RUANG PEKERJA SENI ADALAH GROUP DI JEJARING SOSIAL FACEBOOK, BERTUJUAN…MENGEPAKKAN SAYAP – SAYAP PERSAHABATAN…MELAHIRKAN KEPEDULIAN ANTAR SESAMA…MEMBANGUN SILATURAHMI/TALI ASIH…SAHABAT LEBIH INDAH DARIPADA MIMPI.

Selasa, 28 September 2021

Cerpen - SI DUNGU DAN SABDA TUAN GURU Penulis : Romy Sastra


__untuk menempuh ujung jalan
haruslah melalui pangkal jalan
pangkal jalan yang terdekat itu
adalah diri sendiri__


   Di sudut ruang di belakang pintu santri dungu belajar bodoh. Saking dungunya, menatap sang tuan guru.... Ia malu tertunduk kaku seakan menatap bisu, entah apa yang akan diperbuatnya tak tahu. Hanya sesekali mengangkat kepala, melirik sekeliling deretan duduk santri, siapa-siapa saja yang hadir datang memetik hikmah di malam-malam indah di gubuk sepuh yang tak dikenal oleh kalangan santri modern.

Seakan sepuh ini, tak kelihatan berdiri di tempat yang terang, dilengahkan begitu saja oleh glamournya dunia. Anehnya, aksara jiwa yang di-eja-wantahkan sang guru, sang dungu nyambung dengan bimbingan rasa yang diasah melalui kedisplinan olah batin sang santri patuh. Sang dungu belajar bodoh, dungu tak mengerti sama sekali jalan-jalan santri di kitab fikih.

Duduk diam santun menyulam bisu hening memahami pituduh meneliti makna-makna jiwa, dan merenungi sejarah kolosal agama pada jejak-jejak wali di peradaban tanah Jawa serta nusantara, bahkan kisah para wali di dunia ke-islaman itu sendiri, yang dikupas di setiap malam purnama. Sang dungu, asyik bersandar di tiang kerlipnya lampu-lampu menara di ruang sukma, seperti kejora bertaburan di arasy tertinggi, padahal hanya di titik batin ia bersembunyi. Dungu adalah aku, si murid yang patuh. Hanyalah patuh pada perintah sabda-sabda cinta, menerangkan tentang kemulian akhlak Rasulullah dan lelaku para wali-wali Allah. Wejangan sang guru yang paripurna seakan jiwa ini terbang melayang ke bait-bait Baithullah.

"Wahai... murid-muridku yang dalam perjalanan menuju cahaya ruh yang mulia." Sahut sang guru pada pertanyaan hakikat kepada santri yang memahami siloka guru yang mengandung makna.

"Di mana berdirinya Alif di dalam dirimu wahai santriku?"

Para sang murid terdiam, selepas sang guru memberi isyarat pertanyaan yang sulit terjawab bagi santri yang belum tahu jalan kematian fardu 'ain.


Sedangkan sang guru memerhati sangat gelagat si dungu, tentang kebodohannya, dari pertanyaan tuan guru itu. Ia dungu, tetap diam dan terpejam seakan menggali sendiri makna pertanyaan baru saja terlintas dari gurunya. Sang guru, tak ada rafalan mantera dan kalimat sakti yang dititipkannya sebagai perisai diri kepada para murid-muridnya. Hanya nasehat-nasehat dan cerita kolosal yang guru kiaskan melalui duduk yang rapi di hadapan santri-santrinya itu.

Sembilan puluh enam malam purnama, dungu bertapa di gua ketawadu'an sebagai santri muda di hadapan guru. Tak pernah sama sekali dititipkan amalan dan diperintahkan melafaz kalam, dan membungkus rafalan untuk dibawa pulang kepada peraduan hari-harinya. Si dungu tak merasa menadah bingkisan uluran hikmah dari setiap pertemuan sembilan puluh enam purnama berjalan. Melainkan hanya pasrah pada kebodohannya. Bahwa ia si dungu memasrahkan saja perjalanan santri jiwanya pada kehendak Ilahi, di mana saja ia berada.

Pasrah pada takdir, ruh "DIN" yang ia yakini, sesungguhnya Alif berdiri pada rasa batin yang jujur tak ternoda barang sedikitpun. Alif berdiri di Ka'bahtullah, dititipkan sang Khalik dari azali berdiri, hingga pada pemberhentian napas terhenti di ujung sesak pada rongga dicabut misteri.

Aku sang dungu, percaya pada keyakinan tutur sang guru. Ketika telepati sang guru memadah sukma menitip pesan pada telik sandi sang dungu, di ruang-ruang batin nan sunyi. Si dungu tersenyum menerima rentetan jawaban dari aksara batin sang guru pada kedunguannya tentang duniawi. Ia selalu diam dan menyimak saja tutur-tutur rasa yang tak berwujud tuk dimengerti di antara ilmu jiwa dan cinta, asyik berkomunikasi memaparkan rahsa rahasia batin antara sang guru dan si dungu.

Pada malam kesekiannya, sang guru menjabarkan kedudukan si dungu. "Ketika kau dungu, kau yang selalu setia memandu perguruan ini. aku akan menyambangimu setiap hari, dan selalu ada di sampingmu meski kau berkelana ke ujung dunia, tersadar dikau atau pun tidak, aku selalu menuntunmu. Dan kau berada di lobang semut sempit sekalipun, aku mengikuti langkahmu ke mana pun kau pergi.

Dan itu terbukti, ketika sang dungu menanyakan perihal tabir tebal tertutup gaib silsilah keturunan dari azali hingga peradaban sesudah ia tiada nanti. Bahkan menjabarkan history dunia seiring konflik zaman di mayapada ini.

Ia sang guru, memaparkan sangat tepat sekali. Dungu semakin bodoh pada linuwih batin sang guru sepuh.

Santri mengejar bodoh mengikuti jejak sufi berjubah cinta yang rela. Mewaspadai noda-noda jas roh memandu langkah selama sembilan puluh enam purnama, bertapa di malam-malam buta, dengan segelas jamuan kopi penahan kantuk, hingga fajar menyingsing di balik jendela rumah tua.

Pada masa keniscayaan hari, selama mondok di gubuk reyot guru sepuh. Si dungu mengikuti jalan realiti kehidupan telah berbuah prediket bodoh. Di perantara nyata dan gaib, tanpa berkomat-kamit titah itu tersingkap. Si dungu diuji dengan sebuah opera kakek si peminta-minta. Si dungu semakin awas lan waspada akan sebuah ujian dari opera titik akhir pengabdian sang murid yang setia akan titah pituduh aksara tutur sang guru, selama sembilan puluh enam purnama menempa jalan-jalan sunah.

Aahhh... senyum sang dungu semakin merekah pada telik sandi rahasia sepuh. Matanya semakin mendelik, rasa batinnya semakin halus, budinya semakin dipekerti, jiwanya semakin cinta, ruhaninya semakin diasah, jeli pada telik sandi rahsa sebagai santri. Yang ia hanya mengejar prediket bodoh, ya bodoh, pada kalimat; lahaula walakuata illa billahil aliyil adzim. Memahami ujian jangan sampai lupa pada kegagalan insan yang sempurna.

Antara tutur tinular aksara sang sabda tuan guru dan murid yang didamba. Ia adalah rahasia menyambut amanah, di sanalah estapet tercurah.

*****TAMAT*****
Cerpen
SI DUNGU DAN SABDA TUAN GURU
Dinukilkan dalam history
Penulis : HR Romy Sastra
Jakarta, 26-5-2016. 16:56.




Catatan Romy Sastra
HAK, HOAX DAN PROXY
Oleh Romy Sastra


Sepanjang sejarah kehidupan dimulai dari peradaban manusia akan diciptakan sampai di era teknologi modernisasi saat ini. Tuhan telah menyaksikan persoalan kebencian, iri hati, sakit hati, menyebarkan alasan (berita) bohong kepada yang lainnya yaitu Hoax dan Proxy. Proxy War terjadi dari perpanjangan dua figur hak dan batil di dada masing-masing kehidupan, aktornya pertama dimotori (iblis). Indikasi hoax dan proxy itu membuat lemahnya Adam diuji memegang keimanan. Ujian itu menjadi suatu kehancuran bagi kebahagiaan Adam, dan kemegahan surga yang dinikmati Adam jadi malapetaka terusirnya ke dunia. Kehidupan berlanjut ke alam dunia, perpanjangan Hoax terus terjadi dari berbagai indikasi melahirkan pertikaian silih berganti terhadap anak keturunan Adam dan Hawa (manajemen Ilahi) menguji ciptaan-Nya.

Hoax adalah menyebarkan berita bohong tanpa tabayyun lebih dulu, atau tanpa membaca menelaah persoalan yang tak jelas dengan saksama melainkan diterima secara mentah-mentah.

Bahaya Hoax, Hoax bisa menghancurkan karakter seseorang bahkan terbunuh. Lebih ironis lagi, Hoax bisa menghancurkan suatu negara dan menjatuhkan seorang pemimpin.
Salah satu contoh negara yang hancur karena Hoax bahkan kematian tragis ialah presiden Saddam Hussein dan negaranya Irak
Saddam Hussein dituduh mendirikan pabrik reaktor nuklir oleh pihak-pihak negara lain yang sejatinya pertarungan ekonomi sumber daya alam dan egoisme global dll. Ternyata Saddam Hussein tak terbukti mendirikan reaktor nuklir di negaranya. Bagaimana kehancuran suatu negara sepanjang sejarah dan negeri-negeri bertikai di sepanjang kehidupan berlangsung, antar satu kelompok dengan kelompok lain bahkan antar individu-individu adalah karena Hoax.

Proxy War ini juga tak kalah penting diwaspadai. Sebab konflik di dalam negeri sendiri sesungguhnya kepanjangan dari luar negeri melalui kaki tangannya, seperti yang terjadi peperangan di Vietnam. Vietnam diawali dengan konflik politik lokal, sehingga konflik tersebut dirong-rong oleh negara lain berujung peperangan negara Vietnam dan Amerika serta pengaruh Perancis di dalam negara Vietnam itu sendiri, dan negara Afghanistan serta Fakistan India pun sempat bertikai. dua negara bertetangga Korea Selatan dan Korea Utara menjadi korban proxy hingga kini.

Di negeri sendiri dalam sejarah, bagaimana konflik lokal Timor-Timur disusupi kepentingan negara lain dengan berbagai alasan historis dan kepentingan untuk merampas eksistensi yang sudah terjadi demi unsur ekonomi serta politik, sehingga Timor-Timur lepas dari NKRI berdiri menjadi negara kecil Timur Leste.
Banyak sekali peran dan aktor Proxy War ini mengintai di suatu negara, di dalam negeri, di berbagai perusahaan, gengster-gengster keserakahan. Indonesia dan rakyatnya wajib mewaspadai akan bahaya Hoax, dan Proxy War ini demi keberlangsungan kehidupan yang damai.

Di mana Hak?
Hak adalah eksistensi suatu kebenaran yang wajib dipertahankan dengan keyakinan berdasarkan hukum-hukum dan keadilan serta nurani manusia itu sendiri. Hak tidak bisa ditawar-tawar, katakan putih tidak menjadi abu-abu apalagi hitam. Meski berputih mata, tulang berkalang tanah, hak harus dijaga sampai titik darah penghabisan. Pertarungan hitam putih tidak akan berhenti sepanjang laju kehidupan di dunia ini hingga akhir zaman.
Di mana hak memiliki pakem dari hukum-hukum Tuhan melalui utusan-utusan-Nya.

Pertanggungjawaban manusia di sisi yang sadar, adalah wajib membela hak, mencegah dari kehancuran (batil). Mempertahankan Hak adalah ladang ibadah melahirkan kedamaian (Surga). Membiarkan kebatilan merajalela akan menciptakan kehancuran (Neraka).
Indonesia sudah dimanagement oleh sistem ideologi Pancasila dan UUD 1945. Marilah bersatu menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI, dan Pancasila mewadahi kebutuhan rakyat Indonesia, azas yang diciptakan dari pendahulu para pejuang-pejuang bangsa. Berketuhanan, berkemanusiaan, bersatu, bermusyawarah, berkeadilan, Bhinneka Tunggal Ika.

Jakarta, 120119

Tidak ada komentar:

Posting Komentar