RUANG PEKERJA SENI ADALAH GROUP DI JEJARING SOSIAL FACEBOOK, BERTUJUAN…MENGEPAKKAN SAYAP – SAYAP PERSAHABATAN…MELAHIRKAN KEPEDULIAN ANTAR SESAMA…MEMBANGUN SILATURAHMI/TALI ASIH…SAHABAT LEBIH INDAH DARIPADA MIMPI.

Selasa, 28 September 2021

Cerpen - KAU KENANGAN ITU DI RUMAH TUA Penulis : Romy Sastra


   Kenangan adalah masa lalu, yang tak bisa di lupakan begitu saja. Hampir tiga dekade cerita terkubur bak peti mati terkunci dalam memori. Pada kesempatan ini, lamunanku membubung tinggi akan kisah cinta remajaku dulu, Dan setiap insan pastilah memiliki kisah walau ceritanya tak sama.

Sebut saja namanya Ariyati, aku di perkenalkan oleh Rayendra kepada Ariyati. Rayendra adalah teman baru yang baru saja aku kenal di bangku sekolah MTsN sederajat SMP, sekolah menengah pertama. Pertemananku dengan Rayendra berlangsung akrab. Pada suatu ketika, aku diajak nginap di rumahnya. Kebetulan pada hari itu sabtu sore malam minggu, aku menyanggupi tawaran untuk bermalam minggu di kampungnya. Jarak kampungku dengan Rayendra sekitar 5 km. Ketika senja menempuh malam, aku di kagetkan oleh sosok si hitam manis dari sebelah rumah kawan itu. dia tersenyum padaku, aku seakan serba salah membuatku malu. Pada waktu itu, aku tak memahami maksud di balik senyuman itu.

Pada kesempatan minggu kedua aku kembali diajak bermalam minggu di rumah Rayendra. Di malam itu, aku seakan di tampar oleh senyuman pada sebuah hati, aku yang dungu tentang makna senyuman cinta.

"Haaaiii...????",sapa seseorang di sebelah rumah sahabatku itu.

Aku balas juga dengan senyuman. T
api aku tak menjawab sapanya, sebelumnya aku telah di beritahu oleh Rayendra, bahwa yang di sebelah rumahnya rayen itu adalah sepupunya yang namanya Ariyati yang pernah di perkenalkan kepadaku seminggu yang lalu. Si hitam manis dengan senyuman yang mendesakku untuk menyapanya. karena tatapannya mengajakku ke sebuah rumah tua, sebenarnya rumah tua itu adalah rumah bibinya juga tepat berhadapan di depan rumahnya Ariyati itu.

Malam itu aku tak sendiri diajak bermalam minggu dengan Rayendra, ada juga teman sekolah satu kampung dan dia saudaraku juga sebut saja namanya Sandra desiska. Rayendra juga punya sepupu yang namanya Amelia, Amelia adalah wanita cantik berperawakan chinese ayu. Spontan Desiska naksir Amelia malam itu. Berlalunya senja menyulam malam aku dan Ariyati serta Desiska dan Amelia bercerita di rumah tua tentang kawan-kawan sekolah masing-masing panjang lebar.. hingga bla-blaa-blaaaaaa.

Rayendra hanya menonton kami saja seakan sepupunya sudah berpacaran dengan kawan-kawannya yang ia bawa bermalam minggu ke rumahnya. hahaha.....masa kanak-kanak yang belajar remaja, lucu dan lucu juga.

Kebetulan malam itu malam terang bulan. oo ya, telah malam hari kami lalui. spontan kami mencurahkan isi hati masing-masing hingga kami terbuai dengan belaian manjanya malam di bawah sinaran rembulan. Bahwa cubitan kasih masa remaja itu berbunga-bunga seperti tak ingin layu hingga esok pagi.

Oh Rayendra, kisah ini aku tulis ke media. tak akan bisa kamu membacanya. cerita kita yang dulu pernah ada berkawan denganmu tahun 90 an yang berlalu. Setahun yang lalu aku masih menemuimu, kau bertamu ke tempat niagaku dengan membawa anak istrimu. Kini kau telah tiada kawan, pergi untuk selama-lamanya. sebulan sudah jasadmu terbujur di dalam tanah telah menjadi bangkai. Kau pergi membawa derita dalam konflik rumah tangga bersama keluarga istrimu. Kami segenap keluargamu berduka akan kematianmu itu. ahhh lukamu kawan. Al fatihah yang bisa aku persembahkan kehadirat misteri illahi kini. Kaulah pelopor kisahku dengan si hitam manis sepupumu sendiri. Kisahku di rumah tua di mulai.

Kisah ini panjang dan berliku untuk di ceritakan, tapi tak apalah. Aku sinopsiskan saja dalam bingkai cerita sederhana masa remajaku dulu. Berlalunya waktu, aku menamatkan studyku di MTsN Talaok Bayang Pesisir Selatan Sumatera Barat.

Sebuah memori kisah kasih masa remaja dalam pertemanan sekolah masa yang begitu indah. kisah itu menambah sedih akan kisah kasih yang tak sampai ke arena takdir hidup aku dengannya. Pada sebuah kenangan manis berbuah pahit, tatkala moment rekreasi di sebuah objek wisata pergunungan bayang sani indah menjadi saksi perpisahan, bahwa aku akan pergi merantau tinggalkan kampung halaman dan si hitam manis yang ku cintai masa itu. Ia menitipkan blues hitam kepadaku sebagai kenang-kenangan bahwa baju itu tanda ia akan selalu bersama dalam derap jejak langkah kehidupankku merantau ketanah jawa, ya tahun 92 yang berlalu. Aku merantau karena gagal study karenaku sakit, Ariyati melanjutkan pendidikannya ke jenjang sekolah menengah atas SMA negeri Bayang.

Tiga tahun berlalu, hingga Ariyati menamatkan pendidikannya. Aku dan Ariyati tak berpisah dalam jalinan hati dan cinta hingga rasaku menilai begitu. Karena memang kami tak ada kabar berita semenjak aku meninggalkannya merantau, entah dimana keberadaannya ketika itu selepas ia tamat sekolah.

Pada suatu ketika aku pernah pulang ke kampung halaman dari perantauan tepatnya dari kota bandung. Ibuku pernah bercerita, "nak..? bahwa dulu ada seorang wanita kerumah kita bertamu, menanyakan kabarmu yang tak kunjung pulang dari bandung. Ia pernah berdua memasak bantu ibu sambil bercerita banyak hal tentangmu. sampai pekerjaan dapur ibu selesai dia pamit pulang ke rumahnya karena hari sudah sore pada waktu itu."

Aaahhh... aku terdiam dengan seksama tak terasa airmataku menitis di sela pipi mendengar cerita ibuku.. spontan aku palingkan wajahku ke samping ibuku karena aku sedih dan malu.

Ariyati dulu pernah mengirim surat ke alamatku di cileunyi Kabupaten Bandung, sewaktu Ariyati dapat kabar akan alamatku dari ibuku bahwa ia pernah bekerja di department store di kota Medan. Anehnya ketika itu surat yang dikirimkannya kepadaku tak pernah sampai ke kota bandung ke tanganku sendiri, entah kemana menghilangnya? Hingga tertanya sendiri dalam gumpalan rasa yang hiba, ohh Ariyati?? ini isyarat alamat suratmu tak pernah sampai ke tanganku, pertanda kita tak akan mungkin bersatu berjodoh memandu bahtera rumah tangga berdua nantinya, gumamku pilu dalam lamunan, bahwa kisah kasih kita ini tak akan sampai Ariyati. Dan itu terbukti berlalu hingga kini.

Pada suatu moment dalam sosial media facebook, aku mengenal di ruang publik pertemanan sosok si hitam manis dengan nama akun facebooknya, wajah si hitam manis dan nama itu sangat aku kenal banget. aku coba mengintai postingan kronologis tentang facebooknya, ternyata memang Ariyati si hitam manis yang dulu pernah aku cintai ada di ranah sosial media facebook. Oohh berkaca-kaca airmataku menatap satu persatu lembaran demi lembaran tentang kehidupannya bahwa ia si hitam manis itu telah bahagia dengannya bersama buah hati tersayangnya. Ahh, aku kulum saja pandanganku dalam doa ini, semoga ia bertambah bahagia dan langgeng menjadi keluarga samara, sakidah mawaddah wa rahmah hingga ke jannah amin ya allah. Harapanku..

Oohh dalam hati kecilku, aku masih punya rasa kepadanya. Tapi aku coba untuk dewasa dan bijak tentang kisah dan rasa ini. Bahwa memang laju hidup kita telah jauh berbeda dan berubah. kau di sengata sana aku di kota jakarta. tak akan mungkin kisah di sambung kembali. Bahwa kita telah memiliki dunia yang berbeda dan telah tunduk kepada takdir jodoh di masing-masing kita ya Ariyati.

Biarlah hasratku kafani ke dalam peti memori terkunci mati. Tak ingin bangkit mengurai kasih yang tercerai berai dalam kasih yang tak sampai. Aku dan realitaku pun telah bahagia dengannya. Doaku sekali lagi, berbahagialah kau bersamanya.

*****SELESAI*****

Ku petik sebuah memori sederhana.
pahit untuk di kenang, sulit melupakannya.
kisah remaja di era tahun 90 an.

Cerpen,
KAU KENANGAN ITU DI RUMAH TUA
Penulis : Romy Sastra / HR RoS
Jakarta, 8 agustus 2016, 12:50



Catatan Romy Sastra
DAHULU KAU "BONGKAR" BENTENG SOEHARTO ("BENTO")

Anggota DPR kau juluki "BADUT"...
Lalu kau berkirim "SURAT BUAT WAKIL RAKYAT" agar jangan menjadi "TIKUS-TIKUS KANTOR"...

Sampai-sampai orang menjulukimu "MANUSIA SETENGAH DEWA"

Dan para penggemarmu pun berkata "IZINKAN AKU MENYAYANGIMU"...
Tapi kau bilang "AKU BUKAN PILIHAN"...

Ahh, "JANGAN BICARA" lagi tentang idealisme...

Karena kulihat kau ada "SIANG SEBERANG ISTANA", lalu dipanggil masuk ke dalamnya...

"ENTAH" apa "YANG TERLUPAKAN" olehmu..
Hingga tak ada lagi "KEMESRAAN" di antara penggemarmu...
Mungkin mereka sudah "FRUSTASI"...

Kini aku sadar, yang ada hanyalah "DEMOKRASI NASI"...

Jika "BUNG HATTA" masih hidup, mungkin akan berkata padamu...
"Kau bagaikan "BELALANG TUA" yang tak mampu lagi
menganalisa...

Dan lihatlah, sang "GURU OEMAR BAKRI" yang pernah kau puji,
sekarang pun pergi meninggalkanmu...
Pergi ke "UJUNG ASPAL PONDOK GEDE" mencari "IBU" nya yang lama dia tinggalkan...

Sang ibu yang matanya seperti "MATA INDAH BOLA PIMPONG", kini duduk termenung memikirkanmu sambil meneteskan "AIR MATA" lalu bergumam lirih...

Hmmm... "HADAPI SAJA" walaupun harus "ANCUR" !

@setyomartha-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar