
Judul: BERBAKTILAH ANAKKU
Karya: Romy Sastra
"Oh, anakku?" Kini kau telah dewasa, tataplah wajah renta ini! Tergurat jerih demi kasih sayang tak berujung untukmu. Meski jalan ini menanjak dan menurun, Ayah dan Ibu lalui.
Satu pinta Ayah dan Ibu, berbaktilah dikau nanti!
Jadilah pelanjut regenerasi yang berbudi. Raih cita-cita setinggi langit, tapi rendahkan hatimu sedalam segara biru, karena di sana mutiara terindah kau temui, dan semoga pelita tak padam di dadamu tuk berbakti, "oh, buah hatiku.
Terik hampir tenggelam menyapa senja
jika dian di tengah rumah nanti padam, nyalakan seuntai ayat suci pengantar religi ke nisan teronggok sunyi di batu nisan. Guncangkan arasy dengan lantunan doamu, kirimkan amal surgawi ke haribaan Ilahi tuk Ayah dan Ibumu nanti. Ya, anakku....
Pelita hati
Dikau harapan kami
Ayah Ibumu
HR RoS
Haibun Klasik
Tema: HARAPAN MENUJU SUKSES
Judul: BUAH JATUH TAK JAUH DARI BATANG
Karya: Romy Sastra
"Ayah, senja itu akhirnya datang jua.
Sunset di dada langit, berwarna jingga keemasan. Seakan menitipkan kilau misteri, pertanda pengabdianmu selesai sudah tentang dunia berwajah sementara. Daun-daun berguguran ke bumi, ranting-ranting meranggas di dahan berjatuhan, berharap siklus tunaskan kembali.
Wahai angin nan membawa sepoi, bawalah gumpalan awan hitam menyimpan hujan jatuh ke tanah. Harap gersang berlalu pergi, berganti subur kembali.
Sedangkan kehidupan ini terus berlanjut, batang enggan melapuk jadi tunggul berdebu, digantikan oleh jamur-jamur nan gampang layu.
Tirani getah mengaliri di seluruh batang dan ranting, biar daun-daun bermekaran, putik berbuah menjadi matang mencipta bibit tak lekang oleh hujan dan panas pengganti history nan telah diam bersemayam di ruang sunyi....
Sunyi abadi
Bibit tumbuh kembali
Siklus sejarah
HR RoS
Haibun Klasik
Tema: HARAPAN MENUJU SUKSES
Judul: MENTARI SELALU BERSINAR
Karya: Romy Sastra
Malam telah berganti fajar menyingsing pagi, prosa diri tertoreh di labirin diksi. Sinopsiskan cerita hidup pada untaian haibun selaksa dendang tak bernyanyi. Pelangi jembatan warna menyapa gita tentang dunia ini indah, berpacu bersama mentari pagi, daku melarung kelam ke dalam cahaya, tertutup hiba berganti ceria, biarlah yang berlalu diam bersama sejarah.
"Oh, terik pagi. Pijar malam padamkan! Biarkan awan hitam yang berlalu menjadi langit biru, sebiru riak menari bersama camar-camar bernyanyi di lautan lepas. Percaya akan kemurahan yang maha kuasa, hidup berlanjut tak tersia-sia asalkan mau berikhtiar dan berdoa.
Tuhan maha pengasih, hanya kepada-Nya kita tempat meminta, semoga harapan menuju sukses dapat diraih hendaknya, aamiin....
Mentari hati
Pembuka hajat diri
Terus berdoa
HR RoS
Jakarta, 10/04/2017
SENANDIKA atau SOLILOKUI adalah wacana seorang tokoh dalam karya susastra dengan dirinya sendiri di dalam drama yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan, firasat, konflik batin yang paling dalam dari tokoh tersebut, atau untuk menyajikan informasi yang diperlukan pembaca atau pendengar.
JALAN YANG BERSIMPANG
Romy Sastra
Puan....
Setelah kepergianmu, kau memang tak lagi menoleh ke belakang. Tentang apa yang kau tinggalkan dalam bentuk kenangan, semuanya sudah hilang dalam ingatanmu, barangkali? Aku mencoba tegar untuk tidak menjadi seorang yang misoginis. Meski langkah hidupku selalu fatalis, dan aku tegar mengikuti takdir sampai finish.
kepedihan telah menjadi kesedihan yang sunyi, dan kesunyian menjadi kekasih di setiap kegagalan kutabahi. Kau telah mengajarkan tentang luka, tentang kecewa, tentang kemesraan yang hampa, setelah kau tahu siapa aku? Sikapmu ditorehkan ke dalam kata menjelma jadi bentuk pengkhianatan, dan aku mencoba terus mencoba memahami akan sebuah pernyataan, semenjak kau berada di kasta terbaik. "Aku bukan yang dulu lagi yang kau cintai, dan sekarang kita adalah berbeda." katamu, itu sakit. Apakah aku dendam?
"Tidak...! Aku tidak semudah itu dendam, Puan. Hanya untuk menghancurkan kenangan. Sulit memang melupakanmu, tapi aku mencoba membiasakan diri untuk sadar dari ketidakberdayaanku, apa itu cinta?"
"Ah, cinta! Ah, luka? Semua kenangan itu menjadi racun, tapi aku mencoba jadikan humus di sisa taman hidupku menempuh senja."
Diri, aku yang tak tahu diri meminta secawan madu atas dasar kedahagaanku. Berkelana menyisiri labirin-labirin hati untuk kumiliki yang sempat bahagia bersamamu, walau sekejap atas harap yang semu. Aku benar-benar terhempas setelah keputusan kau beri, yang kita tak lagi sepasang kekasih.
Pedih memang, tapi aku mencoba selalu mengerti dan menyadari. Ternyata aku hanya persinggahan dari hatimu yang gelisah akan cinta dan masa lalumu. Sandiwara bayangan kelammu kubaca, aku mencoba menutupi itu semuanya. Malah, aku mengajakmu berlari mengejar yang pasti, kau enggan menari di cabaran panggung yang kubangun. Ah, ternyata harapku ilusi.
Puan....
Kau kekasih yang kucintai telah pergi, kau membuat keputusan. "Jalan itu telah bersimpang, Tuan." katamu.
Ah, aku telah dibutakan dengan warna yang silau. Sebaliknya, aku telah disadarkan oleh rentetan kejadian perpisahan dalam renungan dari semua pertemuan kisah meniti perjuangan. Dan kini, biarlah aku pulang dengan hati hampa, kegagalan kesekian ini sudah menjadi mainan diriku, Puan.
"Tapi Puan, pahamilah! Mendung tak selamanya kelabu...."
Jakarta, 10 Agustus 2020
Solilokui
DIRI MENCARI DIRI
Romy Sastra
Telah aku gelorakan nafsu mencicipi hidangan bermain di ujung lidah, dari kekangan segala ingin pada pertarungan iman dan batin di shaum siang tadi.
Ternyata nikmatmu wahai si penggoda, hanya di batas tenggorokan saja.
Diri berpayah-payah mencari diri,
di mana jamuan terlezat berada?
Aku cari di kantin-kantin, kujejaki kuliner trotoar di pinggir jalan, ternyata tak satu pun yang mampu pesona kuliner itu membuat aku terpana.
Diri mencari diri,
mengikuti jejak-jejak wali bersufi, pada kajian lelaku bershaum nafsu sepanjang ruh menyelimuti, tak mau menyentuh aroma nikmat sesaat menggoda.
Aku dicubit pedih oleh hening, tak lagi memikirkan nafsu, yang kupikirkan perjumpaan kerinduan. Betapa lezatnya rindu telah terhidang di dalam sukmaku, dan bertahtanya kemewahan tiada tara.
Aku malu pada batinku, ternyata kuliner terlezat itu adalah makrifatullah.
HR RoS
Jakarta,29,05,2017
Solilokui
TOPENG DI BALIK RUPA
Romy Sastra
topeng berselimut bayang, disanding rupa melati berwangi kesturi
sering berkaca pada rasa, hasrat meminjam rupa pada bulan
sedangkan kejora selalu membayangi aurora ingin berpesta di malam hari
wahai diri, sadari, takdir telah ditentukan dari azali, untuk apa bermain bayang di tangan yang kotor, bersolek seperti bidadari kesiangan
lebih baik kilaukan rupa pada tirta religi memandu relung-relung jiwa bersayap ruhani, kan terlihat jelas ekspresi ilahi pada wajah nan manis
diri yang tak pernah sadar memandang pelangi, sebab hadirnya sesaat seperti imaji membayangi, kadangkala diri cemberut di depan kaca, seperti tak pernah puas pemberian dari azali, duhai diri, mengertilah
tanggalkan wajah nan bersolek di balik topeng-topeng mewah, gantilah dengan hiasan dedoa, menjadi senyuman nan berkah
HR RoS
Jakarta, 29,05,2017
DUKOTU adalah puisi singkat berisi dua baris dan tujuh kata.
Dukotu
AZALI
#i
Awalnya dari nur
Hitam merah kuning putih
#ii
Menjadi anasir alam
Tanah air angin api
#iii
Tuhan jadikan tubuh Adam
Seperti patung berdiri
#iv
Lalu ditiupkan ruh
Jasad sujud bertasbih memuji
#v
Jadilah ia insan kamil
Pelanjut tirani dunia
#vi
Pahami unsur diri berdiri
Dari ilmu hakiki
#vii
Kenali awal kejadian
Semoga tahu jalan pulang
HR RoS
Jkt, 10-01-2017
SATIRE : gaya bahasa yang dipakai dalam kesusastraan untuk menyatakan sindiran terhadap suatu keadaan atau seseorang; 2 sindiran atau ejekan
Satrise
MELUPAKAN SESAAT
Karya Romy Sastra
Lelah mengiringi kepatutan
beban tersulit tetap dijalankan.
"Oohh..., Tuan"
Tunduk menjalankan perintah
meski tubuh tersiksa pedih
terhina dicambuk dicaci maki.
Rehat melupakan resah sesaat
ketika bimbang dan ragu
di ambang keputus-asaan
sikap yang ditempuh adalah mengumpat
berdiam tak ingin melawan.
Dunia ini kejam,
tapi lebih kejam hardik Tuan
hahahahaa... nasib Monyet.
HR RoS
Jkt, 30112016
SONETA sajak yang terdiri atas empat bait (2 bait pertama masing-masing terdiri atas 4 baris, 2 bait terakhir masing-masing terdiri atas 3 baris); sajak 14 baris yang merupakan satu pikiran atau perasaan yang bulat.
HAIKU adalah bentuk paling pendek dari puisi Jepang dan identik dengan bentuknya yang terdiri dari tiga baris dan 17 suku kata, serta identik memiliki kigo (penanda musim). Istilah haiku baru muncul di akhir abad ke-19 yang diperkenalkan oleh Masaoka Shiki.
soniku sonian sonet haiku
EMBUN RINDU
bunga ungu mekar
segar merindu
basah sudah
kukecup
kelopak asmara
menyentuh sukma
terkesima
nikmatnya
pagi gerimis
daun-daun gembira
alhamdulillah
siklus berganti
musim hujan berlalu
bersemi indah
HR RoS
Jakarta, 29112016
PUISI LIPATDUS lahir dari singkatan/ akronim angka:5, 4, 3, 2, 1. Yah, Puisi Lipatdus adalah puisi yang hanya terdiri satu bait, dengan lima baris. Aturan pembuatanya pun mudah.
Lipatdus
PAGI
mentari tersenyum indah di langit
embun berkilauan di rerumputan
kabut pagi berlalu
petani gembira
panen
HR-RoS
Jkt,20122016
Puisi Lipatdus
PROSES DEMOKRASI
Pesta demokrasi belum lagi usai
Sindiran cibiran kian menikam
Yang kalah legowo
Menang merangkul
Berdamailah!
HR RoS
Jakarta,16217
PATIDUSA merupakan singkatan dari empat tiga dua satu. Pada tanggal 9 Agustus 2015 adalah awal terciptanya sebuah puisi genre baru yang bertajuk Puisi Patidusa di media jejaring sosial Facebook. Kemudian, diproklamirkan pada tanggal 27 Agustus 2015.
Puisi patidusa tangga
NEGERI PARA BEDEBAH
Berkaca pada demokrasi rasulullah
Dari Muhammad bermula
Maruah terjajah
Dibebaskan
Seiring zaman tongkat merapuh
Pedoman dikebiri kawan
Satu payung
Pengkhianat
Demokrasi tersandera politik benalu
Menghalalkan segala cara
Berebut tahta
Serakah
Kapitalis menguasai perdagangan dunia
Imperialis penjajah genosida
Tak berdarah
Waspada
Pengusaha seperti badut gendut
Yang penting kenyang
Harta menumpuk
Stroke
Demokrasi jadi dagelan mimpi
Bebas lepas bablas
Hukum dibeli
Kerdil
Gaduh tak kunjung selesai
Rakyat kian sengsara
Tunggu komando
Caos
Berdamailah pada sejarah bangsa
Ukur bayangan berlari
Jangan seenaknya
Berkuasa
HR RoS
Jakarta, 03022017
Puisi Patidusa Tangga
RINTIHAN DI BUMI YANG DIBERKAHI
By Romy Sastra
Deru bunyi mesiu bergemuruh
Bom berjatuhan runtun
Tanah kering
Berdarah
Pekik suara takbir menyayat
Luluh dihantam perang
Debu berterbangan
Gelap
Tangis bermandi luka hiba
Anak kehilangan ibu
Ayah tiada
Berjihad
Tanah yang diberkahi Allah
Perjanjian akhir zaman
Perang dimulai
Musnah
Siapa yang menuduh salah
Semua merasa benar
Padahal politik
Pengkhianat
Dengan kekuasaan sesaat lupa
Dunia sekejap mata
Hancur lebur
Binasa
Senjata doa tersisa kirimkan!
Hababil masih bingung
Menunggu perintah
Tuhan
Tanah pertiwi subur makmur
Wahai nan berbudi
Bantu mereka
Kelaparan
HR RoS
Jakarta, 04022017
Puisi Patidusa Tangga
BERDAMAILAH NEGERIKU
Sayap garudaku patah tertembak
Wajah nusantara risau
Hipokrit merajalela
Politik
Siapa lawan siapa kawan
Yang punya kesempatan
Negaraku kacau
Mencekam
Panji-panji berkibar di keramaian
Seakan siap bertarung
Unjuk gigi
Pendekar
Temali Bhinneka Tunggal Ika
Satu tubuh bersaudara
Falsafah negara
Maknakan!
Jangan salahkan alam murka
Amanah tergadai sudah
Berpikir sejenak
Sadarlah!
Hukum tajam ke lawan
Tumpul ke kawan
Hakim disogok
Pecundang
Warta jurnalis tebang pilih
Rakyat semakin bingung
Tontonan murahan
Membosankan
Berdamai dalam gita cinta
Rakyat aman sentosa
Amanah janji
Tunaikan
Politik homo homini lupus
Kejam sadis membunuh
jangan dipakai
Buang!
Manusia homo homini socius
Berbudi saling menghargai
Berjabat tangan
Berbagi
HR RoS
Jakarta, 090217
Patidusa
HAYALAN MEMORI
By Romy Sastra
imaji
selimuti sedih
kenapa memori datang
membawa dendam tak sudah
cerita asmara menyisakan luka
tertuduh hipokrit cinta
kisah berlalu
pergi
rindu
kenapa bertamu
padahal cerita berakhir
selesai menyemai benih impian
biarkan ilalang tumbuh kering
meski padang gersang
bertahan sendiri
sunyi
HR RoS
Jakarta,14/01/2017
Patidusa
KABUT PAGI
magenta pelangi warnai pagi
pertanda gerimis datang
bunga bermekaran
mewangi
mentari
mulai bersinar
tangan cekatan bekerja
mencari nafkah hingga petang
damai
bersama alam
kearifan jiwa berTuhan
bersyukur padaNya ibadah itu
langit membentang di angkasa
lembayung telaga kerlip
teratai berjuntai
akarnya
malam
rembulan bertamu
bintang bersinar terang
awan berlalu pungguk rindu
fajar menyingsing pagi cerah
kabut berlalu menjauh
embun bertaburan
bening
HR-RoS
Jakarta, 11-01-2017
AKROSTIK adalah sebuah bait (atau bentuk penulisan lain) dimana huruf pertama (atau silabel, atau kata) dari setiap baru (atau paragraf, atau unsur lain dalam teks tersebut) menampilkan sebuah kata, pesan, atau abjad.
TIPOGRAFI adalah ilmu atau kemampuan menata huruf atau aksara untuk publikasi visual, baik cetak ataupun non cetak
Akrostik Typografi
Judul: Romy Sastra
Karya: Aku Dw
RomY SastrA
Obsesimu hanya rela
Menulis bagaikan air mengalir
Yang tak kenal lelah menulis
Sedih gembira religi sufi
Aksara tinta tersusun
Sebagai penyair
Tak di kenal
Rapopo
Aku
HR-RoS
Jakarta, 12-O1-2017
SYAIR adalah sebagai puisi lama yang tiap-tiap bait terdiri atas empat baris dan mempunyai akhir bunyi yang sama.
Syair lara
ADAKAH PINTU MAAF BAGIKU
by Romy Sastra
"Duh ... masih pantaskah aku merindu?"
luka yang kutorehkan begitu dalam
berulam tikam.
Rindu yang kuhidangkan seperti bercampur debu
senyuman yang kuhantarkan
telah hambar tak lagi dimaknakan
pelangi cinta yang dititipkan pudar warna
"Kini, kesunyian menyapa rindu
bahagia telah tertutup kabut
wajah nan dulu manis tergurat sendu.
Kata-kata perpisahan itu
seringkali bergulir dari bibirmu
dari titik kesalahan yang tak kutahu
"Aahh ... lelah sudah menatap rindu,
secercah senyum mesra di balik layar kaca
tak lagi bisa kutatap rona bahagia
bahkan senyap sudah menutup gita.
Kebahagian dulu indah telah pergi
berlalu membawa luka tak berdarah.
Lepas sudah genggaman jemari ini
kau titipkan aku di jalan berbatu
gersang sepi bisu kumalu
genggaman yang dulu mesra
kini bersimbah air mata sakitnya luka kekasih.
"Oohh ... kasih, maafkanlah aku sekali lagi."
mencoba belajar sabar dan sadar
menghalau yang tak biasa
dari minda yang berbuat lara
semoga maaf itu kau beri.
Kemana sosok yang dulu menginspirasiku
mengisi kedewasaanku
tak lagi kutemui
dikau sungguh berarti
meski belum pernah kutemui.
Dalam syair ini,
setidaknya kau mengertilah
goresan luka lara
meski secercah senyum senja akan pergi
bias menutup jagad menyelimuti malam
tengelam dalam angan yang tak berkawan.
Menyapa dikau dalam sebak
masih adakah pintu maaf itu kau beri.?
HR RoS
Jakarta, 22-10-2015, 15,07
PUISI TIPOGRAFI seni memilih dan menata huruf dengan pengaturan penyebarannya pada ruang-ruang yang tersedia, untuk menciptakan kesan khusus, sehingga akan menolong pembaca untuk mendapatkan kenyamanan membaca semaksimal mungkin. Puisi tipografi adalah jenis puisi yang lebih menekankan pada aspek keindahan tampilan.
Puisi tipografi
EMBUN SISA HUJAN
karya Romy Sastra
Tetes kolam mini
tertumpang
di daun keladi
Embun kasih menitis
Menyemai rindu
senja termenung
Rinduku terkulai
layu membisu
malam minggu
kelabu
Embun sisa hujan
senja ini
damaikan
lara resah
pada cinta
yang dingin
Malamku sepi
berselimut sendiri
kotaku tak ceria
di landa hujan rintik
HR RoS
Jakarta, 24092016
puisi tipografi cinta lara
P I L U
By Romy Sastra
orkestra hati
desain imaji
pada sajak cinta
setangkai bunga layu
prosakan kisah
lembaran memori
menjadi indah bermakna
kupuisikan rindu
dalam irama senja
temaram bersemi
menyulam kelam
antara kau dan aku
tentang jalinan nasib
yang tak mungkin bersatu
bahwa
simponi rindu kita
tak lagi senada
terkoyak sudah
oleh perbedaan rasa
pada seni poetry
yang kuluah
ya biarlah asa
jadi figura
tak berwarna
abstrak dalam kisah saja
HR RoS
Jakarta, 30092016
puisi renungan
SIKLUS CERMIN IMAN DIRI
Karya Romy Sastra
Ketika hayal takut skaratul maut
ingin tak hidup dari awal
terciptanya diri ke dunia
betapa dahsyatnya siksaan kematian
Jiwa gersang lupa pada ibadah
bergentayangan mengumbar nafsu
arah laju tak berhujung sesal tiada guna
iman rasakan,
lalai pada perjanjian azali tuk mengabdi
sholat yang dilengahkan sehari-hari
"Ah ...cermin ritual yang dikebiri sendiri.
Imanku tersenyum rindu akan kematian
siklus sadar diri pada janji yang tertunai
nikmatnya pertemuan
bercumbu rindu di atas sajadah cinta
rasa kematian adalah anugerah terindah
melaju pada kehidupan abadi
"Ia ...yang dikenali dengan ilmi
Ia, indahnya religi yang tertunai sehari-hari ....
HR RoS
Jakarta, 29092016
SEPTIMA adalah sajak yang terdiri atas tujuh baris
septima
SADAR DIRI
Romy Sastra
Laju layang-layang terbang melayang
Terbang tinggi jauh ke balik awan
Angan-angan hendak terbang ke bulan
Kaki di bumi terikat benang layangan
Impian diulit angan tak jadi kenyataan
Sadar diri, potret buram, cermin rusak
Lebih baik mengukur bayangan sebelum tumbang
Berkaca pada telapak tangan
Garis-garis nasib retak menyedihkan
Bukan tak percaya kepada suratan
Sesaat merenungi kisah hidup ke belakang, iqtibari
Ada misteri di depan mata menanti, sadari
Jangan lengah mendayung biduk bahtera
Sedangkan riak segara menyapa senja kian gamang
HR RoS
Jakarta, 22,04,2017
SEKTET adalah sajak enam seuntai
Sektet
RA KARTINI
Romy Sastra
Lilin itu memang tak nyala di rumah sendiri
Otak pribumi dijajah oleh kolonialis
Kartini terpasung dirantai di bilik sunyi
Sedangkan pijar menyala di sanubari
Generasi buta aksara dan hikmah
Dibodohi penjajah sejak dulu kala
Kartini bertanya pada kiyai
Di mana pintu langit berada
Kiyai terpana, resah
Mau menjabarkan pintu-pintu langit
Sayangnya, tangan kiyai terbelenggu Belanda
Bibir terkunci mewejang kalam
Kartini, kau bak pijar dari timur
Emansipasi wanita melawan penjajah
Negeri selama ini gelap, kau sang pencerah
Dari tinta hingga ke meja dakwah orasimu
Merdekakan kebodohan menuntut ilmu
Habis gelap terbitlah terang, semboyan itu
HR RoS
Jakarta, 21,04,2017
QUINT adalah sajak enam seuntai
Quint
JEJAK-JEJAK DIRI
By Romy Sastra
Daun-daun berguguran
Seperti helai rambut berjatuhan
Jejak langkah hampir sampai di tujuan
Kapan lagi pengabdian ditunaikan
Sedangkan lilin hampir padam di telapak tangan
Ranting-ranting jatuh ke bumi
Seperti air mata membasahi pipi
Jejak hari kian menepi
Kapan lagi sujudkan diri
Sedangkan kematian sebuah misteri
Tunas-tunas enggan tumbuh
Seperti kulit ari hampir lusuh
Jejak tak terpijak kian rusuh
Kapan lagi bersimpuh
Sedangkan el-maut akan mencabut ruh
Tanah-tanah subur disirami hujan
Seperti peluh berembun di atas daun
Jejak religi tunaikan
Kapan lagi hidup mengenal Tuhan
Sedangkan pintu surga selalu terbuka jalan
Jiwa-jiwa yang tenang tersenyum indah
Seperti musafir mencari cinta
Jejak sufi berkelana bersama jiwa
Kapan lagi berjubah rela
Sedangkan ilmu dan amal kunci ibadah
HR RoS
Jakarta, 21,04,2017
Quint
SATU OKTOBER
Romy Sastra
Gugur pahlawan revolusi
Menjelang subuh ditembaki
Tak se-ideologi
Mati di depan anak istri
PKI....
Gugur pahlawan anumerta
Penembaknya hipokrit bangsa
Partai Komunis Indonesia
Berpesta di Lubang Buaya
Tak menaruh iba
Gugur Ade Irma Suryani
Dalam gendongan ditembaki
Ditembak berkali-kali
Apa salah Adek mami
Sedih sekali
Gugur satu, tumbuh seribu
Seribu mati, sejuta menunggu
Benderaku berkibarlah selalu
Di lubang buaya saksi bisu
Satu Oktober sejarah itu
HR RoS
Jkt, 01 Oktober 2018
TARZINA adalah sajak yang terdiri atas tiga baris seuntai dengan bagan rima a-b-a, b-c-b, c-d-c, d-c-d
Tarzina
DEMOKRASI DAMAI
By Romy Sastra
Siang tadi pesta di kotaku terjadi
Pesta di panggung demokrasi
Damai sekali
Demokrasi potret perubahan
Jangan tuan-tuan gontok-gontokan
Malu sama anak kecil jadi tontonan
Pilkada, Pemilihan Kepala Daerah
Yang menang jangan bangga
Ingat janji-janji jangan lupa
Ketika janji tuan tepati
Kami angkat tuan kembali
Jadilah pemimpin yang berbakti
Kalau tuan korupsi lupa amanah
Jangan salahkan alam murka
Kukutuk tuan masuk penjara
Jadilah pemimpin berwibawa
Disayang oleh sesama
Kuanggap dikau manusia setengah dewa
Putih jangan jadi abu-abu
Abu adalah debu
Jangan buat malu
HR RoS
Jakarta, 19,04,17
DISTIKON adalah puisi yang setiap baitnya terdiri atas dua baris, biasanya berirama akhir; kuplet tertutup
Distikon
SINOPSIS KISAH KASIH
Romy Sastra
Boleh bersedih jangan menangis
Rasa hiba bunga jiwa yang manis
Boleh saja berduka jangan biarkan hati resah
Sedangkan kisah adalah guru terindah
Bernyanyilah menghibur diri
Bunga-bunga yang layu semoga bersemi
Bercerita tentang lembaran usang
Semoga impian silam terkenang
Bayu membawa kabar rindu
Diam tak berbisik menjadi bisu
Sinopsis kisah kasih dendam tak sudah
Mimpi-mimpi cinta jadi cerita lara
HR RoS
Jakarta, 18,04,17
SENRYU memiliki struktur fisik yang sama dengan haiku yaitu terdiri dari tiga baris dengan jumlah mora tiap barisnya masing-masing 5-7-5. Namun, isi suatu senryu lebih ringan dan bahkan bisa saja lawakan. Dalam senryu juga tidak ada aturan kompleks pada haiku misalnya mengenai kigo (kata musim). Dengan kata lain, kalau haiku merupakan bentuk puisi elit yang serius, senryu bisa digunakan untuk mengekspresikan diri secara santai atau sekedar bersenang-senang. Nama senryu sendiri diambil dari pujangga yang mencetuskan jenis puisi ini yaitu Karai Senryuu
Senryu
KUMPULAN SENRYU ROMY SASTRA
1
musim berganti
langit mendung kelabu
rembulan sedih
2
biola malam
tangisan kelaparan
nyanyian lara
3
melaju sukma
sajadah doa malam
bertasbih asyik
4
kembang setaman
sedih di batu nisan
mati kemaren
5
keras kepala
tiada gading tak retak
hidup sabarlah
6
Melompat batu
Budaya dari nias
Terjatuh sakit
7
Supermoon malam
pungguk resah merindu
fajar menyingsing
8
Jurnalis bungkam
Warta terpasung bisu
Kodok bernyanyi
HR RoS
Jakarta 15112016
HAIKU adalah puisi singkat atau pendek yang menggunakan bahasa sensorik untuk menangkap perasaan atau gambar tentang alam dan kehidupan. Ada tiga prinsip kaidah-kaidah dalam haiku yang telah menjadi pakem yakni bentuk terikat yang memiliki 17 suku kata, terbagi dalam 3 baris terdiri dari 5-7-5 suku kata, unit bunyi atau morae.
Haiku Bebas
KUMPULAN HAIKU ROMY SASTRA
Haiku 1
musim berganti
langit mendung kelabu
rembulan sedih
Haiku 2
biola malam
tangisan kelaparan
nyanyian lara
Haiku 3
melaju sukma
sajadah doa malam
bertasbih asyik
Haiku 4
kembang setaman
sedih di batu nisan
mati kemaren
Haiku 5
keras kepala
tiada gading tak retak
hidup sabarlah
HR RoS
Jakarta 15112016
MUTIARA
Sukses dan kegagalan adalah hadiah dari usaha, dan itu keniscayaan
Berguru kepada sesuatu pengalaman adalah study menata masa depan untuk lebih baik lagi
Pengalaman bukan sekedar bahan renungan,
akan tetapi berikhtiarlah kembali
demi mencapai keberhasilan yang tertunda
HR RoS
Jkt, 16217
Berbagi RPS
PENGENDAPAN
Pengendapan atau fermentasi menciptakan suatu karya puisi adalah sisi yang penting di sesi akhir penulisan, tujuannya adalah memperhatikan fisik karya secara total di antaranya:
1. Memperhatikan kaidah tata penulisan
2. Memperhatikan kepadatan isi supaya tidak tumpang tindih antara bait ke bait (mengalir)
3. Memperhatikan kepadatan kata dalam larik dan bait, jangan sampai terjebak dalam satu larik serta bait ada dua kata tujuannya satu.
Salah satu contoh
Seperti malam yang kelam, ini bermakna sama tidak harus malam diterangkan lagi tentang kelam
4. Memperhatikan kesalahan penulisan (typo)
5. Memperhatikan keindahan (estetika)
6. Memperhatikan makna sudahkah bernas?
7. Memperhatikan karya itu tidak terjebak curhat, dll
Puisi itu adalah makna dan kajian.
Petunjuk Buat Yang Membutuhkan Dan Yang Ragu Selama ini
Tentang prefiks ( di ) pada kata kerja
( di ) itu menyatu
Contoh:
dicumbu, direkam, disiksa, ditangisi, dibalik, dilakukan, dirindukan dan lainnya.
Tentang preposisi ( di ) pada kata tempat dan penunjuk
( di ) itu terpisah
Contoh:
di antara, di sana, di sini, di situ, di mana,
di sudut, di pinggir, di balik, di mana-mana, di saat, di setiap dan lainnya.
Penempatan Tata Kata
Berbagi pemahaman tata menulis buat kawan-kawan yang mau menerima.
Pada penempatan kata kerja
( di ) ( ku ) ( mu ) ( nya )
Setiap kata menunjukkan kata kerja
di itu menyatu dengan kata di depannya.
Contoh: dimanja, ditikam, dilempar, disiksa, disentuh, diraba, disengaja dll.
Setiap kata menunjukkan kata tempat
di itu terpisah dengan kata di depannya.
Contoh: di mana, di sini,di sana, di situ,
di daerah, di pinggir, di sudut, di tengah,
di dalam, di luar, di kota, di daerah,
di mana-mana, di mana pun dll.
Pengunaan ku pada kalimat di depan
pada kata kerja, ku itu menyatu.
Contoh: kuambil, kugores, kuraba, kurasa dll.
Kalau ingin terpisah gunakan kata aku.
Penggunaan kata mu,
mu itu menyatu pada kata di belakangnya.
Contoh:
sekehendakmu, sesukamu, bersamamu dll.
Dan kalau mau terpisah gunakan kamu.
Dan nya pun menyatu pada kata di belakangnya.
Contoh: dikatakannya, dirindukannya, di sisinya, dll
Hanya kepada Allah kalimat nya itu memakai huruf kapital.
Contoh, kepadaNya / kepada-Nya
untukMu / untuk-Mu.
Menggunakan tanda ( ke ) ( di )
( pun )
Contoh:
( ke ) pada suatu kata tempat.
ke sana
ke sini
Ke situ
ke depan
ke arah
ke bawah
ke atas
ke samping
ke kiri
ke kanan
ke belakang dan sebagainya.
Pengunaan ( di ) pada kata tempat atau kata penunjuk.
Contoh:
di antara
di sana
di sini
di situ
di atas
di bawah
di tengah
di depan
di belakang
di mana-mana
di waktu pagi
di waktu malam, dan lain-lain.
Penggunaan kata ( di ) pada kata kerja.
Contoh:
dilakukan
disejajarkan
diintimidasi
disuruh
diserahkan
dimaknakan
dilempar
diajak, dan lain-lain.
Pengunaan huruf kapital atau huruf besar pada sebuah nama:
Contoh:
nama bulan, Januari, Pebruari, Maret, April, Mei, dan seterusnya.
Nama Tuhan, Allah. ( T dan A ) gunakan huruf kapital.
Nama kota, nama orang, ia memakai huruf kapital, dan lain-lain.
Berfikir yang benar Berpikir
fikir ______________pikir
bernafas _________ bernapas
nafas ____________ napas.
Permasalahan ini, banyak kita tidak paham akan penggunaan kata kerja dan kata penunjuk, termasuk saya sendiri juga selama ini.
Sekali lagi berbagi buat yang mau saja, ada banyak yang kita tak paham dalam sebuah penempatan tata kata preposisi, termasuk saya selama ini.
Semoga bermanfaat buat kawan-kawan semua.
Motto
BELAJAR DAN BERKARYA SAMPAI TUA
MENULIS SAMPAI MATI
HR RoS
Jakarta, 24,02,2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar