Gogyoshiren
MENGENAL HAKIKAT RUH
Pengetahuan dan pembahasan penting tentang hikmah ( Hikmah Muta'aliyah), filsafat, dan irfan adalah pengenalan dan pengetahuan tentang ruh dari dimensi antropologi- filosofi) dan kosmologi.
Di kalangan para teolog dan filosofi Islam, terdapat beragam pendapat mengenai hakikat ruh, begitu pula masalah ini terungkap secara global dalam ayat-ayat al quran dan hadis-hadis. Namun secara umum, pengetahuan tentang ruh dalam koridor makna-makna Quraninya ( yang banyak mengisyaratkan tentang suatu hakikat yang lebih tinggi dari malaikat) tidak terjangkau oleh semua disiplin ilmu empirik dan pikiran-pikiran para intelektual, tapi dapat dicapai oleh suatu pengetahuan yang bersifat syuhudi dan irfani. Sebagaimana mereka mengatakan bahwa makrifat tentang jiwa yang tidak lain adalah makrifat tentang Tuhan adalah mengenal hakikat ruh.
Malam ini
Hakikat ruh memberi bahasa puisi
Pada tubuhku yang sepi
Kehilangan cahaya api
Bulan berseri
Batu, 2262018
Tonight
The essence of the spirit gives poetry language
On my lonely body
To the missing light of fire
Moon series
FUNGSI BAHASA DI MATA PENYAIR
Oleh: Eko Windarto
Di manapun penyair berada juga mempunyai keinginan yang sama dengan penyair lainnya. Sebagai manusia, semua penyair mempunyai ide-ide, gagasan, hasrat, pesan-pesan untuk menyampaikan kepada masyarakat dan bangsanya. Dalam interaksi dengan berbagai kalangan masyarakat maupun lingkungan masyarakat luas termasuk interaksi antara dunia dalam dirinya atau di luar dirinya. Penyair banyak menangkap momentum peristiwa dalam pengembaraan. Hal-hal yang ditangkap kadang merupakan kesan menyenangkan, kadang-kadang juga merupakan problema yang harus direspon, atau pengalaman batiniah yang harus dan perlu disimak isinya.
Hanya dengan bahasa dan kata-kata penyair bisa mengutarakan apa-apa yang ditangkap melalui puisi. Dengan bahasa pula penyair bisa menangkap maksud dan perasaan orang lain. Dengan bahasa pula penyair dapat mengutarakan pendapatnya, keterlibatannya serta keterharuannya terhadap sesuatu kepada masyarakat, karena seorang penyair bisa berdoa dengan kata-kata.
Karena itu bagaimanapun seorang penyair harus menguasai tata bahasa secara baik, sebab jika tidak, ia akan mengalami kesulitan menterjemahkan penghayatannya atau pengalamannya setepat mungkin melalui kata-kata untuk mencapai maksud yang sebenarnya. Hal ini sesuai benar dengan fungsi bahasa.
#nyinyirdewe
PENYAIR
Seorang penyair tidak menulis untuk sekedar menggunakan kata-kata saja sebagai jembatan dalam penyampaian maksud mereka. Sebaliknya mereka menulis sambil menggunakan semua kekayaan batin dan ragam bahasa untuk suatu relevansi linguistik bagi kenyataan hidup ini.
Yang menarik dan sering menjadi pertanyaan adalah apa yang para sastrawan tulis ketika mereka menulis tentang politik? Apa yang membuat sastra menjadi menarik bagi dunia politik?
Sastra tidak hanya untuk sastra semata. Kita juga tidak ingin hidup dalam dunia kata saja. Kita hidup dengan suatu proyeksi karena apa yang disebut kata word dan aksi memiliki korelasi dengan kehidupan ini. Epos kita sekarang adalah epos kebangkitan kaum kritikus, yang membawa kita ke dalam dunia berpikir yang serius. Katalah berpikir puitis adalah berpikir serius tentang kehidupan ini melalui kritis dalam berkata-kata tentang apa saja yang kita rasakan. Karena itu kita tidak ingin berpikir untuk suatu yang nihil. To think about nothing.
Kita selalu hidup dengan suatu perjuangan (struggle). Kita juga menyadari bahwa setiap tindakan manusia selalu membutuhkan kekuatan pendorong.
Sastra adalah sebuah dunia yang sering berkecimpung dengan praktis menulis. Seorang sastrawan tidak menggunakan kata hanya sebagai obyek penulisan, lebih dari itu. Mereka menulis untuk sebuah komitmen.
Namun, kehampaan hidup dan kekosongan iman menjadi pacuan bagi kita untuk berpikir. Kita seolah ditarik oleh gravitasi kekosongan makna, ditantang untuk berpikir, diuji untuk menulis, dan semuanya bertujuan ingin memberi sebuah nama. Ya, berpikir dan menulis berarti MEMBERI SEBUAH NAMA.
DUNIA MAYA
Jika melihat gelagat meningkatnya radikalisme, menguatnya massa yang intoleran, kohesi bangsa yang terkikis, ketidak hormatan pada intitusi intitusi Negara Pancasila. Keterbelahan bangsa ini sangat terlihat, terlebih jika lewat dunia Maya.
Jika mencermati sosial politik saat ini, kepedulian itu sepertinya kian terkikis. Sebab, bukan lagi ribut dalam tataran wacana perbedaan pendapat, melainkan pada tarap gontok gontokan fisik. Benturan masa sangat rawan. Demokrasi yang begitu berisik sekarang ini jangan jangan salah arah. Kebebasan, baik ucapan mau pun tindakan, semakin tidak berkualitas. Kebebasan tidak melahirkan nilai nilai dan karakter mulia sebagai anak bangsa. Kebebasan justru menyuburkan kekasaran, kekurangan ajaran, dan kedengkian. Dunia Maya ibarat ruang pengap yang dipenuhi dengan caci maki dan amarah. Di dunia maya, anehnya, berita bohong (hoax) paling dipercaya.
Dunia nyata juga tak kalah hebohnya. Budaya dialog semakin luntur. Setiap orang sebebas bebasnya berkomentar tanpa mau memahami setiap intonasi, substansi, atau reaksi pihak lain. Tak ada peduli lagi, apakah omongan itu akan melukai orang lain, komunitas lain, etnis lain, agama lain. Atau memang itu tujuannya kerna merasa paling benar.
Batu Wisata
SEDIKIT TENTANG AURORA
---Erry Amanda
Tujuh tahun lalu, tepatnya 24 Juli 2012 saya pernah mengulas AURORA AUSTRALIS (Cahaya Selatan) yang terjadi pada bulan 7 September 2012.
Dari ruang angkasa, AURORA adalah MAHKOTA CAHAYA (Mithologi Yunani Kuno menyebut sebagai DEWI FAJAR) yang melingkari setiap kutub bumi – Selatan dan Utara
Pada September 7 tujuh tahun silam – PENGATUR TATASURYA (Solar Flare) menngirim Plasma Gas yang terIONISASI dari PROTON dan ELEKTRON meluncur menuju Bumi.
Dari luncuran tersebut Nampak CINCIN CAHAYA yang dihasilkan dari BADAI MATAHARI Luncuran tersebut dilihat dari Antartika cahaya tersebut Nampak berwarna hijau dan violet yang merupakan spectrum waran cahaya tersebut .
Cahaya berbasin Blue Marble tersebut – dari permukaan Bumi CINCIN CAHAYA tadi akan muncul sebagai TIRAI CAHAYA berkilauan diwilayah Kutub Utara dan Selatan,
Seperti semua badai matahari, badai September terdistorsi bentuk medan magnet yang mengelilingi Bumi. Tanpa hentakan dari angin matahari (partikel bermuatan seperti proton dan elektron yang dikeluarkan dari Matahari), medan magnet bumi akan terlihat seperti DONAT RAKSASA, sedang kutub Utara dan Selatan membentuk lobang pipih di tengah dari keduanya ,
Angin Surya MATARI dengan cepat meratakan cahaya lingkar seperti donat tersebut dan berubah memanjang.
Kecepatan badai matahari secara umum di bulan September jauh lebih kencang disbanding bulan setelahnya. Perubahan cahaya yang ditimbulkan oleh distorsi badai matahari dngan velositas piluhan ribu mil perdetik tersebut – dan bergerak menuju Atmosfer bumi – daya yang tak mampu diukur kekuatannya tersebut jika tidak ada yang menahan – maka bumu akan menjadi SERPIHAN DEBU PARTIKEL,
Namun di lapisan Stratorfer Badai Matahari (solar flare) tersebut di hadang oleh dua partikel, Oxigen dan Nitrogen yang dilontarkan oleh Magnet Bumi maka terjadilah tabrakan dan yang hasilkan REIONISASI pada bumi juga menghasilkan Cahaya seperti lampu neon berwarna warni di langit malam.
Jika di atas bumi tanpa ada perisai yang diluncurkan medan magnet bumi yang jauh lebih kuat -- atmosfer (udara) akan menuap habus dan Bumi akan mnjadi debu partikel.\
Itulah yang disebut DEWI FAJAR oleh bangsa Yunani Kuni.
.
--- Bandung 01 07 19
CERITA ADAM DAN HAWA
Oleh: Eko Windarto
saat Adam berdiri di bawah pohon kuldi
hatinya resah dimakan sepi
napasnya naik turun sendiri
menguyah birahi
lalu Hawa datang menemani
merajut kata di pundi-pundi puisi meronce keinginan bersama mereguk kesetiaan purbani
detik itu juga, para setan senang sekali
serupa monyet-monyet melahirkan evolusi
jadilah sunyi tak letih mengeja ambisi dan birahi
Batu, 2672019
Jawaban Erry Amanda tentang puisiku yang berjudul: ADAM DAN HAWA
Komentar prof. Erry Amanda
Eko Windarto, cacatan kecil tentang Evolusi Kera yang dibidani oleh Darwin, menurut saya adalah penghinaan kepada Sang Pencipta termasuk menghina diri sendiri sebagai Sosok yang dimuliakan (Human Omny Potency) - perntanyaan sederhana saja untuk memotong teori itu tak perlu pakai ilmu pengetahuan yang rumit - Jika Mutasi Gen MONYET menjadi manusia (Human Genom) - mengapa hanya sebagian? Adakah Monyet atau orang hutan yang masih ada saat ini - saat itu Moyangnya sedang tidur sehingga ga ikutan Mutasi. Demikian mas cc: Edi Kuswantono, Sarasvati, Edy Witanto, Siti Sundari, Retno Rengganis
Komentar prof. Erry Amanda
Retno Rengganis kok ditertawain, ini serius lho, Puisi mas Eko Windarto juga yahut soal moralitas purwa manusia - saya hanya mengoreksi soal evolusi yang sesungguhnya sudah selesai setelah ditemukan teori Human Genom.
Komentar prof. Erry Amanda
Retno Rengganis, Darwin ketika menyampaikan teori Evolusi juga tak main-main, hingga saat ini teori itu masih banyak yang meyakini, sekali pun kelompok Determinis telah memotong dengan teori sahih HUMAN GENOM, bahwa gen makhluk apa pun tak mampu melakukan mutasi, kecuali perkawinan silang, Clonning saja masih bermasalah besar. Jika mau memotong tegak lurus tentang sutu teori harus memiliki LOGIC ARGUMANT yang bukan sekadar Diametralik. Harus faham betul tentang kelemahan serta falsifikasi yang ditentang dan bukan diTERTAWAKAN.
Komentar Prof. Erry Amanda
Retno Rengganis Penjelasan saya tentang evolusi sama sekali bukan canda, refreshing ada tempatnya, saya sendiri manusia bocor, clelekan namun ada ruangnya. Puisi mas Eko Windarto itu sangat peka, ada kriik sinisma tentang moralitas dan susila lho, Sekali lagi mohon maaf
Komentar prof. Erry Amanda
Eko Windarto -- ini FOSIL tengkorak manusia ProMagnon Pasca Evolusi Kera - (sebagai proses jadian yang dianggap Futuristik) tata bentuk sempurna manusia seperti sekarang, jika teori ini diterimasebagai kebenaran sains, yaa mangga, saya menolaknya,, cc: Edi Kuswantono, Edy Witanto, Jaka El-masriv, Retno Rengganis, Siti Sundari.
Saya lebih mempercayai Kitabsuci, dibanding Teori. Komentar p. Cecep
Cecep Rachmat Sumpena kalau Al Qur'an tidak bisa kita bandingkan dg teori buatan manusia yang diciptakan oleh Allah. Semua orang tahu itu. Jawab Eko Windarto
Eko Windarto
Sebab bagi saya teori tetap saja teori yang nisbi, artinya tidak sepenuhnya berisi kepastian (serupa asumsi yang didukung beberapa bukti yang juga tidak memiliki kepastian.
Mohon maafkan. Jawab p. Cecep
Komentar prof. Erry Amanda
Menjawab komentar sahabat Cecep Rachmat Sumpena di puisi sahabat Eko Windarto
------------------------------------
//Sebab bagi saya teori tetap saja teori yang nisbi, artinya tidak sepenuhnya berisi kepastian (serupa asumsi yang didukung beberapa bukti yang juga tidak memiliki kepastian.
Mohon maafkan.//
------------------------------------
Sudah terlalu sering saya sampaikan, bahwa KEYAKINAN sama sekali tak membutuhkan VERIFIKASI, cukup diyakini, sebab juga tak ada ruang UJI KELAYAKAN untuk menverifikasi KEBENARAN KEYAKINAN.
Saya ada di keduanya, sains dan Agama, namun saya tak pernah mencoba mengwinkan keduanya. AYAT bagi saya jauh lebih Agung, karena berada di luar jangkauan nalar atau logika manusia.
Saya sangat menghormati formula Darwin dengan teori Evolusinya, sekali pun saya tidak menerima kebenaran teori tersebut, juga tidak menentang bagi siapa pun yng hingga detik ini masih menerima suatu beragama pun masih banyak meyakini kebenaran teori tersebut.
Jika saya menolaknya, sama sekali bukan disandarkan atas keyakinan normative yang saya terima, namun juga bersandar dari terma-terma dasar analitik keilmuan itu sendiri.
Pasca ditemukan teori HUMAN GENOM sesungguhnya teori evolusi (khususnya mutasi gen) sudah usai. Jika mutasi gen tersebut dipertahankan kebenarannya,pertanyaan sederhananya – mengapa hanya pada KERA (Orang Hutan) – mengapa FAUNA yang lain tak ada yang melakukannya.
Suatu analisa termik sedrhana saja, jika Mutasi gen Kera (proses perbaikan bentuk yang disandarkan pada teori spacia – anggap saja Mutasi massif itu terjadi di Afrika), Orang hutan yang mutasi tersebut – pasca mutasi tersebar ke suluruh dunia, selain resus terbagi dua – ada yang beresus positif dan negative, juga terbagi menjadi berbagai suku dan ras, Berubah menjadi banga Arab, Kulit Putih, Indian, Jepang, Cina dan setrusnya. Bagaimana satu spesis makhluk bernama kera mampu melahirkan jumlahan spesis bernama manusia. Jika jawabnya tetap bertahan – bahwa hal yang demikian itu adalah jua PROSES BERKELANJUTAN EVOLUTIF dari teori mutasi gen. Kecerdasan otaknya pun serta merta berubah menjadi THE HUMAN OMNY POTENSI. Di sisi lain, lebih membingungkan, Orang Hutan masih ada – dan EVOLUSI berhenti tak berkelanjutan. Devolted tersebut apa penyebabnya, bias diurai BATAS PROSES BENTUKAN yang disebut evolusi tersebut.
Satu hal, saya tak pernag memotong tegak lurus suatu temuan dengan ayat, karena RUANG KAJInya jelas sangat berbeda. Jika AYAT juga suatu logika maka saya menyebutnya sebagai METALOGIS yang tak membutuhkan anaecode atau rumus-rumus ilmiah yang dibakukan, Tak mengenal FALSIFIKASI bagi SEMUA PENGANUT KEYAKINAN.
Salam Erry Amanda
Komentar prof. Erry Amanda
Menanggapi komentar nanda Lamto Widodo
(tentang EVOLUSI)
------------------
Mohon maaf nanda lama tidak nimbrung diskusi, sebab di sawah katemben musim tanam eyang. .....
Jika kita tarik sedikit ke kaidah keberagamaan, sudah ditetapkan adanya ayat2 qauliyah dan kauniyah. Kemudian awal penciptaan moyang kita Adam dibekali pusaka yang tidak diberikan kepada para malaikat sekalipun yaitu ilmu tentang 'nama2'. Artinya menurut nanda ketika membicarakan nama2, sebagian diberikan ijin utk dieksplorasi, kemudian ada mendefinisikan menjadi teori A, dibantah B, dibenarkan C dst. Verifikasi dan falsifikasi menurut nanda adalah metode pembelajaran nama2, sah-sah saja. Hanya ujungnya ada yang sampai kepada pemahaman bahwa itu adalah ayat Kauniyah tentu sampai kepada Yang Maha Merancang (deterministik), ada yang bablas ke pusaran indeterministik.
Lamto Widodo Lain halnya dengan ayat-ayat Qauliyah yang bentuknya sudah final, tidak mengenal dalil falsifikasi juga tidak butuh verifikasi. Dan luar biasanya, manusia pun tidak 'dipaksa' untuk meyakini akan kebenarannya. Itu hak prerogatif bagi Sang Pemilik Wahyu. Ketika dalam kitab suci mengarah ke suatu trigger pemahaman nama2, maka bagi para peyakin seperti memegang peta2 baru di belantara untuk secara gamblang melakukan eksplorasi nama2 ... dan Insya Allah sampai kepada penyebutan Maa Khalaqta Haadza Baathila, Subhaanaka Faqinaa 'Adzaabannar.
--------
MENYEBUTKAN NAMA-NAMA
(Wilayah ayat-ayat KAUNIAH)
Ini adalah KONSEP MUASAL manusia menggunakan akal dan pikiran untuk mehami seluruh SIFAT, FUNGSI serta MANFAAT CiptaanNYA.
Konsep ini pula sesungguhnya merupakan dasar analisis lahirnya pemahaman SEGALA SESUATU yang diCipkanNYA bukan bersfat PROSES SPACIA REAKSI PURWA RUPA kecuali TEMUAN dan APLIKASI TEMUAN yang brsifat BERGERAK.
BENARKAH SAINS BARU DIIPIKIRKAN JAMAN MODERN?
Adakah istilah PURBA – pada masa itu manusia tidak atau belum sama sekali memikirkan ALAM RAYA? Belum ada petualangan yang bersifat KOSMIKAL? Adakah ADAM juga merupakan Makhluk PASCA PRO MAGNON (SETELAH MALIHAN DARI KERA)?
Sekali pun pesan pada AYAT SUCI (Kauniah) mengijinkan untuk dijelajahi di ruang sains, itu pun SANGAT TIDAK SEMBARANGAN – sekali pun PENGKAJI adalah kelompok INDERMINISM baahkan agnostic,
Dari dua ruang yang sering berpotongan tegak Lurus, dari keduanya mnyetujui teori FALSIFIKASI, A PREORI & ONTOLOGI. Sangat beda dengan KEBENARAN MUTLAK yang diurai dalam ayat-ayat KAULIAH yang tak mengenal falsifikasi dan juga sangat tidak membutuhkan verifikasi.
Soal PETUALANGAN RUANG JAGAT RAYA yang lahir dari konsep-konsep Kelangitan yang masuk wilayah ENIGMA, Mithology, Metafisik dan Metacosmis – sesgungguhnya tidak mengenal Modern atau Purba. Sudah terlalu sering hal ini saya uraikan saat KAJIAN TRITISAN belasan tahun silam nanda.
Kita mafhum sangat menyadari teori FALSIFIKASI yang sesungguhnya sehebat apa pun temuan di dunia ilmiah - sesungguhnya masih memuat jumlahan kesalahan (suatu realitas yang tidak bersifat mutlak). Demikian jua dengan teori A PREORI – dalam suatu realitas masih menyimpan jumlahan realitas yang tersembunyi (THE HIDDEN CONNECTION). Itu pula ayat ayat Kauniah memberi perluasan kajian yang tak punya batas kajian – bukan hanya bersifat NOVELTY namun juga pada kajian RUANG RUANG FUTURISTIK
Demikian penegasan dan garis bawah komentar nanda.
cc: Lamto Widodo, Imam Syamsuddin, Syaiful Erwin, Novian Irawan, Heryus Saputro, Rd Nanoe Anka, Uki Bayu Sedjati, Eki Thadan, Rengganis Poetry, Retno Rengganis, Siti Sundari, Edi Kuswantono, Eko Windarto, Edy Witanto, Ghouts Misra, Sugiono, Cunong Nunuk Suraja, Arief Budiman, Dahmir Dahlan Yahya Andi Saputra, Lasmi Ebby, Umi Amy Kemuning, Rohadi Cumik, Wasiatul Mulkhi, Evi Dellas Octavia, Yoyok, Setyo Widodo, Ery Niswan
Erry Amanda
MANUSIA BERAGAMA BISA TERJEBAK ATEISME
Memang pengetahuan tentang agama itu bertingkat-tingkat. Membutuhkan banyak waktu untuk memahami apa itu ilmu agama, sebab hukum agama dan sejarah agama dalam kehidupan akan terus berjalan dan hidup.
Dalam tahap pembersih diri, seorang pejalan rohani harus bisa membersihkan dari segala persepsi tentang Tuhan yang sebenarnya berangkat dari nafsu, tetapi bukan hakikat Tuhan itu sendiri. Hal ini terjadi karena cara berpikir manusia modern cenderung bernalar antroposentrisme dalam artian memandang manusia menjadi segala sumber makna. Kehadiran Tuhan dalam diri manusia lebih dipahami karena manusia merasa perlu adanya Tuhan. Ketika manusia merasa mampu mandiri, merasa tidak perlu campur tangan Tuhan, maka manusia boleh-boleh saja memandang Tuhan tidak perlu ada. Filsafat modern yang cenderung sekularistik _memisahkan ilmu dengan agama_ pada prinsipnya juga berpangkal dari sini. Inilah cikal bakal lahirnya paham ateisme.
Ateisme juga tidak monopoli orang yang berpikir sekuler antroposentrisme. Manusia beragama pun bisa terjebak dalam ateisme. Karena saat sekarang ini banyak manusia menyembah Tuhan menuruti hawa nafsunya.
Sekarputih, 2492018
CATATAN KAKI SEORANG PENYAIR
Adalah keliru apabila ada penyair yang dengan 'nyinyir' mengatakan dengan bangga bahwa ia telah berhasil menyihir pembacanya dengan cara menjungkirbalikkan kata-kata atau menyunsangtunggangkan makna-makna sesuka hatinya. Seorang penyair betapapun liarnya harus tunduk pada retorika bahasa yang dipilihnya sebagai cara ungkap. Memang benar ada istilah " licentia poetica" kebebasan penyair memilih bahasa ungkapan dan menulisnya ke dalam bentuk puisi. Akan tetapi, bagaimana pun juga sepak terjang penyair tetaplah dibatasi oleh karakter bahasa, pola kata, dan susunannya.
Modal utama bagi penyair adalah perbendaharaan kata, perbendaharaan budaya, dan perbendaharaan tata nilai yang berlaku dan dianut. Penyair harus mempunyai piranti yang memadai dalam olah kreativitas pencipta puisi. Oleh karena itu, seorang penyair mestilah seorang pemikir. Segala puisi yang diciptakannya mestilah dilandasi oleh olah pemikiran yang mendalam dan dilambari oleh wawasan jauh ke depan. Puisi-puisi yang tidak dilandasi oleh olah pemikiran akan lahir sebagai puisi prematur. Jabang bayi puisi yang prematur itu keadaannya amat merana; ia kurang gizi, kurang asupan asi, dan pertumbuhannya terpolusi oleh asap kata-kata yang menguap begitu saja.
#nyinyir 2832019
PENYAIR
Sebagai penyair menulis adalah cara mengekspresikan gagasan untuk melawan sesuatu atau menjaga akumulasi kreatifitas pikiran.
Pandangan pandangan seorang penyair mempunyai implikasi yang tidak sederhana apa adanya. Sebab, bagi saya sebagai seorang penyair, menulis adalah motivator untuk mengungkap misteri implementasi kehidupan sekeliling. Bahkan menulis bisa merasakan hidup lebih dari satu kali.
Oleh karenanya menulis puisi adalah gairah estetik yang sangat indah dalam memasuki alam bawah sadar kehidupan. Kehidupan itu sendiri adalah sastra. Punya nilai intrisik yang imanen dalam metafisik.
Saya sebagai the author tidak hadir dalam kebenaran tunggal. Sebab penulis tak bisa diam. Selalu berubah rubah rupa dalam penafsiran yang kontekstual.
Maka dari itu seorang penyair atau penulis butuh literasi memadai, agar ia bisa jadi petani, gelandangan, tukang pijat, filosof, politikus, piskholog, sosolog, atau pun pengembara metafisika. Yang paling berat bagi penyair dan penulis adalah melawan keihklasan dan kesabarannya sendiri.
Di manapun penyair berada juga mempunyai keinginan yang sama dengan penyair lainnya. Sebagai manusia, semua penyair mempunyai ide-ide, gagasan, hasrat, pesan-pesan untuk menyampaikan kepada masyarakat dan bangsanya. Dalam interaksi dengan berbagai kalangan masyarakat maupun lingkungan masyarakat luas termasuk interaksi antara dunia dalam dirinya atau di luar dirinya. Penyair banyak menangkap momentum peristiwa dalam pengembaraan. Hal-hal yang ditangkap kadang merupakan kesan menyenangkan, kadang-kadang juga merupakan problema yang harus direspon, atau pengalaman batiniah yang harus dan perlu disimak isinya.
Hanya dengan bahasa dan kata-kata penyair bisa mengutarakan apa-apa yang ditangkap melalui puisi. Dengan bahasa pula penyair bisa menangkap maksud dan perasaan orang lain. Dengan bahasa pula penyair dapat mengutarakan pendapatnya, keterlibatannya serta keterharuannya terhadap sesuatu kepada masyarakat, karena seorang penyair bisa berdoa dengan kata-kata.
Karena itu bagaimanapun seorang penyair harus menguasai tata bahasa secara baik, sebab jika tidak, ia akan mengalami kesulitan menterjemahkan penghayatannya atau pengalamannya setepat mungkin melalui kata-kata untuk mencapai maksud yang sebenarnya. Hal ini sesuai benar dengan fungsi bahasa.
Mood seorang penyair terkadang berada dalam kegelisahan yg memantiknya untuk berbuat sesuatu atau melentingkan sebuah karya puisi yg menyita perhatian laku itu sendiri. Daya ingat seorang penyair adalah seberapa jauh ia membaca literasi, seberapa jauh membuka ruang dalam hatinya. Dari situlah seorang penyair akan terlihat seberapa jauh melibatkan diri dalam kehidupan dan literasi.
Sebagai penyair sangatlah lucu dan culun bila hanya bisa menulis puisi saja. Sebab penyair sekarang di hadapkan pada zaman globalisasi yang begitu cepat menggiring kita pada situasi tidak menentu dan kadang sulit disimpulkan.
Oleh sebab itu kita sebagai manusia biasa atawa penyair dituntut mencontoh keteladanan Nabi Muhamad SAW. Yang mana Nabi Muhamad SAW adalah seorang nabi yang makrifat, dan bisa mi'rod. Kita sebagai umat Nabi Muhamad SAW harusnya bisa makrifat dalam melihat sesuatu di sekeliling kita untuk diangkat menjadi sebuah tulisan. Semono ugo kita harusnya juga bisa mi'rod seperti Kanjeng Nabi Muhamah SAW. tinggal bagaimana kita bisa mengasah keilmuan untuk mencapai isro' sebelum sampai mencapai mi'rod dalam beribadah atawa menulis.
Maka dari itu penyair butuh ruang yang luas dan hati pikiran yang lebar, demi mempertanggung jawabkan sebagai mahkluk Allah. Ya, paling tidak bertanggung jawab pada diri sendiri.
Saya menulis seperti ini tak luput dari getaran hati nurani, hingga tak bisa kubendung air mata.
Itulah sekelumit narasi saya sebagai manusia biasa yang dipilih Allah menjadi seorang penyair yang masih butuh banyak belajar dari sampean semua. Khususnya belajar dari ketidak tahuan saya dalam laku sinetron duniawi ini.
Sekarputih. 30102018
IDEALNYA SEORANG PENYAIR
Idealnya, seorang penyair memiliki pemancar dan radar seperti pemancar dan radar satelit yang sinyalnya sangat kuat dan istimewa. Pemancar dan radar memiliki kemampuan menyerap segala sesuatu yang berkelebat di udara terbuka. Sebab di udara terbuka tampaknya banyak sekali kata-kata berterbangan, melayang-layang, dan kadang saling berbenturan. Seorang penyair mestilah mau mengusung pemancar dan radar kemana pun ia melangkah. Dengan pemancar dan radar terpasang di dada, di kepala, dan si segenap jiwa serta ditunjang kepekaan menangkap sinyal-sinyal kreatif, intuitif, imajinatif, lalu seorang penyair dapat menyaring dan menjaring kata-kata, serta mengembangbiakkannya melalui puisi-puisi yang ditulisnya.
Bagi penyair pemancar dan radar merupakan piranti untuk mengadopsi berbagai realitas-imajinatif dan realitas faktual untuk menangkap tanda-tanda zaman, serta menangkap berbagai makna yang berlaku sesuai dengan tata nilai yang berlaku. Tugas penyair selanjutnya ialah menangkap dan memantulkan kembali perasaan pikiran, perasaan, dan perasaan keutamaan dasar kebenaran dan keluhuran. Di sinilah letaknya nilai-nilai yang diselipkan oleh penyairnya, baik itu berupa nilai etis, nilai fisolofis, nilai edukatif, maupun nilai religius.
#nyinyir442019
YANG BISA MEMBACA CUACA
ada apa dengan robotik yang mulai menggeser dominasi manusia?
apakah aku sadar di masa depan anak-anak akan lebih dewasa
melihat rindu dan cinta sebagai berita biasa?
apakah nilai luhur bukan lagi sebagai pesan kemanusiaannya?
atau karena hantu-hantu tekhnologi menghimpun ilmu dan kutukan untuk ditimpakan ke dalam kepala?
ah... entahlah! hanya hati yang bercahaya bisa membaca cuaca
Sekarputih, 2362019
DI GUNUNG BROMO
malam ini kabut bercerita tentang bagaimana rasanya kehilangan kekasih kalbu
saat embun es gunung Bromo menggenang di lamur matamu
gigil dan dingin saling mengasuh keheningan hatimu
ketika keterluntaaku bercerita tentang hikmah mengasah keterampilan langkahmu
langkah demi langkah di gurun pasir itu
berkisah mengenai kepasrahan demi kepasrahan rindu yang bertalu
hingga aku khusyuk menulis puisi-puisi laku
Sekarputih, 2562019
NYANYIAN CINTA
aku bicara tentang cinta
getaran nadanya mampu menggoyahkan jiwa
kumandangnya harum bagai bunga
membuka kidung jula juli perawan suci
siapa yang berani membuka pintu lagu kasih sayang ini
adalah rahasia-rahasia hati yang paling wangi
menyimpan bisikan sanubari paling berani memecah sunyi
sebuah sajak yang bernafas dalam benih hatiku
mengalirkan kasih sayang di tiap desir nadimu
tiap-tiap desah napas tersimpan rasa risau mendesau merasuk ke dalam sukmaku
betapa desir nyanyianmu yang fana itu
menjadi saksi bisu di ujung penglihatan batinku
yang memantulkan cahaya dari air mataku
dan disembunyikan oleh kesadaran cinta
ah.... meneguk rasa kasih sayangku dalam jubahmu
adalah gema jiwa tanpa kata
ketika nyanyian rindu dikumandangkan oleh kesunyian jiwa
mimpi dan bayanganmu melipat lagu rohani yang digubah oleh renungan cinta
getaran nadanya bagai rahasia debur ombak samudra
menyalipku pada gelombang air mata
sebagai perahu yang menyatukan cuaca dalam menangkap cinta
aku berusaha memecah sunyi
menuturkan bisikan sanubari
yang terungkap oleh hati
melagukan kidung suci
sebagaimana cinta memahkotai hati
menyanyikan melodi
meluluhkan diri
mengalir bagaikan kali
mereguk dahaga siang tadi
Batu, 1372018
Saat saya membuat toilet di belakang rumah, romo Daru Maheldaswara menginginkan saya menulis sajak toilet seperti di bawah ini.
SAJAK TOILET
sejak pertama kali membuat toilet itu
aku temukan cerita baru
menggemakan cinta demi anak istrinya
batu bata, pasir dan semen menjadi saksi bisu
bagi kuli yang menggali kehidupan tanpa malu
bau tanah dan peluh menjilati muka dan hatiku
ketika letih pulang ke pangkuan ibu
Sekarputih, 2062019
AKU
aku bunuh aksara ini
saat puisi lelaki menjual birahi dengan berani
2
aku bakar kata-kata itu
ketika lelaki puisi selalu menipu
3
aku tulis puisi ini
karena menyadari akan mati
Sekarputih, 2162019
BULAN
bulan mengangkang di atas kepala
merenda kenangan lama
sepi membaja
rebah di atas kuburan tua
bunga-bunga putih bercahaya menggemakan luka
saat bulan mewedar waktu
jalan berliku memetik kata-kata madu
pada tangan-tangan berdebu
kulihat bulan dan bintang manis
menyapamu
Sekarputih. 2062019
KUTULIS PUISI INI
kutulis puisi ini ketika membaca ambang sore di matamu
dan jarum-jarum hujan yang runcing itu
mencuci rambutmu yang blonde seperti beludru
sedang bunga-bunga dan pohon jambu di halaman itu
berkaca di jendela rumahku
sambil tersenyum menunggu waktu berbuka rindu
hati puisi mengembara mengetuk pintu-pintu cinta paling syahdu
Sekarputih, 1962019
Saat di hutan Pinus Coban Manten yang mampu melahirkan puisi.
DI ANTARA HUTAN PINUS
di hutan pinus, aku memetik kecapi
serasa kabut tipis merindukan wajahmu dalam gigil hati
menanti datangnya pagi
ketika siang bergerak mengitari sepi
rumbai-rumbai kabut menapaki ke segaran bumi
ibarat rona pipimu
hangat mentari sesungguhnya adalah cintaku sebelum matimu
ah...bulir-bulir embun yang merasuk ke dalam tubuhmu
seakan rembang petang yang mengambang merumuskan tekstur daun hatiku
di antara deretan pinus, kuikuti langkah getahmu
aku ingin belajar dan berguru pada gunung tua itu
yang menyimpan magma dan merawat kerinduannya pada ketulusan rindu
Batu, 2012018
Malam yang dingin dan padang bulan melahirkan puisi di bawah ini.
KUSUNTING BULAN DI ATAS KEPALA
kusunting bulan di atas kepala
penuh puisi bercahaya
sepi menjelma urat nadi membaca
ujung jari paling setia merenda malam penuh cinta
tanpa ragu
kesunyian kupeluk syahdu
menjumpai perpisahan memuji rindu
Batu.1362017
PENYAIR
Seorang penyair adalah penyimak dan penelaah yang jeli melihat keadaan sekelilingnya. Tugas penyair itu menyair, tidak perlu membela syairnya bila ada yang mengkritisi. Biarlah syair itu sendiri menemui pembacanya dan mencatat sejarahnya sendiri. Penyair itu berkarya menuangkan gagasan sepenuh hati. Semakin matang seorang penyair, makin kental dalam menuntaskan gejolak rasa yang menggumpal dan berkecamuk dalam benaknya. Termasuk tersentuh oleh indera dan jiwanya. Suasana puitis datang kapan saja, dimana saja. Tak perlu mencari di dalam kamar atau mencari kekhusyukan. Karena memang di sekelilingnya banyak hiruk-pikuk ide berseliweran. Tinggal bagaimana sang penyair menangkap ide itu melalui perenungan yang tentunya ditunjang oleh literasi yang bersangkutan. Sebab syair yang diciptakan seorang penyair akan memperlihatkan seberapa besar penyairnya bergulat dengan literasi akan menunjang kemantapan syair yang diciptakan.
SEPENINGGAL SENJA
sepeninggal senja
pelangi di matamu mewedar kesumba
kesiur angin membawa rindu pucuk cemara
menciptakan lagu sendu pada metamorfosa bulan purnama
pada daun berembun merdu
kutemukan peristiwa menyatu dalam warna hatimu
yang semadi menapaki sunyi kaligrafi kalbu
Sekarputih, 4022017
SAJAK MALAM
malam-malam begini
sepi menyihir hati
memanjang ke barat menyusuri misteri
menciptakan komposisi
memainkan gradasi hatiku yang paling sunyi
lagi-lagi suara merdu itu
mengantarku mengubah warna warni rumahku
hingga cahaya bulan menjadi purnama laku
di ruang sukmaku paling kelabu
Batu,322018
JOMBANG BERGOYANG
Jombang bergoyang
seperti penyanyi goyang dumang
Jombang bergoyang
bagai penyawer lupa pulang
lumbung kota dijadikan lambung kantong
tempat penyeberang melawan gelombang
hingga riak ombak menghempaskan perahu
menjadi ungkapan belitan pinggangmu
Batu, 622018
GERHANA BULAN
dari balik gerhana bulan, aku menduga rotasi bumi menggenangi hatiku
pantulan sinarnya memiliki siklus bermetamorfosa dengan malamku
mengiringi porosmu berputar pada revolusi jiwaku.
memainkan rotasi barat dan timur di antara taram dan terangku
memantulkan komposisi yang merdu
Batu,3012018
1
pada putaran matahari
kutemukan rotasi hati
bergetar di antara galaksi
2
membayangkan gugus bintang yang tak terbayang
kusandarkan cintaku yang tak terbilang
3
pada tata ruang bumi
katalis-katalisku mati
hingga rasa mengalami turbelensi
Batu, 2212018
#esai_rbk_win
ALAM ADA DALAM HATI DAN PIKIRAN
Alam di sekelilingku telah begitu banyak memberi masukan dan membuka pandangan tentang kehidupan dalam tubuhku terutama alam fikir dan alam hati. Ternyata semua itu adalah kerja sama antara alam dan kehidupanku yang pada intinya adalah sebagai hipotesis indera yang berpusat di hati.
Alam ternyata juga mampu melembutkan hati dalam mencapai pengetahuan supranatural. Sebab hati menghasilkan rasa yang mengalir mengarungi perjalanan filsafat seperti puisi-puisi ekologi menempuh perjalanan alam filsafat.
Batu, 1332018
MEMANDANG WAJAHMU
betapa keindahanmu tak bisa kupungkiri
wajahmu serasa halnya putik bunga matahari
selalu bergerak ditiup angin lupa jalan kembali
memandang wajahmu seakan melihat hatiku sendiri
sebab aku adalah daun-daun kering jatuh di tanah gundukan sunyi
menyaksikan debu menjadi saksi bisu catatan kaki
Batu, 1722018
MENGENALMU
suaramu digemakan angin dan udara
membuatku selalu termangu merasuki panca indera
sinar matamu memancarkan cahaya
membuat hatiku tak bisa berkata-kata
aku mendengar dan mengenal langkah-langkahmu
sehabis iqro lentur dan lisut ke dalam sunyiku paling syahdu
Batu, 2222018
DALAM TUBUHMU
setiap kupandang daun-daun runcing berserak dalam tubuhmu
pematang hatiku memetik hangat mentarimu
yang bergerak ke arah padang ilalang itu
sepanjang aku menjelajahi kemolekan tubuhmu dengan jiwa
kutemukan keajaiban-keajaiban doa
mengalirkan waktu dengan mesra
dalam tubuhmu, teritorial rindu membentuk kaligrafi
sebagai orkestra sunyi dalam ladang-ladang hati
hingga bunga padiku tak kuasa berpaling darimu yang paling hakiki
Batu,2712018
MEMBACA PUISI "SEBAGAI PENYAIR", KARYA: Eko Windarto
Oleh: Indra Intisa
Di era modern, puisi bisa saja menjelma menjadi cerita yang lebih luas layaknya prosa. Gaya penuturan yang naratif dan bahkan penggunaan larik-bait yang serupa kalimat-paragraf memang terkesan lumrah. Ritme yang lebar, luas dan diksinya terkesan lurus dan datar layaknya prosa. Keadaan ini mengingatkan kita pada pepatah, "Srigala berbulu domba". Ia adalah srigala tetapi menyamar seperti domba. Bisa-bisa saja kita tertipu jika tidak segera berhati-hati.
Bertukarperannya antara prosa ke puisi menjadi prosa liris, dan puisi ke prosa menjadi puisi prosais tentu membingungkan para pembaca awam. Karena hakikatnya kita (awam) melihat dua karya sastra ini dari sisi bentuk (perwajahan), padahal perlu jua disimak unsur lain yang membangun dan membedakan keduanya. Itu seperti keadaan sebuah motor merk Honda Vario kita permak dan diberikan tampilan dan polesan motor yamaha merk Mio Z. Sekalipun tampilannya sudah bergaya Mio Z, tetapi tetap saja kendaarn tersebut adalah Vario. Bukan Mio Z.
Penyair Eko Windarto pun tidak kalah niatnya untuk mengubah puisinya menjadi bergaya prosa. Bahkan cenderung ekstrim--benar-benar membuat kita geleng-geleng kepala sambil berkata, "Kau keterlaluan, Tuan." Barangkali Eko Windarto akan menjawab, "Kopi jika hanya di isi air tanpa gula tentu tidak nikmat. Makin nikmat jika diampur susu." Nanti kita pun akan berpikir, "Itu kopi susu atau susu kopi?" Ia hanya tertawa serupa pepatah, "Anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu". Mari kita simak puisinya:
SEBAGAI PENYAIR
sangatlah lucu dan culun bila saya sebagai penyair hanya bisa menulis puisi saja. Sebab penyair sekarang di hadapkan pada zaman globalisasi yang begitu cepat menggiring kita pada situasi tidak menentu dan kadang sulit disimpulkan.
Oleh sebab itu kita sebagai manusia biasa ataw penyair dituntut mencontoh keteladanan Nabi Muhamad SAW. Yang mana Nabi Muhamad SAW adalah seorang nabi yang makrifat, dan bisa mi'raj. Kita sebagai umat Nabi Muhamad SAW harusnya bisa makrifat dalam melihat sesuatu di sekeliling kita untuk diangkat menjadi sebuah tulisan. Semono ugo kita harusnya juga bisa mi'raj seperti Kanjeng Nabi Muhamad SAW. tinggal bagaimana kita bisa mengasah keilmuan untuk mencapai isro' sebelum sampai mencapai mi'raj dalam beribadah atawa menulis.
Maka dari itu penyair butuh ruang yang luas dan hati pikiran yang lebar, demi mempertanggung jawabkan sebagai mahkluk Allah. Ya, paling tidak bertanggung jawab pada diri sendiri.
Saya menulis seperti ini tak luput dari getaran hati nurani, hingga tak bisa kubendung air mata.
Itulah sekelumit narasi saya sebagai manusia biasa yang dipilih Allah menjadi seorang penyair yang masih butuh banyak belajar dari sampean semua. Khususnya belajar dari ketidak tahuan saya dalam laku sinetron duniawi ini.
Sekarputih. 27.7.2016
Puisi di atas ditulis dalam bentuk prosa yang sangat lebar. Serupa argumen, curhatan dalam bentuk nasihat, dst. (boleh ditimpuk dengan pelbagai macam argumen). Puisinya ditulis meminjam ide tuturan dan gaya pembukaan UUD 1945. Dan ketika mengingat isinya, tentu kita membayangkan tentang niat dan cita-cita bangsa. Kekuatan isinya menjadikan aku lirik untuk mengadopsi dan memasukkan nasihat baik-baik bagi penyair dalam menulis puisi. Hakikatnya puisi tidak ditulis begitu saja tanpa pertanggungjawaban. Ia punya jalan dan hidup sekalipun penyairnya telah mati. Keadaan itu tentu mengingatkan kita pada puisi Chairil Anwar, "Aku mau hidup seribu tahun lagi."
Pembukaan UUD yang diadopsi pada puisinya tentu bermaksud sebagai himbauan terhadap penyair sebelum masuk lebih jauh dalam puisi yang ditulis. Sebab, jika puisi telah ditulis dan hidup di hati banyak orang, bagaimana cara kita mempertanggungjawabkannya? Allah Swt., berfirman:
"Penyair-penyair itu di ikuti oleh orang-orang sesat. Tidakkah kamu melihat bahwasanya mereka mengembara di tiap –tiap lembah. Dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mampu mengerjakannya ,kecuali orang-orang beriman dan beramal soleh dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman,Dan kelak orang yang zalim itu akan mengetahui ketempat mana mereka kembali. " (Surat Assuara’a Ayat 224-227)
Semoga kita bisa menjadikan puisi kita sebagai ladang ibadah. Bukan sebagai ladang dosa yang akan membakar kita nantinya di neraka. Amin.
Pulau Punjung, 18 Maret 2017
***
Indra Intisa, Penikmat dan Pemerhati Puisi.
Cc Eko Windarto
BUKA LAPAK PUISI
Oleh: Eko Windarto
Sejak kubuka lapak puisi pembeli maupun pengunjung (penikmat) sastra kurang mampu membeli dalam artian sepi dari penikmat puisi, apa lagi mengapresiasi.
Namun demikian lapak puisiku tetap buka tiap hari meski sepi pembeli.
Dari sepi pembeli itulah aku belajar keihklasan dan kesabaran.
Melalui puisi tali temali peradaban bergayung sambut terus menerus, baik kontroversi akan pandangan-pandangan maupun kepiawaian memproduksi abtraksi ide dalam bentuk puisi yang menggoda.
Melalui kontestasi puisi sebagai seni tulis di mana bahasa di gunakan untuk kualitas estetika sebagai tambahan selain arti semantiknya.
Puisi dilahirkan dari pemikiran sang penyair yang bisa jadi kaki tangan penguasa, kadang juga dijadikan media untuk melawan rezim.
Puisi bukan saja sebagai perwujudan imajinasi manusia, tapi juga sumber kreativitas selain merupakan curahan hati seseorang yang membawa orang lain masuk ke dalam keadaan hatinya.
Sang penyair juga biasa membawa metafisika hatinya melayang entah ke ifrit atawa ke absolut.
Inpirasi Sang Penyair bisa datang tiba tiba (seketika) tanpa menunggu jarak , ruang dan waktu. Inpirasi itu sendiri bukan suatu kebetulan semata tapi suatu pergulatan historis penyair itu sendiri
Perasaan dalam puisi adalah pendalaman pemikiran sang penyair yang dituangkan melalui perasaan sombong, sedih, terasing atau dalam kesulitan. Yang kadang bagi orang lain sulit untuk menggambarkan sesuatu yang tidak terserap oleh penginderaan.
Imajinasi-imajinasi penyair butuh perhelatan dan pergulatan dengan literasi-literasi yang termaktup dalam pikiran-pikiran dan jiwa penyair secara terus menerus. Jadi tidak sekedar berimajinasi tanpa pengetahuan yang cukup memadai.
Nilai-nilai dalam puisi itu sendiri adalah kebebasan yang tidak terbebaskan dari kungkungan keajaiban-keajaiban jiwa sang penyair dalam mengolah bahasa isi yang tentu itu semua tidak diperoleh secara gratis
#celotehhariini
MEMAHAMI REALITAS ALAM
Cara-cara dalam memahami realitas atau alam adalah upaya mendeskripsikan asal-usul alam semesta dalam istilah-istilah mistis.Akal menjadi intrumen otoritatif pemahaman manusia dalam menjawab persoalan-persoalan hubungannya dengan alam dan dunia sekitarnya. Mereka meyakini dalam diri manusia terdapat kebenaran, yang didorong termanifes keluar melalui proses dialektik, sampai hakikat kebenaran bisa dimengerti.
Kebenaran rasional yang dipandang tidak bisa dipegangi mendorong para filosof menggunakan akal sebagai alat pendukung dan justifikasi atas kebenaran dogmatisme religius yang telah ditetapkan oleh para otoritas religius. Berfilsafat pada era ini adalah berteologi. Kritik terhadap dogmatisme religius merupakan kesalahan. Kritik akal terhadap teologi tidak harus dimengerti menentang kebenaran religius, melainkan bisa dimengerti sebagai pelurusan kesalah pemahaman religius. Ini merupakan kenyataan sejarah yang tak bisa diingkari pada sejarah filsafat.
Filsafat tidak bisa dipahami lepas dari sejarahnya. Filsafat muncul dan berkembang dalam historitas. Sejarah filsafat merupakan panggung kontestasi filsafat dan bisa menjadi makna substantif filsafat. Oleh karena itu, tidak cukup mengetahui filsafat dari filosof. Karena itu, cara untuk mengerti filsafat adalah dengan cara memahami dinamika maknanya.
DI PEMATANG
di pematang, hijau daun tak habis kupandang
rembang petang menyapa pucuk pucuk daun jagung
daun daunnya memanjang menjulur sampai gunung
ketika kabut menampar jiwaku
embun melekat pada daun rindu
senja pun saling menyapa luka laku
dalam kicau burung terkuku
sebelum dingin menusuk kalbu
kurenda warna jingga dengan doa yang menderu
Sekarputih, 2322017
SAJAK PERSONAL EKO WINDARTO DALAM "NYANYIAN CINTA"
Oleh: Cunong Nunuk Suraja
Seperti buku Sapardi Djoko Damono 'Bilang Begini Maksudnya Begitu' beda berita dan puisi itu pada tampilan penulisan yang normalnya puisi tidak beralinea tapi berbait. Puisi berkekuatan musik bunyi sehingga sering dinyanyikan maka secara harafiah fesbukiyah judul sajak ini sudah menyaran dan resmi sebagai puisi bunyi maupun nyanyi.
Pada bait pertama terasa penyair jadi dalang yang melantunkan pengkisahan menjadikan sajak ini membalada yang bercerita tentang tokoh aku :
aku bicara tentang cinta
getaran nadanya mampu menggoyahkan jiwa
kumandangnya harum bagai bunga
membuka kidung jula juli perawan suci
siapa yang berani membuka pintu lagu kasih sayang ini
adalah rahasia-rahasia hati yang paling wangi
menyimpan bisikan sanubari paling berani memecah sunyi
Seandainya ada catatan kaki untuk menambah informasi tentang bait pertama puisi balada ini dapat beralih rupa jadi puisi esai. Puisi yang terlahir dari penelitian ilmiah dengan penampilan berbait, bukan beralinea. Puisi dengan minimal 2000 kata dengan minimal sepuluh catatan kaki akan bernilai tukar minimal lima juta. Jika untung dapat ikut kontes puisi esai Asean berhadiah seratus juta.
Pada bait kedua sajak menjadi sosok berjiwa dan membuhulkan cinta model Cinderella. Sjmak bait kedua berikut.
sebuah sajak yang bernafas dalam benih hatiku
mengalirkan kasih sayang di tiap desir nadimu
tiap-tiap desah napas tersimpan rasa risau mendesau merasuk ke dalam sukmaku
betapa desir nyanyianmu yang fana itu
menjadi saksi bisu di ujung penglihatan batinku
yang memantulkan cahaya dari air mataku
dan disembunyikan oleh kesadaran cinta
Rahasia cinta memang pelik dan membuahkan kisah beraneka rasa seperti juga kisah Pangeran Kodok yang ciumannya membuyarkan kekuatan jahat sihir.
Haris El-mahdi
MENAFSIR RENDRA, MEMELUK PUISI
(Catatan Jagongan Gusdurian Batu, satu dekade WS Rendra)
Tidak semua orang bisa menjadi penyair tapi semua orang adalah puisi.
"Di Bengkel Teater" , demikian kenang Herman Aga, "Rendra tidak terobsesi untuk mencetak Rendra-Rendra baru, tetapi Rendra mendampingi murid-muridnya untuk menemukan otensitas diri-sendiri" Rendra mendidik murid-muridnya agar "tahu-diri" sekaligus "sadar-diri" sebagai manusia dengan segala masalah yang dihadapinya. Puisi, bagi Rendra, bukan tentang bahasa yang diindah-indahkan tetapi sebuah proses pendalaman pikir dan bathin merespon realitas sosial.
Herman Aga menuturkan bahwa puisi-puisi Rendra adalah sebuah kesaksian tentang ketidak-adilan, kemiskinan dan segala ketimpangan. Puisi itu lahir tidak dari ruang hampa sosial, di atas meja dalam kamar yang sunyi, atau di atas ranjang yang empuk. Puisi Rendra adalah hasil sebuah riset partisipatoris, yang mana, Rendra tidak hanya mengamati dari luar, tapi juga sekaligus hadir terlibat dalam peristiwa yang menjadi subyek dari puisi-puisinya. Rendra, dapatlah dikatakan sebagai seorang etnografer, yang menarasikan hasil pengamatan-terlibatnya dalam bentuk puisi. Rendra bukan hanya penulis kata,-kata tetapi dia juga sekaligus pelaksana.kata-kata. "Dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata" demikian seru Rendra dalam Sajak berjudul Paman Doblang.
Proses kreatif seperti itulah yang menjadikan puisi-puisi Rendra menjadi otentik, meruang-mewaktu, melintasi generasi, sebuah karya yang jujur., bukan karya untuk terkenal dan demi kepentingan politik tertentu. Dan, di sinilah esensi sebuah karya puisi, yakni menjadi saksi atas realitas sosial. Kerja sebagai seorang sastrawan identik dengan kerja seorang intelektual.
Oleh karena itu, puisi menjadi penting karena ia merupakan mindset dalam berkebudayaan. Puisi adalah produk kebudayaan sekaligus pencipta kebudayaan. Hal ini disetujui oleh Syamsoe Soeid, pemantik jagongan kedua. Syamsoe mencandra bahwa puisi menjadi bermartabat jika lahir dari pelembagaan tradisi yang juga bermartabat. Puisi semacam alat pemandu manusia untuk tetap menjaga kefithrahan atau kembali fithrah.
Jagongan Gusdurian kemudian mengalir dengan mengkritisi konteks kekinian dan kedisinian. Bahwa, akhir-akhir ini banyak orang yang terampil berbahasa dan mengindah-indahkan bahasa, kemudian di-posting di media sosial, yang mendadak ia mengklaim sebagai sastrawan. Tentu saja, klaim "sastrawan" itu sangatlah absurd, nihil otensitas. Ia mengklaim mencipta "puisi" (sengaja dengan tanda petik) tetapi tidak mempunyai kerja-kerja kebudayaan sebagai bukti dan bakti atas kata-kata indah yang ia cipta. Para penyair medsos itu boleh jadi terkenal dan viral tetapi karyanya tiada sanggup menjadi pembasuh jiwa dan pikiran, tiada abadi, hanya menjadi buih ombak dalam hamparan samudera, gaduh-riuh dan hilang.
Lebih lanjut, ketika malam semakin larut, jagongan Gusdurian Batu menghangat dengan percakapan tentang pembumian puisi dan tradisi berpuisi di Kota Batu. Batu, dengan keindahan alam yang dimilikinya dan keguyuban manusianya, mempunyai potensi menjadi "waduk inspirasi" berpuisi. Peserta jagongan sepakat bahwa perlu proses kreatif membumikan puisi, terutama pada kalangan anak-anak muda. Hal ini penting agar anak-anak muda tidak mengalami krisis kosakata dan krisis bahasa. Membumikan puisi senafas dengan menciptakan atmosfer kebudayaan yang mendorong anak-anak muda mencintai puisi. Pun, proses kreatif membumikan puisi ini dapat dilakukan dengan mengoptimalkan segala potensi kreatif, misalnya, melalui fotografi, videografi, kaos, film, Videotron, dan yang sejenisnya.
Jagongan pun ditutup dengan foto bareng sekaligus sebuah spirit menumbuhkan kembali tradisi berpuisi di Kota Batu.
Haris El Mahdi
FB@Haris El Mahdi
Mengenang Dr. Dra. Margaretha Sri Widaningsih saat dialog bersama almarhum tentang PSIKOLOGI SASTRA dan 2 PUISI di bawah ini yang telah diesaikan, dan sudah jadi, tapi belum sempat di-posting. Semoga beliau ditempatkan di sisi-Nya. Amin.
DUHAI ANUGERAH CINTA DI BULAN MARET
Di antara bunga di jambangan biru
Dendang kesunyian beraroma wangi ibu
Sesungguhnya setangkup anugerah bagi lelaki itu
Usia yang susut menjinjing waktu
Kusentuh di ujung malam ulang tahunmu
Tiupan lilin-lilin terasa aneh menggulung waktu
Tanpa tabir masa lalu
Oh...ruang tamu perjamuan waktu
Upacara menjemput rasa cintamu
Ketika almanak memungut kenangan dan menghitung penyesalan saling bertemu
Duhai anugerah cinta di bulan Maret merapatlah dalam binarku
Akan kupetik ranum cahaya jiwamu yang memuja jejak rindu
Sebelum pertemuan gerimis lurus di sela rambutmu melepas suara batinku
Oh ibu, pada bulan Maret ini, di piring makan malam, ada aroma nasi goreng dengan dadar telur mata sapi
Juga secangkir kopi seperti senyum manis sisa mimpi
Apakah tanganmu yang mengolah puisi di bejana ini?
Diksi itu bawang putih, bawang merah dan cabe merah pecah dari rasa hati
Selesai melahap apa yang tersajikan
Kulit pisang kau buangkan
Keinginan dan jantung malam memperpanjang kehidupan
Sebelum hening melelapkan impian
Bali, 432020
ANTARA AGAMA DAN BUDAYA
Antara agama dan budaya harus jelas perbedaan dan persamaannya demi melahirkan pemahaman agama dan budaya secara sempurna. Oleh sebab itu budaya yang dianggap atribut agama sering kali menjadi kriteria orang yang belum sepenuhnya memahami agama secara sempurna dan utuh. Padahal agama sangat jarang berbenturan dengan budaya, sedang budaya yang disakralkan atau agama sangat sensitif dengan budaya lain.
Padahal jelas sekali bahwa agama bersumber dari Allah, sedang budaya bersumber dari manusia. Maka dari itu agama bukan bagian dari budaya, dan budaya pun bukan bagian dari agama. Bukan berarti bahwa keduanya terpisah sama sekali, melainkan saling berhubungan erat satu sama lain. Melalui ajaran-ajaran Allah yang disebut agama itu, mewarnai corak budaya yang dihasilkan oleh manusia yang memeluknya. Maka, masalah yang demikian itu menjadi sangat perlu menguatkan kembali pemahaman agama dan budaya biar tak saling berbenturan. Itu salah satu bentuk untuk saling menghargai perbedaan.
Agama bukan hanya sekedar mengurus halal dan haram, dosa dan pahala, surga dan neraka saja, melainkan mampu mengimbangi peradaban dan budaya dalam kehidupan manusia. Tujuan lahirnya budaya dan agama sangat jelas, yaitu, kemanusiaan dan kehalusan budi pekerti.
Di tengah masyarakat, kita bisa melihat bentuk-bentuk praktek keberagaman sebagian orang tidak terlalu jelas apakah ini merupakan bagian dari agama atau budaya, yaitu, kita ambil contoh tradisi tahlilan. Tidak sedikit di kalangan umat Islam yang beranggapan bahwa tahlilan adalah kewajiban agama yang harus mereka selenggarakan meskipun untuk itu harus berhutang. Mereka (terutama masyarakat desa) merasa berdosa atau bersalah kalau tidak mengadakan tahlilan ketika ada anggota keluarga yang meninggal dunia. Padahal yang diperintahkan agama berkaitan dengan kematian adalah: memandikan, mengkafani, menyalatkan, mengantar ke makam, memakamkan, dan berdoa. Sangat simpel dan hampir tidak memerlukan biaya banyak. Ini berarti bahwa upacara tahlilan pada dasarnya adalah tradisi, bagian dari budaya bangsa, yang mungkin telah ada sebelum datangnya Islam, yaitu kumpul-kumpul di rumah duka, yang kemudian diislamkan atau sebagai corak islam. Yang perlu dipahami dan dilakukan dalam hal ini adalah membenahi pemahaman dan penyikapan umat terhadap praktek-praktek keberagaman seperti itu secara proporsional.
Batu, 25122018
KONSEP WUJUD
Wujud mutlak yang tercerap secara intuitif dalam pengalaman luar biasa itu menyingkapkan diri dalam derajat dan tingkat yang tidak terbatas. Semua derajat dan tingkat Wujud ini diklarifikasikan menjadi lima bagian utama yang telah dikemukakan dalam "lima medan Wujud". Ibn 'Arabi sendiri mengistilahkan tiap medan Wujud ini dengan hadhrah atau kehadiran. Setiap hadhrah adalah dimensi ontologis khas di mana Wujud mutlak memanifestasikan diri. Dan Wujud mutlak dalam seluruh bentuk manifestasi-diri-Nya itu dirujuk dengan istilah Al-Haqq.
Medan pertama dari kelima medan Wujud ini, yang akan menjadi topik kita selanjutnya, adalah Realitas dalam kemutlakan utama dan primodial-Nya atau Wujud mutlak itu sendiri. Itulah Sang Mutlak sebelum Dia memanifestasikan diri, yakni Sang Mutlak dalam keadaan belum sesedikit apa pun memanifestasikan diri. Empat tahap lainnya adalah bentuk-bentuk esensial di mana Sang Mutlak "turun" dari kemutlakan-Nya dan memanifestasikan diri-Nya di tingkat-tingkat yang bagi kita tampak lebih nyata dan konkret. Aktivitas pemanifestasian-diri Sang Mutlak ini disebut Ibn 'Arabi sebagai tajjali, sebuah kata yang secara harfiah bermakna " menguak sesuatu yang tersembunyi di balik tirai atau hijab".
WAJAH GEOPOLITIK DUNIA PASCACORONA
Dekade 1990 an, tembok Berlin telah runtuh di makan usia " Timur dan Barat", era kesengsaraan menghadirkan kemiskinan telah berakhir, menuju dunia techne, seperti ramalan ahli futurologi. Nasionalisme dan sistem kepercayaan menjadi pertentangan yang semakin tajam, terutama setelah kemenangan Donald Trump sebagai presiden AS.
Ramalan adanya suasana ketergantungan komersial dan teknologi menujum pada surga virtual melalui penyebaran pasar dan teknologi global _berteriak lantang kalau sesuatu akan terjadi dan berbeda dengan sebelumnya.
Dari Indonesia sampai Wasington DC, kepercayaan umat diasosiasikan dengan geopolitik kawasan tertentu bukan semangat nasionalisme yang dianggap usang dan tidak sesuai dengan iman.
Seperti yang terjadi saat ini yaitu bahwa pandemi covid 19 telah memporak-porandakan seluruh dunia. Tak bisa dipungkiri lagi, pandemi ini melukai dan menghantui ekonomi global dalam jangka waktu cukup panjang. Juga tidak menutup kemungkinan dunia akan resesi dan mengalami downtur yang lebih dalam.
Mungkin Francis Fukuyama dan Samuel Hungtinton benar dalam karyanya monumental masing masing The End Of History and the Last Man dan The Clash Of Civilizations and the Remaking of World Order, menghadirkan paradigma menerjemahkan sumber-sumber konflik pasca perang dunia. Atau mungkin pascacorona bisa memperkuat nilai kemanusiaan dan kebersamaan dalam memperbaiki kesalahan-kesalahan atau kemungkinan-kemungkinan untuk saling mensupport dalam membangun perekonomian global. Semoga dunia kapitalis menyadari atas keserakahannya selama ini.
Pandangan Fukuyama menyebut demokrasi liberal menjadi pertanda berakhirnya evolusi ideologis manusia dan bentuk akhir pemerintahan : membentuk apa yang disebut nya sebagai akhir sejarah. Hutington memandang konflik pasca Perang Dingin tidak berasal dari perbedaan ideologi, politik, maupun ekonomi, tetapi sesuatu yang lebih mendasar yang ada di dalam masyarakat, yaitu kebudayaan.
Bali, 1842020
GERAK DARI SANG PENGGERAK
Ketika merenung, tidak semua pengalaman terungkap semua, ia sudah tereduksi sedemikian rupa sehingga berujud pokok-pokoknya saja. Kalau kita seniman maka jadilah semacam karya, baik dalam bentuk puisi, tari, nada, mau pun lukisan-lukisan yang indah, itu saja? Jawabnya bisa ya bisa tidak. Kalau ditarik garis horisontal, hasilnya dekat dengan dunia nyata, kalau ditarik garis vertikal hasilnya berujud karya-karya trasendental, dekat dengan dunia kerohanian.
Kalau kita sedang merenungkan pengalaman masa lampau bisa pula merupakan suatu usaha pencarian diri. Usaha untuk mencapai kesadaran yang lebih mendalam, kemudian bisa diungkapkan secara lebih utuh dari penguasaan diri dan kepasrahan total, dan menyusuri kehidupan yang penuh teka-teki, serta menuruti gerak dari SANG PENGGERAK yang tak pernah digerakan oleh siapapun.
Ketika berupaya mencari pengalaman batin, pengembaraanku sampailah pada kitab Allah yaitu Al Qur'an yang mana ayat-ayatnya adalah karya terindah yang tak tertandingi bagai karya-karya sastra yang tak bosan-bosannya kunikmati untuk digali makna barunya. Keindahan syair-Nya mampu menembus keterbatasan waktu dan ruang. Menakjubkan!
RENUNGAN BAGI KITA SEMUA DARI SEORANG Prof. DR. BJ. HABIBIE. SEMOGA BERMANFAAT
"REALITA Prof. DR. BJ. HABIBIE"
Ternyata kembali ke nol, tidak ada yang dapat dibanggakan, dulu bangga dengan jabatan. Apa itu Nakhoda, apa itu KKM, apa itu Direktur, apa itu Bos perusahaan besar. Busyet semua ...
Ungkapan hati BJ. Habibie soal akhirat yang bikin merinding.
8 Jan 2019.
NONSTOPNEWS.Id.Com
Pidato BJ Habibie viral. Mantan Presiden RI ini menuliskan tentang kisah hidupnya.
SAAT KEMATIAN ITU KIAN DEKAT.
"KALAULAH SEMPAT."
.(Renungan untuk kita semua)
By: BJ Habibie.
Ketika berpidato di Kairo, beliau berpesan, "Saya diberikan kenikmatan oleh Allah ilmu technologi sehingga saya bisa membuat pesawat terbang, tapi sekarang saya tahu bahwa ilmu agama itu lebih bermanfaat untuk umat. Kalau saya di suruh memilih antara keduanya maka saya akan memilih ilmu agama." Ujarnya.
Sepi penghuni. Istri sudah meninggal. Tangan menggigil karena lemah, penyakit menggerogoti sejak lama.
Duduk tak enak, berjalanpun tak nyaman. Untunglah seorang kerabat jauh mau tinggal bersama menemani beserta seorang pembantu.
Tiga anak semuanya sukses, berpendidikan tinggi sampai ke luar negeri.
Ada yang sekarang berkarir di luar negeri.
Ada yang bekerja di perusahaan asing dengan posisi tinggi.
Dan ada pula yang jadi pengusaha.
Soal ekonomi, saya angkat dua jempol, semuanya kaya raya.
Namun, saat tua seperti ini, dia "merasa hampa," ada pilu mendesak di sudut hatinya.
Tidur tak nyaman, dia berjalan memandangi foto-foto masa lalunya ketika masih perkasa dan enegik yang penuh kenangan.
Di rumah yang besar dia merasa kesepian, tiada suara anak dan cucu, hanya detak jam dinding yang berbunyi teratur.
Punggungnya terasa sakit, sesekali air liurnya keluar dari mulutnya.
Dari sudut mata ada air yang menetes, rindu dikunjungi anak-anaknya.
Tapi semua anaknya sibuk dan tinggal jauh di kota atau negara lain.
Ingin pergi ke tempat ibadah namun badan tak mampu berjalan.
"Sudah terlanjur melemah."
Begitu lama waktu ini bergerak, tatapannya hampa, jiwanya kosong, hanya gelisah yang menyeruak sepanjang waktu.
Laki-laki renta itu, barangkali adalah saya atau barangkali adalah anda yang membaca tulisan ini suatu saat nanti.
Hanya menunggu sesuatu yang tak pasti, yang pasti hanyalah, "KEMATIAN."
Rumah besar tak mampu lagi menyenangkan hatinya.
Anak sukses tak mampu lagi menyejukkan rumah mewahnya yang ber-AC.
Cucu-cucu yang hanya seperti orang asing bila datang.
Asset-asset produktif yang terus menghasilkan, entah untuk siapa?
Kira-kira jika malaikat datang menjemput, akan seperti apakah kematiannya nanti.
Siapa yang akan memandikan ?
Di mana akan dikuburkan?
Sempatkah anak kesayangan dan menjadi kebanggaannya datang mengurus jenazah dan menguburkan?
Apa amal yang akan di bawa ke akhirat nanti?
Rumah akan di tinggal, asset juga akan di tinggal pula.
Anak-anak entah apakah akan ingat berdoa untuk kita atau tidak?
Sedang ibadah mereka sendiri saja belum tentu di kerjakan!
Apa lagi jika anak tak sempat di didik sesuai tuntunan agama! Ilmu agama hanya sebagai sisipan saja.
"Kalaulah sempat," menyumbang yang cukup berarti di tempat ibadah. Rumah yatim, Panti Asuhan atau ke tempat-tempat di jalan Allah yang lainnya.
"Kalaulah sempat," dahulu membeli sayur dan melebihkan uang pada nenek tua yang selalu datang.
"Kalaulah sempat," memberikan sandal untuk disumbangkan ke tempat ibadah agar di pakai oleh orang yang memerlukan.
"Kalaulah sempat," membelikan buah buat tetangga, kenalan, kerabat, dan handai taulan.
"Kalaulah kita tidak kikir kepada sesama, mungkin itu semua akan menjadi, amal penolong."
"Kalaulah dahulu anak disiapkan menjadi orang yang shaleh, dan ilmu agama, lebih di utamakan.
Ibadah sedekahnya di bimbing/di ajarkan dan di perhatikan, maka mungkin senantiasa akan terbangun malam, meneteskan airmata, mendoakan orang tuanya.
"Kalaulah sempat," membagi ilmu dengan ikhlas pada orang sehingga bermanfaat bagi sesama.
ILMU PENGETAHUAN
Salah satu tujuan ilmu pengetahuan adalah menegak¬kan amar ma’ruf nahy munkar. Ilmu yang tak berdiri atas kebaikan dan memerangi kemungkaran adalah ilmu yang hampa.
Rasulullah saw pernah bersabda, ”Ketahuilah, bahwa ilmu adalah cahaya (nur).” Sifat cahaya yang paling utama adalah memberi penerang. Mengusir kegelapan juga menjadi salah satu tujuan munculnya cahaya. Petunjuk arah juga peran yang tak kalah penting dari cahaya. Maka, ilmu yang benar akan menjadi cahaya yang mengusir kegelapan, sekaligus menunjukkan arah kebaikan.
Posisi ilmu sebagai cahaya adalah posisi mulia dalam kehidupan manusia. Ilmu begitu mulia, bahkan karena kemuliaan ilmu, Allah memerintahkan nabinya untuk berdoa agar Rabbul Izzati berkenan memberi ilmu sebagai rezeki. ”Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: ’Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan,” (QS Thahaa: 114).
Maka, sebuah konsekuensi yang sangat logis ketika kita mempelajari sesuatu yang mulia maka kemuliaan yang sama dengan sendirinya akan menjadi milik kita. Allah memuliakan dan meninggikan derajat manusia yang memiliki ilmu. ” Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: ”Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: ”Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan,” (QS al Mujadilah: 11).
Sesungguhnya, seluruh penciptaan ini tidak memiliki tujuan lain kecuali penghambaan. ”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menghamba kepada-Ku,” (QS Adz Dzaariyaat: 56) Karena itupula, setiap ilmu pengetahuan yang kita pelajari tidak lain harus dibangun dengan satu tujuan, agar proses pengabdian kita kepada Allah SWT lebih baik dan semakin sempurna.
Karena itu pula Rasulullah pernah bersabda tentang ilmu yang paling baik untuk manusia. ”Barangsiapa yang dikehendaki Allah menerima kebaikan, maka Dia akan memberinya kemampuan untuk memahami ilmu agama,” sabda Rasulullah dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari, Muslim dan Tirmidzi.
Ilmu yang baik akan bermanfaat, dan manfaat yang paling besar dalam kehidupan ini adalah menegakkan amar ma’ruf nahy munkar.
Amar ma’ruf nahy munkar adalah tugas besar yang tak mengenal kata usai dalam agama mulia ini. Tugas besar ini terdiri dari dua komponen besar pula, ilmu dan amal. Ilmu yang berlimpah, menggunung dan menganak sungai tidak akan bermanfaat sedikitpun tanpa amal yang berkesinambungan.
”Apakah dengan mengangkat 200 kati minuman keras akan membuatmu mabuk?” demikian seorang pernah bertanya. Mengangkat 200 kati minuman keras tak akan pernah membuat kita mabuk, tapi dengan meminumnya kita akan mabuk dan hilang kesadaran.
Memiliki ilmu yang tinggi, luas dan dalam tidak akan mampu menghentikan kemaksiatan jika sang pemilik ilmu tak mengamalkan setiap pengetahuan yang dimilikinya. Memiliki ilmu dan melakukan amal, merekalah orang-orang yang memiliki kemuliaan dan keberuntungan. ” Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung,” (QS ali Imran: 104).
Ilmu menjadi cahaya karena ada orang-orang yang menyalakannya. Cahaya menjadi penerang karena ada kaum yang bergerak memberikan penerangan. Penerangan menjadi arah atau petunjuk jalan, karena ada mereka yang mengabdikan diri di jalan Allah untuk menyelamatkan manusia.
Predikat shalih tidak terdiri hanya dari komponen iman pada Allah dan hari akhir saja. ”Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana,”
(QS at Taubah: 71).
Kita tidak akan mendapatkan sebutan beriman sampai kita menjadi penolong dan pelindung bagi orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan. Kita juga tak akan mampu mencapai predikat beriman tanpa menegakkan amar ma’ruf nahy munkar. Taat, shalat dan zakat tak cukup membuat kita berdiri dengan gagah di depan Allah SWT di hari kiamat.
Akan dimuliakan orang-orang yang memiliki dan memuliakan ilmu. Akan dimuliakan orang-orang yang memiliki dan mengamalkan ilmu. Diangkat tinggi derajatnya di muka bumi. Disanjung harum namanya oleh penduduk langit. Bahkan para penuntut ilmu diberi perlindungan khusus oleh malaikat yang membentangkan sayapnya untuk menaungi. ”Sesungguhnya para malaikat membentangkan sayapnya karena ridha pada para pencari ilmu.,” (HR Abu Daud & Tirmidzi).
Bahkan dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah pernah bersabda, ”Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, niscaya Allah akan memberikan kemudahan jalan baginya untuk menuju surga.”
Tapi lagi-lagi, harus terpatri di dalam hati bahwa ilmu tak akan banyak membantu kecuali dia keluar dari pintu. Artinya, ilmu harus berkelana dan mengejawantah dalam kehidupan manusia.
Ilmu akan berkembang melalui dua cara. Pertama, dengan mengajarkannya. Kedua, dengan mengamalkannya. Dengan mengajarkan, kita melahirkan generasi baru yang berilmu. Dengan mengamalkan, kita mengajak membangun generasi baru pada kondisi yang lebih baik dan penuh kemuliaan.
Para ulama salaf pernah berkata, ”Dahulu kami menghafalkan ilmu dengan cara mengamalkannya.”
Jika kita mengurai kata ilmu dalam bahasa Arab, maka tulisannya terdiri dari tiga huruf saja: ain, lam dan mim. Dari tiga huruf inilah lahir komponen besar dalam peradaban manusia. Barangnya bernama ilmu, orangnya bernama alim dan perilakunya bernama amal. Ketiganya tak bisa dipisahkan. Ilmu tanpa amal, sering disebut pincang. Amal tanpa ilmu, kita memberinya panggilan buta. Ilmu dan amal bisa menjadi gerakan ketika ada seorang alim yang melaksanakan.
Bangunlah para pemilik ilmu, nyalakan cahaya, saat ini umat sangat membutuhkan. Lakukan sesuatu, perbaiki keadaan, dan berikan petunjuk arah agar peradaban manusia tak semakin hancur berantakan. Semoga Allah menolong kita.
#cermindiri
MALAM SERIBU BULAN
Bahasa Arab: لَيْلَةِ الْقَدْرِ ) (malam ketetapan) adalah satu malam penting yang terjadi pada bulan Ramadan, yang dalam Al Qur’an digambarkan sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan, Bila seorang muslim mengerjakan kebaikan-kebaikan di malam lailatul Qodar, maka nilainya lebih baik dari mengerjakan kebaikan selama seribu bulan atau sekitar 83 – 84 tahun.
Dikisahkan dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW bercerita kepada para sahabat mengenai seorang Bani Israil yang sangat saleh. Dikisahkan bahwa Bani Israil tersebut telah menghabiskan waktunya selama 1.000 bulan untuk berjihad fi sabilillah di jalan Allah. Saat mendengar cerita dari Sang Baginda Rasulullah kemudian para sahabat pun merasa iri karena mereka tak akan pernah bisa memiliki kesempatan untuk beribadah dalam kurun waktu selama itu. Hal tersebut dikarenakan umur umat Nabi Muhammad jauh lebih pendek dibandingkan dengan umat-umat sebelumnya. Dalam riwayat yang lain pernah dikisahkan bahwa Rasulullah pernah merenungi hal itu. Nabi Muhammad SAW pun bersedih hati karena sangatlah mustahil jika umatnya dapat menandingi amal ibadah dari umat-umat terdahulu yang bisa mencapai ratusan bahkan ribuan tahun.
Kemudian hadirlah Malam Lailatul Qadar yang diturunkan oleh Allah SWT kepada umat Nabi Muhammad pada sebuah malam di bulan puasa Ramadhan. (Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi dalam kitab Fadha’il Ramadhan.). Menurutnya, Lailatul Qadar adalah suatu malam dimana karunia Allah dengan segala kebaikan serta keberkahan didalamnya.
Lailatul Qadar dapat juga kita artikan sebagai malam pelimpahan keutamaan yang dijanjikan oleh Allah kepada umat islam yang berkehendak untuk mendapatkan bagian dari pelimpahan keutamaan itu. Keutamaan ini berdasarkan nilai Lailatul Qadar sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Saya mencoba menggambarkan tanda-tanda malam Lailatul Qadar lewat tulisan pendek (haiku) di bawah ini. Semoga bermanfaat.
Malam yang hening
Seribu bulan datang
Hati terdiam
Angin berhenti
Sangat lengang sekali
Batu, 762018
IndonesiaEVERY MONTH
Arabic: ليلة القدر) (the night of judgment) is an important night that occurs in Ramadan, which in the Qur'an is described as a better night than a thousand months, If a Muslim does good deeds in Qodar's night, then its value better than doing good for a thousand months or about 83 - 84 years.
Narrated in a narration, the Messenger of Allah (PBUH) told his companions about a very pious Israelites. It is narrated that the Children of Israel had spent their time for 1,000 months to wage jihad fi sabilillah in the way of Allah. When hearing the story of the Prophet of the Prophet then the friends also feel jealous because they will never be able to have the opportunity to worship in the period during that time. This is because the age of the people of the Prophet Muhammad is much shorter than the previous people. In another narration it has been narrated that the Prophet once contemplated it. Prophet Muhammad SAW also grieve because it is impossible if his people can match the charity of worship of the ancient people who can reach hundreds or even thousands of years.
Then came the Night Lailatul Qadar which Allah revealed to the people of the Prophet Muhammad on a night in the fasting month of Ramadan. (Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi in the book of Fadha'il Ramadan.). According to him, Lailatul Qadar is a night where the gift of God with all the goodness and blessings in it.
Lailatul Qadar can also be interpreted as the night of abundance of the virtues promised by God to the Muslims who desire to get a share of the abundance of the virtue. This virtue is based on the value of Lailatul Qadar as a better night than a thousand months.
I am trying to illustrate the signs of the night of Lailatul Qadar through the short writing (haiku) below. May be useful.
A quiet night
A thousand months come
Heart paused
The wind stopped
Very quiet
Nb: jam 11.30 malam sholat Lailatul Qadar 12 rokaat; 2 rokaat salam + sholat tasbih 4 rokaat. Semoga bermanfaat.
MENGUNGKAP KESADARAN RUMI
OLEH: Eko Windarto
Rumi – nama lengkapnya, Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al-Khattabi al-Bakhri – lahir di Balkh (Afghanistan sekarang) pada tanggal 30 September 1207. Para Orientalis di Barat mengakui Rumi sebagai penyair yang terbesar dari semua penyair mistik yang pernah ada dalam peradaban Islam. Dan para sufi di Timur Tengah mengakui bahwa karya-karyanya dianggap sebagai Al-Qur’an kedua karena kedalaman maknanya. Jalaluddin Rumi adalah pendiri “Tarekat Mevlevi” di Turki. Sebelum Perang Dunia II, pengikut Tarekat Mevlevi berjumlah 100.000 yang tersebar di seluruh Balkan, Afrika, dan Asia. Tidak ada penyair di dalam sejarah – tidak juga Shakespeare Atau Dante – yang secara nyata mempunyai dampak pada peradaban seperti yang dilakukan oleh Rumi. Dan tak ada puisi yang mampu membangkitkan ekstase mistik dan kebahagiaan kepada pembacanya seperti puisi-puisi yang ditulis oleh Rumi.
Rumi adalah satu pribadi di antara sedikit pribadi di bumi yang memiliki kesadaran universal – selain Ramakrishna, Aurobindo, dan Kabir – yang dihasilkan oleh agama, dan telah mewarnai kehidupan serta peradaban manusia dengan kemuliaan cinta. Maka, pada saat ini, ketika kita membutuhkan suatu inspirasi untuk mencintai dunia yang tengah terancam kehancuran, ketika kita sudah melupakan identitas Keilahian, kebahagiaan, serta tanggung jawab kemanusiaan kita, Rumi hadir sebagai seorang pemandu dan seorang saksi atas kemuliaan Tuhan serta keagungan jiwa manusia. Rumi hadir membawa esensi agama yaitu cinta yang universal. Bagi Rumi, cinta melebihi semua dogma agama, cinta hadir untuk memeluk keseluruhan ciptaan, cinta adalah hakekat agama yang mempersatukan seluruh umat manusia dalam cahaya Keilahian.
Mari kita baca dan renungkan nilai-nilai dalam puisi Jalaluddin Rumi di bawah ini.
Jalaluddin Rumi
Aku bukanlah orang Nasrani, Aku bukanlah orang Yahudi, Aku bukanlah orang Majusi, dan Aku bukanlah orang Islam. Keluarlah, lampaui gagasan sempitmu tentang benar dan salah. Sehingga kita dapat bertemu pada "Suatu Ruang Murni" tanpa dibatasi berbagai prasangka atau pikiran gelisah.
Dalam dunia kebatinan Jalaluddin Rumi telah menemukan SUATU RUANG MURNI yang mana itu adalah suatu proses kebatinan yang sudah mencapai kemurnian hakiki. Dia tidak lagi merasa sebagai agama-agama tapi sudah keluar dari baju agama. Dia sudah mencapai pada puncak kemurnian sejati alias sudah mencapai satu titik yaitu TITIK BA'. Semua itu terlihat dalam penggalan puisinya / Aku bukanlah orang Nasrani, Aku bukanlah orang Yahudi, Aku bukanlah orang Majusi, dan Aku bukanlah orang Islam./ Jelas sekali dia telah menemukan SUATU RUANG MURNI diluar batas manusia kebanyakan. Dari situlah dia telah mampu melampaui gagasan tanpa batas. Suatu perjalanan rohani yang begitu sangat dalam dia selami sampai menemukan bentuk jiwanya yang murni sejati tanpa dibatasi berbagai prasangka dan pikiran gelisah.
Batu, 1882017
MERINDU CINTA ESENSIAL
Abad 21 lebih membutuhkan sentuhan kedalaman dan keindahan syair-syair Jalaludin Rumi ketimbang orasi para politisi yang kerap gegap gempita oleh drama. Jalaludin Rumi jauh lebih jujur daripada Donald Trump, jauh lebih esensial daripada akademisi pemburu literatur.
Fahiruddin Attar, saat bersua Rumi kecil, ia meramal bahwa kelak Jalaludin Rumi akan menjadi penanda tentang api cinta, tentang esensi cinta.
Dan, ramalan Attar terbukti, Rumi menjadi filsuf-penyair yang namanya mengembara di Timur dan di Barat. Ia menjadi pewarta tentang Islam yang memikat dan penuh gairah. Bahkan, karena kontribusi Rumi yang besar pada peradaban, UNESCO menahbiskan tahun 2007 sebagai The Jalaludin Rumi's Year, tahun Jalaludin Rumi.
Rumi adalah juru bicara terbaik peradaban manusia tentang cinta esensial. Mahakarya-nya Matsnawi-Maknawi, terus diulas dan dikaji.
Pun, ketika Donald Trump menampakkan sisi gelap manusia, banyak orang-orang negeri Paman Sam itu menengok kembali karya-karyanya. Islam yang dibenci Trump ternyata begitu indah dan menawan di tangan Jalaludin Rumi.
Andai Rumi masih hidup niscaya ia menemui Trump seraya berkata : "Tuan Trump, dalam dirimu aku melihat kemarau cinta yang panjang. Kau adalah api yang tidak hanya membakar orang-orang di sekitarmu, tapi juga membakar dirimu sendiri."
Haris El Mahdi
FB@ Haris El Mahdi
FILSAFAT
Filsafat adalah merupakan sebuah fenomena humanis, sebab masyarakat tidak ada yang tidak melakukan kegiatan filsafat di dalam kehidupan mereka. Maka humanisasi filsafat adalah hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusis tanpa memandang batasan-batasan teritorial agama.
Pemikiran filsafat tidak saja dimiliki masyarakat Yunani atau Eropah an-sich. Pemikiran filsafat ada juga di masyarakat Islam. Meski filsafat Islam muncul belakangan dari pada filsafat Yunani dan Eropah. Filsafat Islam kemudian mengundang kontroversi. Filsafat Islam seolah-olah adalah sebuah frasa yang saling bertolak belakang. Filsafat berarti pemikiran yang bebas tanpa dibatasi oleh pagar agama. Sementara Islam berarti berafiliasi, tunduk, taat, dan patuh pada agama Islam. Dari situlah banyak pertanyaan-pertanyaan: bagaimana mungkin terdapat sebuah filsafat rasional murni yang disebut filsafat Islam? Sedang makna filsafat Islam adalah filsafat yang dibatasi kerangka dan lingkup Islam.
Aristoteles tidak bisa melepaskan diri dari pelbagai pengaruh yang ada di sekitarnya. Dalam hal ketuhanan, dia terpengaruh dengan keyakinan rakyat Yunani yang ada kala itu. Melepaskan diri dari segala pengaruh adalah hal yang mustahil, tidak mungkin sama sekali. Dengan begitu filsafat Islam merupakan frasa yang tidak saling bertolak belakang. FILSAFAT ISLAM tidak menanggalkan pengaruh lingkungan dan Islam yang telah ada di dalam jiwa mereka. Mereka juga berusaha mengokohkan kaidah-kaidah agama dengan logika Islam serta berusaha menjadikan filsafat sejalan dengan agama. Mereka berusaha membuktikan kebenaran agama sekaligus filsafat. Oleh karena itu, Islam bukanlah penghalang bagi mereka untuk berpikir. Justru Islam membantu mereka untuk senantiasa berpikir.
Filsafat tidak bisa dipahami lepas dari sejarahnya. Filsafat muncul dan berkembang dalam historitas. Sejarah filsafat merupakan panggung kontestasi filsafat dan bisa menjadi makna substantif filsafat. Oleh karena itu, tidak cukup mengetahui filsafat dari filosof.
#Celotehsiang 992020
PUISI ADALAH OBAT
Pengalaman hidup, masa lalu, dan literasi tak bisa dipisahkan dalam penulisan atau pembuatan PUISI. Sejarah kehidupan sebagai elemen penting dalam penciptaan sebuah puisi yang ikut mewarnai dan membentuk fenomena dalam obyektifitas kehidupan. Karya sastra, terutama puisi adalah media pengobatan bagi manusia dalam artian bisa mengobati keresahan, kegelisahan melalui media pengungkapan lewat puisi agar jiwanya tidak resah dan gelisah lagi. Rasanya plong...
Memang dalam menggambarkan daya ungkapan tadi butuh proses dan instrumen literasi. Maka dari itu menulislah puisi, sebab puisi bisa menjadi obat dalam kondisi apapun juga.
#ngopisore
NILAI CERMIN
Marii sedikit berbagi soal kekuatan cermin yang bukan untuk BANGGA dengan diri sendiri saat berdiri di depan cermin. Apalagi CERMIN KEBENARAN NORMATIF KELANGITAN yang hanya verbalis.
Saya sempat menulis panjang soal ANTI MATERI (ANTI MATTER), bahasa sederhananya adalah – di balik materi kasat ada antinya – jadi tak kasat.
Dalam ilmu fisika dikenal juga sebagai The Mirror of Matter (bayang cermin materi) – namun kekuatannya bias ribuan bahkan jutaan kali dari materi itu sendiri. Posetron maeri bemuatan positif sedang anti materi negative, juga soal elektronya – untuk materi bermuatan positif dan antinya adalah negative. Lantas percepatan velositasnya disebut NANO. Nah untuk yang terakhir ini dunia sedang riuh beriklan PRODUCT dengan Nano Tevhnoly, itu baru iklan saja – sementara Nano Tech atau Techno Antimatter itu masih berada di KUBANGAN IMPIAN sains.
Dengan mengacak ion hydrogen saja dayanya mampu menghancurkan Nagasaki dan Hiroshima. Bom H atau Bom Atom.
Ujung bahasan ini, jika kita mampu mengolah data sejumlah CERMIN REAKSI HIDUP DAN KEHIDUPAN, siapa pun tak akan GAGAP DARI SEJUMLAH PERUBAHAN.
Salam
Catatan :
Roh adalah abstrak dalam artian tak dapat dilihat karena keberadaannya terletak di dalam tubuh atau di luar tubuh. Panca indera dan pengetahuan tak bisa menangkap dan mempelajari hakikat roh, kecuali cahaya hati yang terasah oleh CAHAYA CINTA. Hanya getaran roh yang dapat mengangkat kerohanian bisa menembus segala macam hijab. Itu pun tergantung kekusyukan dan kehendakNya.
Batu, 732018
ada apa dengan robotik yang mulai menggeser dominasi manusia?
apakah aku sadar di masa depan anak-anak akan lebih dewasa
melihat rindu dan cinta sebagai berita biasa?
apakah nilai luhur bukan lagi sebagai pesan kemanusiaannya?
atau karena hantu-hantu tekhnologi menghimpun ilmu dan kutukan untuk ditimpakan ke dalam kepala?
ah... entahlah! hanya hati yang bercahaya bisa membaca cuaca
Sekarputih, 2362019
DI GUNUNG BROMO
malam ini kabut bercerita tentang bagaimana rasanya kehilangan kekasih kalbu
saat embun es gunung Bromo menggenang di lamur matamu
gigil dan dingin saling mengasuh keheningan hatimu
ketika keterluntaaku bercerita tentang hikmah mengasah keterampilan langkahmu
langkah demi langkah di gurun pasir itu
berkisah mengenai kepasrahan demi kepasrahan rindu yang bertalu
hingga aku khusyuk menulis puisi-puisi laku
Sekarputih, 2562019
NYANYIAN CINTA
aku bicara tentang cinta
getaran nadanya mampu menggoyahkan jiwa
kumandangnya harum bagai bunga
membuka kidung jula juli perawan suci
siapa yang berani membuka pintu lagu kasih sayang ini
adalah rahasia-rahasia hati yang paling wangi
menyimpan bisikan sanubari paling berani memecah sunyi
sebuah sajak yang bernafas dalam benih hatiku
mengalirkan kasih sayang di tiap desir nadimu
tiap-tiap desah napas tersimpan rasa risau mendesau merasuk ke dalam sukmaku
betapa desir nyanyianmu yang fana itu
menjadi saksi bisu di ujung penglihatan batinku
yang memantulkan cahaya dari air mataku
dan disembunyikan oleh kesadaran cinta
ah.... meneguk rasa kasih sayangku dalam jubahmu
adalah gema jiwa tanpa kata
ketika nyanyian rindu dikumandangkan oleh kesunyian jiwa
mimpi dan bayanganmu melipat lagu rohani yang digubah oleh renungan cinta
getaran nadanya bagai rahasia debur ombak samudra
menyalipku pada gelombang air mata
sebagai perahu yang menyatukan cuaca dalam menangkap cinta
aku berusaha memecah sunyi
menuturkan bisikan sanubari
yang terungkap oleh hati
melagukan kidung suci
sebagaimana cinta memahkotai hati
menyanyikan melodi
meluluhkan diri
mengalir bagaikan kali
mereguk dahaga siang tadi
Batu, 1372018
Saat saya membuat toilet di belakang rumah, romo Daru Maheldaswara menginginkan saya menulis sajak toilet seperti di bawah ini.
SAJAK TOILET
sejak pertama kali membuat toilet itu
aku temukan cerita baru
menggemakan cinta demi anak istrinya
batu bata, pasir dan semen menjadi saksi bisu
bagi kuli yang menggali kehidupan tanpa malu
bau tanah dan peluh menjilati muka dan hatiku
ketika letih pulang ke pangkuan ibu
Sekarputih, 2062019
AKU
aku bunuh aksara ini
saat puisi lelaki menjual birahi dengan berani
2
aku bakar kata-kata itu
ketika lelaki puisi selalu menipu
3
aku tulis puisi ini
karena menyadari akan mati
Sekarputih, 2162019
BULAN
bulan mengangkang di atas kepala
merenda kenangan lama
sepi membaja
rebah di atas kuburan tua
bunga-bunga putih bercahaya menggemakan luka
saat bulan mewedar waktu
jalan berliku memetik kata-kata madu
pada tangan-tangan berdebu
kulihat bulan dan bintang manis
menyapamu
Sekarputih. 2062019
KUTULIS PUISI INI
kutulis puisi ini ketika membaca ambang sore di matamu
dan jarum-jarum hujan yang runcing itu
mencuci rambutmu yang blonde seperti beludru
sedang bunga-bunga dan pohon jambu di halaman itu
berkaca di jendela rumahku
sambil tersenyum menunggu waktu berbuka rindu
hati puisi mengembara mengetuk pintu-pintu cinta paling syahdu
Sekarputih, 1962019
Saat di hutan Pinus Coban Manten yang mampu melahirkan puisi.
DI ANTARA HUTAN PINUS
di hutan pinus, aku memetik kecapi
serasa kabut tipis merindukan wajahmu dalam gigil hati
menanti datangnya pagi
ketika siang bergerak mengitari sepi
rumbai-rumbai kabut menapaki ke segaran bumi
ibarat rona pipimu
hangat mentari sesungguhnya adalah cintaku sebelum matimu
ah...bulir-bulir embun yang merasuk ke dalam tubuhmu
seakan rembang petang yang mengambang merumuskan tekstur daun hatiku
di antara deretan pinus, kuikuti langkah getahmu
aku ingin belajar dan berguru pada gunung tua itu
yang menyimpan magma dan merawat kerinduannya pada ketulusan rindu
Batu, 2012018
Malam yang dingin dan padang bulan melahirkan puisi di bawah ini.
KUSUNTING BULAN DI ATAS KEPALA
kusunting bulan di atas kepala
penuh puisi bercahaya
sepi menjelma urat nadi membaca
ujung jari paling setia merenda malam penuh cinta
tanpa ragu
kesunyian kupeluk syahdu
menjumpai perpisahan memuji rindu
Batu.1362017
PENYAIR
Seorang penyair adalah penyimak dan penelaah yang jeli melihat keadaan sekelilingnya. Tugas penyair itu menyair, tidak perlu membela syairnya bila ada yang mengkritisi. Biarlah syair itu sendiri menemui pembacanya dan mencatat sejarahnya sendiri. Penyair itu berkarya menuangkan gagasan sepenuh hati. Semakin matang seorang penyair, makin kental dalam menuntaskan gejolak rasa yang menggumpal dan berkecamuk dalam benaknya. Termasuk tersentuh oleh indera dan jiwanya. Suasana puitis datang kapan saja, dimana saja. Tak perlu mencari di dalam kamar atau mencari kekhusyukan. Karena memang di sekelilingnya banyak hiruk-pikuk ide berseliweran. Tinggal bagaimana sang penyair menangkap ide itu melalui perenungan yang tentunya ditunjang oleh literasi yang bersangkutan. Sebab syair yang diciptakan seorang penyair akan memperlihatkan seberapa besar penyairnya bergulat dengan literasi akan menunjang kemantapan syair yang diciptakan.
SEPENINGGAL SENJA
sepeninggal senja
pelangi di matamu mewedar kesumba
kesiur angin membawa rindu pucuk cemara
menciptakan lagu sendu pada metamorfosa bulan purnama
pada daun berembun merdu
kutemukan peristiwa menyatu dalam warna hatimu
yang semadi menapaki sunyi kaligrafi kalbu
Sekarputih, 4022017
SAJAK MALAM
malam-malam begini
sepi menyihir hati
memanjang ke barat menyusuri misteri
menciptakan komposisi
memainkan gradasi hatiku yang paling sunyi
lagi-lagi suara merdu itu
mengantarku mengubah warna warni rumahku
hingga cahaya bulan menjadi purnama laku
di ruang sukmaku paling kelabu
Batu,322018
JOMBANG BERGOYANG
Jombang bergoyang
seperti penyanyi goyang dumang
Jombang bergoyang
bagai penyawer lupa pulang
lumbung kota dijadikan lambung kantong
tempat penyeberang melawan gelombang
hingga riak ombak menghempaskan perahu
menjadi ungkapan belitan pinggangmu
Batu, 622018
GERHANA BULAN
dari balik gerhana bulan, aku menduga rotasi bumi menggenangi hatiku
pantulan sinarnya memiliki siklus bermetamorfosa dengan malamku
mengiringi porosmu berputar pada revolusi jiwaku.
memainkan rotasi barat dan timur di antara taram dan terangku
memantulkan komposisi yang merdu
Batu,3012018
1
pada putaran matahari
kutemukan rotasi hati
bergetar di antara galaksi
2
membayangkan gugus bintang yang tak terbayang
kusandarkan cintaku yang tak terbilang
3
pada tata ruang bumi
katalis-katalisku mati
hingga rasa mengalami turbelensi
Batu, 2212018
#esai_rbk_win
ALAM ADA DALAM HATI DAN PIKIRAN
Alam di sekelilingku telah begitu banyak memberi masukan dan membuka pandangan tentang kehidupan dalam tubuhku terutama alam fikir dan alam hati. Ternyata semua itu adalah kerja sama antara alam dan kehidupanku yang pada intinya adalah sebagai hipotesis indera yang berpusat di hati.
Alam ternyata juga mampu melembutkan hati dalam mencapai pengetahuan supranatural. Sebab hati menghasilkan rasa yang mengalir mengarungi perjalanan filsafat seperti puisi-puisi ekologi menempuh perjalanan alam filsafat.
Batu, 1332018
MEMANDANG WAJAHMU
betapa keindahanmu tak bisa kupungkiri
wajahmu serasa halnya putik bunga matahari
selalu bergerak ditiup angin lupa jalan kembali
memandang wajahmu seakan melihat hatiku sendiri
sebab aku adalah daun-daun kering jatuh di tanah gundukan sunyi
menyaksikan debu menjadi saksi bisu catatan kaki
Batu, 1722018
MENGENALMU
suaramu digemakan angin dan udara
membuatku selalu termangu merasuki panca indera
sinar matamu memancarkan cahaya
membuat hatiku tak bisa berkata-kata
aku mendengar dan mengenal langkah-langkahmu
sehabis iqro lentur dan lisut ke dalam sunyiku paling syahdu
Batu, 2222018
DALAM TUBUHMU
setiap kupandang daun-daun runcing berserak dalam tubuhmu
pematang hatiku memetik hangat mentarimu
yang bergerak ke arah padang ilalang itu
sepanjang aku menjelajahi kemolekan tubuhmu dengan jiwa
kutemukan keajaiban-keajaiban doa
mengalirkan waktu dengan mesra
dalam tubuhmu, teritorial rindu membentuk kaligrafi
sebagai orkestra sunyi dalam ladang-ladang hati
hingga bunga padiku tak kuasa berpaling darimu yang paling hakiki
Batu,2712018
MEMBACA PUISI "SEBAGAI PENYAIR", KARYA: Eko Windarto
Oleh: Indra Intisa
Di era modern, puisi bisa saja menjelma menjadi cerita yang lebih luas layaknya prosa. Gaya penuturan yang naratif dan bahkan penggunaan larik-bait yang serupa kalimat-paragraf memang terkesan lumrah. Ritme yang lebar, luas dan diksinya terkesan lurus dan datar layaknya prosa. Keadaan ini mengingatkan kita pada pepatah, "Srigala berbulu domba". Ia adalah srigala tetapi menyamar seperti domba. Bisa-bisa saja kita tertipu jika tidak segera berhati-hati.
Bertukarperannya antara prosa ke puisi menjadi prosa liris, dan puisi ke prosa menjadi puisi prosais tentu membingungkan para pembaca awam. Karena hakikatnya kita (awam) melihat dua karya sastra ini dari sisi bentuk (perwajahan), padahal perlu jua disimak unsur lain yang membangun dan membedakan keduanya. Itu seperti keadaan sebuah motor merk Honda Vario kita permak dan diberikan tampilan dan polesan motor yamaha merk Mio Z. Sekalipun tampilannya sudah bergaya Mio Z, tetapi tetap saja kendaarn tersebut adalah Vario. Bukan Mio Z.
Penyair Eko Windarto pun tidak kalah niatnya untuk mengubah puisinya menjadi bergaya prosa. Bahkan cenderung ekstrim--benar-benar membuat kita geleng-geleng kepala sambil berkata, "Kau keterlaluan, Tuan." Barangkali Eko Windarto akan menjawab, "Kopi jika hanya di isi air tanpa gula tentu tidak nikmat. Makin nikmat jika diampur susu." Nanti kita pun akan berpikir, "Itu kopi susu atau susu kopi?" Ia hanya tertawa serupa pepatah, "Anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu". Mari kita simak puisinya:
SEBAGAI PENYAIR
sangatlah lucu dan culun bila saya sebagai penyair hanya bisa menulis puisi saja. Sebab penyair sekarang di hadapkan pada zaman globalisasi yang begitu cepat menggiring kita pada situasi tidak menentu dan kadang sulit disimpulkan.
Oleh sebab itu kita sebagai manusia biasa ataw penyair dituntut mencontoh keteladanan Nabi Muhamad SAW. Yang mana Nabi Muhamad SAW adalah seorang nabi yang makrifat, dan bisa mi'raj. Kita sebagai umat Nabi Muhamad SAW harusnya bisa makrifat dalam melihat sesuatu di sekeliling kita untuk diangkat menjadi sebuah tulisan. Semono ugo kita harusnya juga bisa mi'raj seperti Kanjeng Nabi Muhamad SAW. tinggal bagaimana kita bisa mengasah keilmuan untuk mencapai isro' sebelum sampai mencapai mi'raj dalam beribadah atawa menulis.
Maka dari itu penyair butuh ruang yang luas dan hati pikiran yang lebar, demi mempertanggung jawabkan sebagai mahkluk Allah. Ya, paling tidak bertanggung jawab pada diri sendiri.
Saya menulis seperti ini tak luput dari getaran hati nurani, hingga tak bisa kubendung air mata.
Itulah sekelumit narasi saya sebagai manusia biasa yang dipilih Allah menjadi seorang penyair yang masih butuh banyak belajar dari sampean semua. Khususnya belajar dari ketidak tahuan saya dalam laku sinetron duniawi ini.
Sekarputih. 27.7.2016
Puisi di atas ditulis dalam bentuk prosa yang sangat lebar. Serupa argumen, curhatan dalam bentuk nasihat, dst. (boleh ditimpuk dengan pelbagai macam argumen). Puisinya ditulis meminjam ide tuturan dan gaya pembukaan UUD 1945. Dan ketika mengingat isinya, tentu kita membayangkan tentang niat dan cita-cita bangsa. Kekuatan isinya menjadikan aku lirik untuk mengadopsi dan memasukkan nasihat baik-baik bagi penyair dalam menulis puisi. Hakikatnya puisi tidak ditulis begitu saja tanpa pertanggungjawaban. Ia punya jalan dan hidup sekalipun penyairnya telah mati. Keadaan itu tentu mengingatkan kita pada puisi Chairil Anwar, "Aku mau hidup seribu tahun lagi."
Pembukaan UUD yang diadopsi pada puisinya tentu bermaksud sebagai himbauan terhadap penyair sebelum masuk lebih jauh dalam puisi yang ditulis. Sebab, jika puisi telah ditulis dan hidup di hati banyak orang, bagaimana cara kita mempertanggungjawabkannya? Allah Swt., berfirman:
"Penyair-penyair itu di ikuti oleh orang-orang sesat. Tidakkah kamu melihat bahwasanya mereka mengembara di tiap –tiap lembah. Dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mampu mengerjakannya ,kecuali orang-orang beriman dan beramal soleh dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman,Dan kelak orang yang zalim itu akan mengetahui ketempat mana mereka kembali. " (Surat Assuara’a Ayat 224-227)
Semoga kita bisa menjadikan puisi kita sebagai ladang ibadah. Bukan sebagai ladang dosa yang akan membakar kita nantinya di neraka. Amin.
Pulau Punjung, 18 Maret 2017
***
Indra Intisa, Penikmat dan Pemerhati Puisi.
Cc Eko Windarto
BUKA LAPAK PUISI
Oleh: Eko Windarto
Sejak kubuka lapak puisi pembeli maupun pengunjung (penikmat) sastra kurang mampu membeli dalam artian sepi dari penikmat puisi, apa lagi mengapresiasi.
Namun demikian lapak puisiku tetap buka tiap hari meski sepi pembeli.
Dari sepi pembeli itulah aku belajar keihklasan dan kesabaran.
Melalui puisi tali temali peradaban bergayung sambut terus menerus, baik kontroversi akan pandangan-pandangan maupun kepiawaian memproduksi abtraksi ide dalam bentuk puisi yang menggoda.
Melalui kontestasi puisi sebagai seni tulis di mana bahasa di gunakan untuk kualitas estetika sebagai tambahan selain arti semantiknya.
Puisi dilahirkan dari pemikiran sang penyair yang bisa jadi kaki tangan penguasa, kadang juga dijadikan media untuk melawan rezim.
Puisi bukan saja sebagai perwujudan imajinasi manusia, tapi juga sumber kreativitas selain merupakan curahan hati seseorang yang membawa orang lain masuk ke dalam keadaan hatinya.
Sang penyair juga biasa membawa metafisika hatinya melayang entah ke ifrit atawa ke absolut.
Inpirasi Sang Penyair bisa datang tiba tiba (seketika) tanpa menunggu jarak , ruang dan waktu. Inpirasi itu sendiri bukan suatu kebetulan semata tapi suatu pergulatan historis penyair itu sendiri
Perasaan dalam puisi adalah pendalaman pemikiran sang penyair yang dituangkan melalui perasaan sombong, sedih, terasing atau dalam kesulitan. Yang kadang bagi orang lain sulit untuk menggambarkan sesuatu yang tidak terserap oleh penginderaan.
Imajinasi-imajinasi penyair butuh perhelatan dan pergulatan dengan literasi-literasi yang termaktup dalam pikiran-pikiran dan jiwa penyair secara terus menerus. Jadi tidak sekedar berimajinasi tanpa pengetahuan yang cukup memadai.
Nilai-nilai dalam puisi itu sendiri adalah kebebasan yang tidak terbebaskan dari kungkungan keajaiban-keajaiban jiwa sang penyair dalam mengolah bahasa isi yang tentu itu semua tidak diperoleh secara gratis
#celotehhariini
MEMAHAMI REALITAS ALAM
Cara-cara dalam memahami realitas atau alam adalah upaya mendeskripsikan asal-usul alam semesta dalam istilah-istilah mistis.Akal menjadi intrumen otoritatif pemahaman manusia dalam menjawab persoalan-persoalan hubungannya dengan alam dan dunia sekitarnya. Mereka meyakini dalam diri manusia terdapat kebenaran, yang didorong termanifes keluar melalui proses dialektik, sampai hakikat kebenaran bisa dimengerti.
Kebenaran rasional yang dipandang tidak bisa dipegangi mendorong para filosof menggunakan akal sebagai alat pendukung dan justifikasi atas kebenaran dogmatisme religius yang telah ditetapkan oleh para otoritas religius. Berfilsafat pada era ini adalah berteologi. Kritik terhadap dogmatisme religius merupakan kesalahan. Kritik akal terhadap teologi tidak harus dimengerti menentang kebenaran religius, melainkan bisa dimengerti sebagai pelurusan kesalah pemahaman religius. Ini merupakan kenyataan sejarah yang tak bisa diingkari pada sejarah filsafat.
Filsafat tidak bisa dipahami lepas dari sejarahnya. Filsafat muncul dan berkembang dalam historitas. Sejarah filsafat merupakan panggung kontestasi filsafat dan bisa menjadi makna substantif filsafat. Oleh karena itu, tidak cukup mengetahui filsafat dari filosof. Karena itu, cara untuk mengerti filsafat adalah dengan cara memahami dinamika maknanya.
DI PEMATANG
di pematang, hijau daun tak habis kupandang
rembang petang menyapa pucuk pucuk daun jagung
daun daunnya memanjang menjulur sampai gunung
ketika kabut menampar jiwaku
embun melekat pada daun rindu
senja pun saling menyapa luka laku
dalam kicau burung terkuku
sebelum dingin menusuk kalbu
kurenda warna jingga dengan doa yang menderu
Sekarputih, 2322017
SAJAK PERSONAL EKO WINDARTO DALAM "NYANYIAN CINTA"
Oleh: Cunong Nunuk Suraja
Seperti buku Sapardi Djoko Damono 'Bilang Begini Maksudnya Begitu' beda berita dan puisi itu pada tampilan penulisan yang normalnya puisi tidak beralinea tapi berbait. Puisi berkekuatan musik bunyi sehingga sering dinyanyikan maka secara harafiah fesbukiyah judul sajak ini sudah menyaran dan resmi sebagai puisi bunyi maupun nyanyi.
Pada bait pertama terasa penyair jadi dalang yang melantunkan pengkisahan menjadikan sajak ini membalada yang bercerita tentang tokoh aku :
aku bicara tentang cinta
getaran nadanya mampu menggoyahkan jiwa
kumandangnya harum bagai bunga
membuka kidung jula juli perawan suci
siapa yang berani membuka pintu lagu kasih sayang ini
adalah rahasia-rahasia hati yang paling wangi
menyimpan bisikan sanubari paling berani memecah sunyi
Seandainya ada catatan kaki untuk menambah informasi tentang bait pertama puisi balada ini dapat beralih rupa jadi puisi esai. Puisi yang terlahir dari penelitian ilmiah dengan penampilan berbait, bukan beralinea. Puisi dengan minimal 2000 kata dengan minimal sepuluh catatan kaki akan bernilai tukar minimal lima juta. Jika untung dapat ikut kontes puisi esai Asean berhadiah seratus juta.
Pada bait kedua sajak menjadi sosok berjiwa dan membuhulkan cinta model Cinderella. Sjmak bait kedua berikut.
sebuah sajak yang bernafas dalam benih hatiku
mengalirkan kasih sayang di tiap desir nadimu
tiap-tiap desah napas tersimpan rasa risau mendesau merasuk ke dalam sukmaku
betapa desir nyanyianmu yang fana itu
menjadi saksi bisu di ujung penglihatan batinku
yang memantulkan cahaya dari air mataku
dan disembunyikan oleh kesadaran cinta
Rahasia cinta memang pelik dan membuahkan kisah beraneka rasa seperti juga kisah Pangeran Kodok yang ciumannya membuyarkan kekuatan jahat sihir.
Haris El-mahdi
MENAFSIR RENDRA, MEMELUK PUISI
(Catatan Jagongan Gusdurian Batu, satu dekade WS Rendra)
Tidak semua orang bisa menjadi penyair tapi semua orang adalah puisi.
"Di Bengkel Teater" , demikian kenang Herman Aga, "Rendra tidak terobsesi untuk mencetak Rendra-Rendra baru, tetapi Rendra mendampingi murid-muridnya untuk menemukan otensitas diri-sendiri" Rendra mendidik murid-muridnya agar "tahu-diri" sekaligus "sadar-diri" sebagai manusia dengan segala masalah yang dihadapinya. Puisi, bagi Rendra, bukan tentang bahasa yang diindah-indahkan tetapi sebuah proses pendalaman pikir dan bathin merespon realitas sosial.
Herman Aga menuturkan bahwa puisi-puisi Rendra adalah sebuah kesaksian tentang ketidak-adilan, kemiskinan dan segala ketimpangan. Puisi itu lahir tidak dari ruang hampa sosial, di atas meja dalam kamar yang sunyi, atau di atas ranjang yang empuk. Puisi Rendra adalah hasil sebuah riset partisipatoris, yang mana, Rendra tidak hanya mengamati dari luar, tapi juga sekaligus hadir terlibat dalam peristiwa yang menjadi subyek dari puisi-puisinya. Rendra, dapatlah dikatakan sebagai seorang etnografer, yang menarasikan hasil pengamatan-terlibatnya dalam bentuk puisi. Rendra bukan hanya penulis kata,-kata tetapi dia juga sekaligus pelaksana.kata-kata. "Dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata" demikian seru Rendra dalam Sajak berjudul Paman Doblang.
Proses kreatif seperti itulah yang menjadikan puisi-puisi Rendra menjadi otentik, meruang-mewaktu, melintasi generasi, sebuah karya yang jujur., bukan karya untuk terkenal dan demi kepentingan politik tertentu. Dan, di sinilah esensi sebuah karya puisi, yakni menjadi saksi atas realitas sosial. Kerja sebagai seorang sastrawan identik dengan kerja seorang intelektual.
Oleh karena itu, puisi menjadi penting karena ia merupakan mindset dalam berkebudayaan. Puisi adalah produk kebudayaan sekaligus pencipta kebudayaan. Hal ini disetujui oleh Syamsoe Soeid, pemantik jagongan kedua. Syamsoe mencandra bahwa puisi menjadi bermartabat jika lahir dari pelembagaan tradisi yang juga bermartabat. Puisi semacam alat pemandu manusia untuk tetap menjaga kefithrahan atau kembali fithrah.
Jagongan Gusdurian kemudian mengalir dengan mengkritisi konteks kekinian dan kedisinian. Bahwa, akhir-akhir ini banyak orang yang terampil berbahasa dan mengindah-indahkan bahasa, kemudian di-posting di media sosial, yang mendadak ia mengklaim sebagai sastrawan. Tentu saja, klaim "sastrawan" itu sangatlah absurd, nihil otensitas. Ia mengklaim mencipta "puisi" (sengaja dengan tanda petik) tetapi tidak mempunyai kerja-kerja kebudayaan sebagai bukti dan bakti atas kata-kata indah yang ia cipta. Para penyair medsos itu boleh jadi terkenal dan viral tetapi karyanya tiada sanggup menjadi pembasuh jiwa dan pikiran, tiada abadi, hanya menjadi buih ombak dalam hamparan samudera, gaduh-riuh dan hilang.
Lebih lanjut, ketika malam semakin larut, jagongan Gusdurian Batu menghangat dengan percakapan tentang pembumian puisi dan tradisi berpuisi di Kota Batu. Batu, dengan keindahan alam yang dimilikinya dan keguyuban manusianya, mempunyai potensi menjadi "waduk inspirasi" berpuisi. Peserta jagongan sepakat bahwa perlu proses kreatif membumikan puisi, terutama pada kalangan anak-anak muda. Hal ini penting agar anak-anak muda tidak mengalami krisis kosakata dan krisis bahasa. Membumikan puisi senafas dengan menciptakan atmosfer kebudayaan yang mendorong anak-anak muda mencintai puisi. Pun, proses kreatif membumikan puisi ini dapat dilakukan dengan mengoptimalkan segala potensi kreatif, misalnya, melalui fotografi, videografi, kaos, film, Videotron, dan yang sejenisnya.
Jagongan pun ditutup dengan foto bareng sekaligus sebuah spirit menumbuhkan kembali tradisi berpuisi di Kota Batu.
Haris El Mahdi
FB@Haris El Mahdi
Mengenang Dr. Dra. Margaretha Sri Widaningsih saat dialog bersama almarhum tentang PSIKOLOGI SASTRA dan 2 PUISI di bawah ini yang telah diesaikan, dan sudah jadi, tapi belum sempat di-posting. Semoga beliau ditempatkan di sisi-Nya. Amin.
DUHAI ANUGERAH CINTA DI BULAN MARET
Di antara bunga di jambangan biru
Dendang kesunyian beraroma wangi ibu
Sesungguhnya setangkup anugerah bagi lelaki itu
Usia yang susut menjinjing waktu
Kusentuh di ujung malam ulang tahunmu
Tiupan lilin-lilin terasa aneh menggulung waktu
Tanpa tabir masa lalu
Oh...ruang tamu perjamuan waktu
Upacara menjemput rasa cintamu
Ketika almanak memungut kenangan dan menghitung penyesalan saling bertemu
Duhai anugerah cinta di bulan Maret merapatlah dalam binarku
Akan kupetik ranum cahaya jiwamu yang memuja jejak rindu
Sebelum pertemuan gerimis lurus di sela rambutmu melepas suara batinku
Oh ibu, pada bulan Maret ini, di piring makan malam, ada aroma nasi goreng dengan dadar telur mata sapi
Juga secangkir kopi seperti senyum manis sisa mimpi
Apakah tanganmu yang mengolah puisi di bejana ini?
Diksi itu bawang putih, bawang merah dan cabe merah pecah dari rasa hati
Selesai melahap apa yang tersajikan
Kulit pisang kau buangkan
Keinginan dan jantung malam memperpanjang kehidupan
Sebelum hening melelapkan impian
Bali, 432020
ANTARA AGAMA DAN BUDAYA
Antara agama dan budaya harus jelas perbedaan dan persamaannya demi melahirkan pemahaman agama dan budaya secara sempurna. Oleh sebab itu budaya yang dianggap atribut agama sering kali menjadi kriteria orang yang belum sepenuhnya memahami agama secara sempurna dan utuh. Padahal agama sangat jarang berbenturan dengan budaya, sedang budaya yang disakralkan atau agama sangat sensitif dengan budaya lain.
Padahal jelas sekali bahwa agama bersumber dari Allah, sedang budaya bersumber dari manusia. Maka dari itu agama bukan bagian dari budaya, dan budaya pun bukan bagian dari agama. Bukan berarti bahwa keduanya terpisah sama sekali, melainkan saling berhubungan erat satu sama lain. Melalui ajaran-ajaran Allah yang disebut agama itu, mewarnai corak budaya yang dihasilkan oleh manusia yang memeluknya. Maka, masalah yang demikian itu menjadi sangat perlu menguatkan kembali pemahaman agama dan budaya biar tak saling berbenturan. Itu salah satu bentuk untuk saling menghargai perbedaan.
Agama bukan hanya sekedar mengurus halal dan haram, dosa dan pahala, surga dan neraka saja, melainkan mampu mengimbangi peradaban dan budaya dalam kehidupan manusia. Tujuan lahirnya budaya dan agama sangat jelas, yaitu, kemanusiaan dan kehalusan budi pekerti.
Di tengah masyarakat, kita bisa melihat bentuk-bentuk praktek keberagaman sebagian orang tidak terlalu jelas apakah ini merupakan bagian dari agama atau budaya, yaitu, kita ambil contoh tradisi tahlilan. Tidak sedikit di kalangan umat Islam yang beranggapan bahwa tahlilan adalah kewajiban agama yang harus mereka selenggarakan meskipun untuk itu harus berhutang. Mereka (terutama masyarakat desa) merasa berdosa atau bersalah kalau tidak mengadakan tahlilan ketika ada anggota keluarga yang meninggal dunia. Padahal yang diperintahkan agama berkaitan dengan kematian adalah: memandikan, mengkafani, menyalatkan, mengantar ke makam, memakamkan, dan berdoa. Sangat simpel dan hampir tidak memerlukan biaya banyak. Ini berarti bahwa upacara tahlilan pada dasarnya adalah tradisi, bagian dari budaya bangsa, yang mungkin telah ada sebelum datangnya Islam, yaitu kumpul-kumpul di rumah duka, yang kemudian diislamkan atau sebagai corak islam. Yang perlu dipahami dan dilakukan dalam hal ini adalah membenahi pemahaman dan penyikapan umat terhadap praktek-praktek keberagaman seperti itu secara proporsional.
Batu, 25122018
KONSEP WUJUD
Wujud mutlak yang tercerap secara intuitif dalam pengalaman luar biasa itu menyingkapkan diri dalam derajat dan tingkat yang tidak terbatas. Semua derajat dan tingkat Wujud ini diklarifikasikan menjadi lima bagian utama yang telah dikemukakan dalam "lima medan Wujud". Ibn 'Arabi sendiri mengistilahkan tiap medan Wujud ini dengan hadhrah atau kehadiran. Setiap hadhrah adalah dimensi ontologis khas di mana Wujud mutlak memanifestasikan diri. Dan Wujud mutlak dalam seluruh bentuk manifestasi-diri-Nya itu dirujuk dengan istilah Al-Haqq.
Medan pertama dari kelima medan Wujud ini, yang akan menjadi topik kita selanjutnya, adalah Realitas dalam kemutlakan utama dan primodial-Nya atau Wujud mutlak itu sendiri. Itulah Sang Mutlak sebelum Dia memanifestasikan diri, yakni Sang Mutlak dalam keadaan belum sesedikit apa pun memanifestasikan diri. Empat tahap lainnya adalah bentuk-bentuk esensial di mana Sang Mutlak "turun" dari kemutlakan-Nya dan memanifestasikan diri-Nya di tingkat-tingkat yang bagi kita tampak lebih nyata dan konkret. Aktivitas pemanifestasian-diri Sang Mutlak ini disebut Ibn 'Arabi sebagai tajjali, sebuah kata yang secara harfiah bermakna " menguak sesuatu yang tersembunyi di balik tirai atau hijab".
WAJAH GEOPOLITIK DUNIA PASCACORONA
Dekade 1990 an, tembok Berlin telah runtuh di makan usia " Timur dan Barat", era kesengsaraan menghadirkan kemiskinan telah berakhir, menuju dunia techne, seperti ramalan ahli futurologi. Nasionalisme dan sistem kepercayaan menjadi pertentangan yang semakin tajam, terutama setelah kemenangan Donald Trump sebagai presiden AS.
Ramalan adanya suasana ketergantungan komersial dan teknologi menujum pada surga virtual melalui penyebaran pasar dan teknologi global _berteriak lantang kalau sesuatu akan terjadi dan berbeda dengan sebelumnya.
Dari Indonesia sampai Wasington DC, kepercayaan umat diasosiasikan dengan geopolitik kawasan tertentu bukan semangat nasionalisme yang dianggap usang dan tidak sesuai dengan iman.
Seperti yang terjadi saat ini yaitu bahwa pandemi covid 19 telah memporak-porandakan seluruh dunia. Tak bisa dipungkiri lagi, pandemi ini melukai dan menghantui ekonomi global dalam jangka waktu cukup panjang. Juga tidak menutup kemungkinan dunia akan resesi dan mengalami downtur yang lebih dalam.
Mungkin Francis Fukuyama dan Samuel Hungtinton benar dalam karyanya monumental masing masing The End Of History and the Last Man dan The Clash Of Civilizations and the Remaking of World Order, menghadirkan paradigma menerjemahkan sumber-sumber konflik pasca perang dunia. Atau mungkin pascacorona bisa memperkuat nilai kemanusiaan dan kebersamaan dalam memperbaiki kesalahan-kesalahan atau kemungkinan-kemungkinan untuk saling mensupport dalam membangun perekonomian global. Semoga dunia kapitalis menyadari atas keserakahannya selama ini.
Pandangan Fukuyama menyebut demokrasi liberal menjadi pertanda berakhirnya evolusi ideologis manusia dan bentuk akhir pemerintahan : membentuk apa yang disebut nya sebagai akhir sejarah. Hutington memandang konflik pasca Perang Dingin tidak berasal dari perbedaan ideologi, politik, maupun ekonomi, tetapi sesuatu yang lebih mendasar yang ada di dalam masyarakat, yaitu kebudayaan.
Bali, 1842020
GERAK DARI SANG PENGGERAK
Ketika merenung, tidak semua pengalaman terungkap semua, ia sudah tereduksi sedemikian rupa sehingga berujud pokok-pokoknya saja. Kalau kita seniman maka jadilah semacam karya, baik dalam bentuk puisi, tari, nada, mau pun lukisan-lukisan yang indah, itu saja? Jawabnya bisa ya bisa tidak. Kalau ditarik garis horisontal, hasilnya dekat dengan dunia nyata, kalau ditarik garis vertikal hasilnya berujud karya-karya trasendental, dekat dengan dunia kerohanian.
Kalau kita sedang merenungkan pengalaman masa lampau bisa pula merupakan suatu usaha pencarian diri. Usaha untuk mencapai kesadaran yang lebih mendalam, kemudian bisa diungkapkan secara lebih utuh dari penguasaan diri dan kepasrahan total, dan menyusuri kehidupan yang penuh teka-teki, serta menuruti gerak dari SANG PENGGERAK yang tak pernah digerakan oleh siapapun.
Ketika berupaya mencari pengalaman batin, pengembaraanku sampailah pada kitab Allah yaitu Al Qur'an yang mana ayat-ayatnya adalah karya terindah yang tak tertandingi bagai karya-karya sastra yang tak bosan-bosannya kunikmati untuk digali makna barunya. Keindahan syair-Nya mampu menembus keterbatasan waktu dan ruang. Menakjubkan!
RENUNGAN BAGI KITA SEMUA DARI SEORANG Prof. DR. BJ. HABIBIE. SEMOGA BERMANFAAT
"REALITA Prof. DR. BJ. HABIBIE"
Ternyata kembali ke nol, tidak ada yang dapat dibanggakan, dulu bangga dengan jabatan. Apa itu Nakhoda, apa itu KKM, apa itu Direktur, apa itu Bos perusahaan besar. Busyet semua ...
Ungkapan hati BJ. Habibie soal akhirat yang bikin merinding.
8 Jan 2019.
NONSTOPNEWS.Id.Com
Pidato BJ Habibie viral. Mantan Presiden RI ini menuliskan tentang kisah hidupnya.
SAAT KEMATIAN ITU KIAN DEKAT.
"KALAULAH SEMPAT."
.(Renungan untuk kita semua)
By: BJ Habibie.
Ketika berpidato di Kairo, beliau berpesan, "Saya diberikan kenikmatan oleh Allah ilmu technologi sehingga saya bisa membuat pesawat terbang, tapi sekarang saya tahu bahwa ilmu agama itu lebih bermanfaat untuk umat. Kalau saya di suruh memilih antara keduanya maka saya akan memilih ilmu agama." Ujarnya.
Sepi penghuni. Istri sudah meninggal. Tangan menggigil karena lemah, penyakit menggerogoti sejak lama.
Duduk tak enak, berjalanpun tak nyaman. Untunglah seorang kerabat jauh mau tinggal bersama menemani beserta seorang pembantu.
Tiga anak semuanya sukses, berpendidikan tinggi sampai ke luar negeri.
Ada yang sekarang berkarir di luar negeri.
Ada yang bekerja di perusahaan asing dengan posisi tinggi.
Dan ada pula yang jadi pengusaha.
Soal ekonomi, saya angkat dua jempol, semuanya kaya raya.
Namun, saat tua seperti ini, dia "merasa hampa," ada pilu mendesak di sudut hatinya.
Tidur tak nyaman, dia berjalan memandangi foto-foto masa lalunya ketika masih perkasa dan enegik yang penuh kenangan.
Di rumah yang besar dia merasa kesepian, tiada suara anak dan cucu, hanya detak jam dinding yang berbunyi teratur.
Punggungnya terasa sakit, sesekali air liurnya keluar dari mulutnya.
Dari sudut mata ada air yang menetes, rindu dikunjungi anak-anaknya.
Tapi semua anaknya sibuk dan tinggal jauh di kota atau negara lain.
Ingin pergi ke tempat ibadah namun badan tak mampu berjalan.
"Sudah terlanjur melemah."
Begitu lama waktu ini bergerak, tatapannya hampa, jiwanya kosong, hanya gelisah yang menyeruak sepanjang waktu.
Laki-laki renta itu, barangkali adalah saya atau barangkali adalah anda yang membaca tulisan ini suatu saat nanti.
Hanya menunggu sesuatu yang tak pasti, yang pasti hanyalah, "KEMATIAN."
Rumah besar tak mampu lagi menyenangkan hatinya.
Anak sukses tak mampu lagi menyejukkan rumah mewahnya yang ber-AC.
Cucu-cucu yang hanya seperti orang asing bila datang.
Asset-asset produktif yang terus menghasilkan, entah untuk siapa?
Kira-kira jika malaikat datang menjemput, akan seperti apakah kematiannya nanti.
Siapa yang akan memandikan ?
Di mana akan dikuburkan?
Sempatkah anak kesayangan dan menjadi kebanggaannya datang mengurus jenazah dan menguburkan?
Apa amal yang akan di bawa ke akhirat nanti?
Rumah akan di tinggal, asset juga akan di tinggal pula.
Anak-anak entah apakah akan ingat berdoa untuk kita atau tidak?
Sedang ibadah mereka sendiri saja belum tentu di kerjakan!
Apa lagi jika anak tak sempat di didik sesuai tuntunan agama! Ilmu agama hanya sebagai sisipan saja.
"Kalaulah sempat," menyumbang yang cukup berarti di tempat ibadah. Rumah yatim, Panti Asuhan atau ke tempat-tempat di jalan Allah yang lainnya.
"Kalaulah sempat," dahulu membeli sayur dan melebihkan uang pada nenek tua yang selalu datang.
"Kalaulah sempat," memberikan sandal untuk disumbangkan ke tempat ibadah agar di pakai oleh orang yang memerlukan.
"Kalaulah sempat," membelikan buah buat tetangga, kenalan, kerabat, dan handai taulan.
"Kalaulah kita tidak kikir kepada sesama, mungkin itu semua akan menjadi, amal penolong."
"Kalaulah dahulu anak disiapkan menjadi orang yang shaleh, dan ilmu agama, lebih di utamakan.
Ibadah sedekahnya di bimbing/di ajarkan dan di perhatikan, maka mungkin senantiasa akan terbangun malam, meneteskan airmata, mendoakan orang tuanya.
"Kalaulah sempat," membagi ilmu dengan ikhlas pada orang sehingga bermanfaat bagi sesama.
ILMU PENGETAHUAN
Salah satu tujuan ilmu pengetahuan adalah menegak¬kan amar ma’ruf nahy munkar. Ilmu yang tak berdiri atas kebaikan dan memerangi kemungkaran adalah ilmu yang hampa.
Rasulullah saw pernah bersabda, ”Ketahuilah, bahwa ilmu adalah cahaya (nur).” Sifat cahaya yang paling utama adalah memberi penerang. Mengusir kegelapan juga menjadi salah satu tujuan munculnya cahaya. Petunjuk arah juga peran yang tak kalah penting dari cahaya. Maka, ilmu yang benar akan menjadi cahaya yang mengusir kegelapan, sekaligus menunjukkan arah kebaikan.
Posisi ilmu sebagai cahaya adalah posisi mulia dalam kehidupan manusia. Ilmu begitu mulia, bahkan karena kemuliaan ilmu, Allah memerintahkan nabinya untuk berdoa agar Rabbul Izzati berkenan memberi ilmu sebagai rezeki. ”Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: ’Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan,” (QS Thahaa: 114).
Maka, sebuah konsekuensi yang sangat logis ketika kita mempelajari sesuatu yang mulia maka kemuliaan yang sama dengan sendirinya akan menjadi milik kita. Allah memuliakan dan meninggikan derajat manusia yang memiliki ilmu. ” Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: ”Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: ”Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan,” (QS al Mujadilah: 11).
Sesungguhnya, seluruh penciptaan ini tidak memiliki tujuan lain kecuali penghambaan. ”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menghamba kepada-Ku,” (QS Adz Dzaariyaat: 56) Karena itupula, setiap ilmu pengetahuan yang kita pelajari tidak lain harus dibangun dengan satu tujuan, agar proses pengabdian kita kepada Allah SWT lebih baik dan semakin sempurna.
Karena itu pula Rasulullah pernah bersabda tentang ilmu yang paling baik untuk manusia. ”Barangsiapa yang dikehendaki Allah menerima kebaikan, maka Dia akan memberinya kemampuan untuk memahami ilmu agama,” sabda Rasulullah dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari, Muslim dan Tirmidzi.
Ilmu yang baik akan bermanfaat, dan manfaat yang paling besar dalam kehidupan ini adalah menegakkan amar ma’ruf nahy munkar.
Amar ma’ruf nahy munkar adalah tugas besar yang tak mengenal kata usai dalam agama mulia ini. Tugas besar ini terdiri dari dua komponen besar pula, ilmu dan amal. Ilmu yang berlimpah, menggunung dan menganak sungai tidak akan bermanfaat sedikitpun tanpa amal yang berkesinambungan.
”Apakah dengan mengangkat 200 kati minuman keras akan membuatmu mabuk?” demikian seorang pernah bertanya. Mengangkat 200 kati minuman keras tak akan pernah membuat kita mabuk, tapi dengan meminumnya kita akan mabuk dan hilang kesadaran.
Memiliki ilmu yang tinggi, luas dan dalam tidak akan mampu menghentikan kemaksiatan jika sang pemilik ilmu tak mengamalkan setiap pengetahuan yang dimilikinya. Memiliki ilmu dan melakukan amal, merekalah orang-orang yang memiliki kemuliaan dan keberuntungan. ” Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung,” (QS ali Imran: 104).
Ilmu menjadi cahaya karena ada orang-orang yang menyalakannya. Cahaya menjadi penerang karena ada kaum yang bergerak memberikan penerangan. Penerangan menjadi arah atau petunjuk jalan, karena ada mereka yang mengabdikan diri di jalan Allah untuk menyelamatkan manusia.
Predikat shalih tidak terdiri hanya dari komponen iman pada Allah dan hari akhir saja. ”Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana,”
(QS at Taubah: 71).
Kita tidak akan mendapatkan sebutan beriman sampai kita menjadi penolong dan pelindung bagi orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan. Kita juga tak akan mampu mencapai predikat beriman tanpa menegakkan amar ma’ruf nahy munkar. Taat, shalat dan zakat tak cukup membuat kita berdiri dengan gagah di depan Allah SWT di hari kiamat.
Akan dimuliakan orang-orang yang memiliki dan memuliakan ilmu. Akan dimuliakan orang-orang yang memiliki dan mengamalkan ilmu. Diangkat tinggi derajatnya di muka bumi. Disanjung harum namanya oleh penduduk langit. Bahkan para penuntut ilmu diberi perlindungan khusus oleh malaikat yang membentangkan sayapnya untuk menaungi. ”Sesungguhnya para malaikat membentangkan sayapnya karena ridha pada para pencari ilmu.,” (HR Abu Daud & Tirmidzi).
Bahkan dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah pernah bersabda, ”Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, niscaya Allah akan memberikan kemudahan jalan baginya untuk menuju surga.”
Tapi lagi-lagi, harus terpatri di dalam hati bahwa ilmu tak akan banyak membantu kecuali dia keluar dari pintu. Artinya, ilmu harus berkelana dan mengejawantah dalam kehidupan manusia.
Ilmu akan berkembang melalui dua cara. Pertama, dengan mengajarkannya. Kedua, dengan mengamalkannya. Dengan mengajarkan, kita melahirkan generasi baru yang berilmu. Dengan mengamalkan, kita mengajak membangun generasi baru pada kondisi yang lebih baik dan penuh kemuliaan.
Para ulama salaf pernah berkata, ”Dahulu kami menghafalkan ilmu dengan cara mengamalkannya.”
Jika kita mengurai kata ilmu dalam bahasa Arab, maka tulisannya terdiri dari tiga huruf saja: ain, lam dan mim. Dari tiga huruf inilah lahir komponen besar dalam peradaban manusia. Barangnya bernama ilmu, orangnya bernama alim dan perilakunya bernama amal. Ketiganya tak bisa dipisahkan. Ilmu tanpa amal, sering disebut pincang. Amal tanpa ilmu, kita memberinya panggilan buta. Ilmu dan amal bisa menjadi gerakan ketika ada seorang alim yang melaksanakan.
Bangunlah para pemilik ilmu, nyalakan cahaya, saat ini umat sangat membutuhkan. Lakukan sesuatu, perbaiki keadaan, dan berikan petunjuk arah agar peradaban manusia tak semakin hancur berantakan. Semoga Allah menolong kita.
#cermindiri
MALAM SERIBU BULAN
Bahasa Arab: لَيْلَةِ الْقَدْرِ ) (malam ketetapan) adalah satu malam penting yang terjadi pada bulan Ramadan, yang dalam Al Qur’an digambarkan sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan, Bila seorang muslim mengerjakan kebaikan-kebaikan di malam lailatul Qodar, maka nilainya lebih baik dari mengerjakan kebaikan selama seribu bulan atau sekitar 83 – 84 tahun.
Dikisahkan dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW bercerita kepada para sahabat mengenai seorang Bani Israil yang sangat saleh. Dikisahkan bahwa Bani Israil tersebut telah menghabiskan waktunya selama 1.000 bulan untuk berjihad fi sabilillah di jalan Allah. Saat mendengar cerita dari Sang Baginda Rasulullah kemudian para sahabat pun merasa iri karena mereka tak akan pernah bisa memiliki kesempatan untuk beribadah dalam kurun waktu selama itu. Hal tersebut dikarenakan umur umat Nabi Muhammad jauh lebih pendek dibandingkan dengan umat-umat sebelumnya. Dalam riwayat yang lain pernah dikisahkan bahwa Rasulullah pernah merenungi hal itu. Nabi Muhammad SAW pun bersedih hati karena sangatlah mustahil jika umatnya dapat menandingi amal ibadah dari umat-umat terdahulu yang bisa mencapai ratusan bahkan ribuan tahun.
Kemudian hadirlah Malam Lailatul Qadar yang diturunkan oleh Allah SWT kepada umat Nabi Muhammad pada sebuah malam di bulan puasa Ramadhan. (Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi dalam kitab Fadha’il Ramadhan.). Menurutnya, Lailatul Qadar adalah suatu malam dimana karunia Allah dengan segala kebaikan serta keberkahan didalamnya.
Lailatul Qadar dapat juga kita artikan sebagai malam pelimpahan keutamaan yang dijanjikan oleh Allah kepada umat islam yang berkehendak untuk mendapatkan bagian dari pelimpahan keutamaan itu. Keutamaan ini berdasarkan nilai Lailatul Qadar sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Saya mencoba menggambarkan tanda-tanda malam Lailatul Qadar lewat tulisan pendek (haiku) di bawah ini. Semoga bermanfaat.
Malam yang hening
Seribu bulan datang
Hati terdiam
Angin berhenti
Sangat lengang sekali
Batu, 762018
IndonesiaEVERY MONTH
Arabic: ليلة القدر) (the night of judgment) is an important night that occurs in Ramadan, which in the Qur'an is described as a better night than a thousand months, If a Muslim does good deeds in Qodar's night, then its value better than doing good for a thousand months or about 83 - 84 years.
Narrated in a narration, the Messenger of Allah (PBUH) told his companions about a very pious Israelites. It is narrated that the Children of Israel had spent their time for 1,000 months to wage jihad fi sabilillah in the way of Allah. When hearing the story of the Prophet of the Prophet then the friends also feel jealous because they will never be able to have the opportunity to worship in the period during that time. This is because the age of the people of the Prophet Muhammad is much shorter than the previous people. In another narration it has been narrated that the Prophet once contemplated it. Prophet Muhammad SAW also grieve because it is impossible if his people can match the charity of worship of the ancient people who can reach hundreds or even thousands of years.
Then came the Night Lailatul Qadar which Allah revealed to the people of the Prophet Muhammad on a night in the fasting month of Ramadan. (Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi in the book of Fadha'il Ramadan.). According to him, Lailatul Qadar is a night where the gift of God with all the goodness and blessings in it.
Lailatul Qadar can also be interpreted as the night of abundance of the virtues promised by God to the Muslims who desire to get a share of the abundance of the virtue. This virtue is based on the value of Lailatul Qadar as a better night than a thousand months.
I am trying to illustrate the signs of the night of Lailatul Qadar through the short writing (haiku) below. May be useful.
A quiet night
A thousand months come
Heart paused
The wind stopped
Very quiet
Nb: jam 11.30 malam sholat Lailatul Qadar 12 rokaat; 2 rokaat salam + sholat tasbih 4 rokaat. Semoga bermanfaat.
MENGUNGKAP KESADARAN RUMI
OLEH: Eko Windarto
Rumi – nama lengkapnya, Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al-Khattabi al-Bakhri – lahir di Balkh (Afghanistan sekarang) pada tanggal 30 September 1207. Para Orientalis di Barat mengakui Rumi sebagai penyair yang terbesar dari semua penyair mistik yang pernah ada dalam peradaban Islam. Dan para sufi di Timur Tengah mengakui bahwa karya-karyanya dianggap sebagai Al-Qur’an kedua karena kedalaman maknanya. Jalaluddin Rumi adalah pendiri “Tarekat Mevlevi” di Turki. Sebelum Perang Dunia II, pengikut Tarekat Mevlevi berjumlah 100.000 yang tersebar di seluruh Balkan, Afrika, dan Asia. Tidak ada penyair di dalam sejarah – tidak juga Shakespeare Atau Dante – yang secara nyata mempunyai dampak pada peradaban seperti yang dilakukan oleh Rumi. Dan tak ada puisi yang mampu membangkitkan ekstase mistik dan kebahagiaan kepada pembacanya seperti puisi-puisi yang ditulis oleh Rumi.
Rumi adalah satu pribadi di antara sedikit pribadi di bumi yang memiliki kesadaran universal – selain Ramakrishna, Aurobindo, dan Kabir – yang dihasilkan oleh agama, dan telah mewarnai kehidupan serta peradaban manusia dengan kemuliaan cinta. Maka, pada saat ini, ketika kita membutuhkan suatu inspirasi untuk mencintai dunia yang tengah terancam kehancuran, ketika kita sudah melupakan identitas Keilahian, kebahagiaan, serta tanggung jawab kemanusiaan kita, Rumi hadir sebagai seorang pemandu dan seorang saksi atas kemuliaan Tuhan serta keagungan jiwa manusia. Rumi hadir membawa esensi agama yaitu cinta yang universal. Bagi Rumi, cinta melebihi semua dogma agama, cinta hadir untuk memeluk keseluruhan ciptaan, cinta adalah hakekat agama yang mempersatukan seluruh umat manusia dalam cahaya Keilahian.
Mari kita baca dan renungkan nilai-nilai dalam puisi Jalaluddin Rumi di bawah ini.
Jalaluddin Rumi
Aku bukanlah orang Nasrani, Aku bukanlah orang Yahudi, Aku bukanlah orang Majusi, dan Aku bukanlah orang Islam. Keluarlah, lampaui gagasan sempitmu tentang benar dan salah. Sehingga kita dapat bertemu pada "Suatu Ruang Murni" tanpa dibatasi berbagai prasangka atau pikiran gelisah.
Dalam dunia kebatinan Jalaluddin Rumi telah menemukan SUATU RUANG MURNI yang mana itu adalah suatu proses kebatinan yang sudah mencapai kemurnian hakiki. Dia tidak lagi merasa sebagai agama-agama tapi sudah keluar dari baju agama. Dia sudah mencapai pada puncak kemurnian sejati alias sudah mencapai satu titik yaitu TITIK BA'. Semua itu terlihat dalam penggalan puisinya / Aku bukanlah orang Nasrani, Aku bukanlah orang Yahudi, Aku bukanlah orang Majusi, dan Aku bukanlah orang Islam./ Jelas sekali dia telah menemukan SUATU RUANG MURNI diluar batas manusia kebanyakan. Dari situlah dia telah mampu melampaui gagasan tanpa batas. Suatu perjalanan rohani yang begitu sangat dalam dia selami sampai menemukan bentuk jiwanya yang murni sejati tanpa dibatasi berbagai prasangka dan pikiran gelisah.
Batu, 1882017
MERINDU CINTA ESENSIAL
Abad 21 lebih membutuhkan sentuhan kedalaman dan keindahan syair-syair Jalaludin Rumi ketimbang orasi para politisi yang kerap gegap gempita oleh drama. Jalaludin Rumi jauh lebih jujur daripada Donald Trump, jauh lebih esensial daripada akademisi pemburu literatur.
Fahiruddin Attar, saat bersua Rumi kecil, ia meramal bahwa kelak Jalaludin Rumi akan menjadi penanda tentang api cinta, tentang esensi cinta.
Dan, ramalan Attar terbukti, Rumi menjadi filsuf-penyair yang namanya mengembara di Timur dan di Barat. Ia menjadi pewarta tentang Islam yang memikat dan penuh gairah. Bahkan, karena kontribusi Rumi yang besar pada peradaban, UNESCO menahbiskan tahun 2007 sebagai The Jalaludin Rumi's Year, tahun Jalaludin Rumi.
Rumi adalah juru bicara terbaik peradaban manusia tentang cinta esensial. Mahakarya-nya Matsnawi-Maknawi, terus diulas dan dikaji.
Pun, ketika Donald Trump menampakkan sisi gelap manusia, banyak orang-orang negeri Paman Sam itu menengok kembali karya-karyanya. Islam yang dibenci Trump ternyata begitu indah dan menawan di tangan Jalaludin Rumi.
Andai Rumi masih hidup niscaya ia menemui Trump seraya berkata : "Tuan Trump, dalam dirimu aku melihat kemarau cinta yang panjang. Kau adalah api yang tidak hanya membakar orang-orang di sekitarmu, tapi juga membakar dirimu sendiri."
Haris El Mahdi
FB@ Haris El Mahdi
FILSAFAT
Filsafat adalah merupakan sebuah fenomena humanis, sebab masyarakat tidak ada yang tidak melakukan kegiatan filsafat di dalam kehidupan mereka. Maka humanisasi filsafat adalah hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusis tanpa memandang batasan-batasan teritorial agama.
Pemikiran filsafat tidak saja dimiliki masyarakat Yunani atau Eropah an-sich. Pemikiran filsafat ada juga di masyarakat Islam. Meski filsafat Islam muncul belakangan dari pada filsafat Yunani dan Eropah. Filsafat Islam kemudian mengundang kontroversi. Filsafat Islam seolah-olah adalah sebuah frasa yang saling bertolak belakang. Filsafat berarti pemikiran yang bebas tanpa dibatasi oleh pagar agama. Sementara Islam berarti berafiliasi, tunduk, taat, dan patuh pada agama Islam. Dari situlah banyak pertanyaan-pertanyaan: bagaimana mungkin terdapat sebuah filsafat rasional murni yang disebut filsafat Islam? Sedang makna filsafat Islam adalah filsafat yang dibatasi kerangka dan lingkup Islam.
Aristoteles tidak bisa melepaskan diri dari pelbagai pengaruh yang ada di sekitarnya. Dalam hal ketuhanan, dia terpengaruh dengan keyakinan rakyat Yunani yang ada kala itu. Melepaskan diri dari segala pengaruh adalah hal yang mustahil, tidak mungkin sama sekali. Dengan begitu filsafat Islam merupakan frasa yang tidak saling bertolak belakang. FILSAFAT ISLAM tidak menanggalkan pengaruh lingkungan dan Islam yang telah ada di dalam jiwa mereka. Mereka juga berusaha mengokohkan kaidah-kaidah agama dengan logika Islam serta berusaha menjadikan filsafat sejalan dengan agama. Mereka berusaha membuktikan kebenaran agama sekaligus filsafat. Oleh karena itu, Islam bukanlah penghalang bagi mereka untuk berpikir. Justru Islam membantu mereka untuk senantiasa berpikir.
Filsafat tidak bisa dipahami lepas dari sejarahnya. Filsafat muncul dan berkembang dalam historitas. Sejarah filsafat merupakan panggung kontestasi filsafat dan bisa menjadi makna substantif filsafat. Oleh karena itu, tidak cukup mengetahui filsafat dari filosof.
#Celotehsiang 992020
PUISI ADALAH OBAT
Pengalaman hidup, masa lalu, dan literasi tak bisa dipisahkan dalam penulisan atau pembuatan PUISI. Sejarah kehidupan sebagai elemen penting dalam penciptaan sebuah puisi yang ikut mewarnai dan membentuk fenomena dalam obyektifitas kehidupan. Karya sastra, terutama puisi adalah media pengobatan bagi manusia dalam artian bisa mengobati keresahan, kegelisahan melalui media pengungkapan lewat puisi agar jiwanya tidak resah dan gelisah lagi. Rasanya plong...
Memang dalam menggambarkan daya ungkapan tadi butuh proses dan instrumen literasi. Maka dari itu menulislah puisi, sebab puisi bisa menjadi obat dalam kondisi apapun juga.
#ngopisore
NILAI CERMIN
Marii sedikit berbagi soal kekuatan cermin yang bukan untuk BANGGA dengan diri sendiri saat berdiri di depan cermin. Apalagi CERMIN KEBENARAN NORMATIF KELANGITAN yang hanya verbalis.
Saya sempat menulis panjang soal ANTI MATERI (ANTI MATTER), bahasa sederhananya adalah – di balik materi kasat ada antinya – jadi tak kasat.
Dalam ilmu fisika dikenal juga sebagai The Mirror of Matter (bayang cermin materi) – namun kekuatannya bias ribuan bahkan jutaan kali dari materi itu sendiri. Posetron maeri bemuatan positif sedang anti materi negative, juga soal elektronya – untuk materi bermuatan positif dan antinya adalah negative. Lantas percepatan velositasnya disebut NANO. Nah untuk yang terakhir ini dunia sedang riuh beriklan PRODUCT dengan Nano Tevhnoly, itu baru iklan saja – sementara Nano Tech atau Techno Antimatter itu masih berada di KUBANGAN IMPIAN sains.
Dengan mengacak ion hydrogen saja dayanya mampu menghancurkan Nagasaki dan Hiroshima. Bom H atau Bom Atom.
Ujung bahasan ini, jika kita mampu mengolah data sejumlah CERMIN REAKSI HIDUP DAN KEHIDUPAN, siapa pun tak akan GAGAP DARI SEJUMLAH PERUBAHAN.
Salam
Catatan :
Roh adalah abstrak dalam artian tak dapat dilihat karena keberadaannya terletak di dalam tubuh atau di luar tubuh. Panca indera dan pengetahuan tak bisa menangkap dan mempelajari hakikat roh, kecuali cahaya hati yang terasah oleh CAHAYA CINTA. Hanya getaran roh yang dapat mengangkat kerohanian bisa menembus segala macam hijab. Itu pun tergantung kekusyukan dan kehendakNya.
Batu, 732018
Mengapa kalau sempat ?
Mengapa itu semua tidak jadi perhatian utama kita? Sungguh kita tidak adil pada diri sendiri. Kenapa kita tidak lebih serius?
Menyiapkan, 'bekal' untuk menghadap-Nya dan mempertanggungjawabkan kepada-Nya.
Jangan terbuai dengan kehidupan dunia' yang bisa melalaikan.
Kita boleh saja giat berusaha di dunia, tapi jadikan itu untuk bekal kita pada perjalanan panjang dan kekal di akhir hidup kita.
Kepada bagi yang menyebarkan catatan ini semoga menjadi sedekah ilmu dan ladang amal Shaleh.
Teruslah menjadi, "si penabur kebajikan," selama hayat masih di kandung badan, meski hanya sepotong pesan.
Semoga Bermanfaat.🙏
By: Prof. Dr. Ing. BJ. Habibie.
Di sher: Eko Windarto. 10/09/2019
Selamat jalan Presiden Republik Indonesia ke 3. Semoga dilapangkan jalannya, dan diterima di sisi-Nya. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar