RUANG PEKERJA SENI ADALAH GROUP DI JEJARING SOSIAL FACEBOOK, BERTUJUAN…MENGEPAKKAN SAYAP – SAYAP PERSAHABATAN…MELAHIRKAN KEPEDULIAN ANTAR SESAMA…MEMBANGUN SILATURAHMI/TALI ASIH…SAHABAT LEBIH INDAH DARIPADA MIMPI.

Kamis, 14 April 2022

Cerpen - CINTAKU DI PINGGIR GUNUNG SINABUNG Penulis : Siamir Marulafau


   "Kisah nyata",Kata seorang jurnalis.Akupun terheran-heran mengapa dia mengatakan demikian.Aku tetap penasaran dengan omongan teman itu.Lantas,temanku bernama Tini juga turut menjelaskan bahwa cintanya di pinnggir gunung Sinabung ini merupakan kisah seribu satu malam.Mengapa demikian ?Kemungkinan aku terlalu bodoh menafsirkan makna dia ucapakan dengan nada serius.Tapi aku selalu menanggapi kisahnya itu.Rupanya Tini menceritakan bahwa cintanya di pinggir Gunung Sinabung bukanlah kisah cinta dia kepada seseorang melainkan kisah cintanya akan tanah leluhurnya karena semua ladang dan tanaman-tanaman yang ditanam ayahnya sebelum meninggal dunia setahun yang lalu musnah ditelan deburan pasir letusan Gunung Sinabung.Jadi, Tini agaknya frustrasi melihat ladang mereka.Ladang itulah satu-satunya pengharapan dia untuk melanjutkan studinya di Fakultas Ilmu Budaya USU.

Fikri bertanya kepadaku,"Siapa yang bernama Tini kamu ceritakan di koran Waspada semalam itu?Kenalkah kamu pada Tini?"Aku bilang,Iya.Tini kan salah seorang mahasiswa FIB USU.Dia sedang kuliah bahasa Inggris di jurusan Diploma (D3) bahasa Inggris FIB USU.

"Oh!Begitu,aku pikir kamu tak kenal.Soalnya,ceritanya serius sekali.Dia juga cerita bahwa ladang mereka sirna ditelan debu vulkanik Gunung Sinabung.Tapi aku bilang sama dia, ya sudahlah "Kamu harus bersabar dan itu semua cobaan".Kebetulan dia juga temanku.Aku sangat prihatin dan sedih sekali mendengar kisahnya seolah-olah hatikupun copot.Dengan ikhlas ,aku menyumbangkan dana sebesar Rp 5.000.000,- Aku tidak sampai hati mendengar kisah demikian.Kita kan harus saling tolong menolong,donk, iakan?

"Betul sekali katamu,Ran.Aku sungguh sedih mendengar cerita yang seperti tu.Mudah-mudahan semua saudara-saudara kita di tanah Karo selamat dalam pristiwa itu.Menurut iformasi yang kudengar dari teman bahwa letusan Gunung Sinabung dua hari yang lalu sangat dahsyat dan ada kurang lebih tiga belas ribu orang penduduk di sana mengungsi ke tempat yang aman karena semburan debunya sangat mengerikan dan kemungkinan akan mengandung gas beracun."Itulah Fikri, maka mahisiswi itu dibantu dan juga apa salahnya saudara-saudara kita di tanah Karo juga dibantu,kasihan donk sama mereka.Mereka itu kan orangnya baik-baik dan rajin sekali bercocok tanam dan berladang.Aku pernah sekali datang ke sana tepat pada bulan Mei dan tahunya tak ingat lagi dan melihat banyak saudara kita menanam pokok jeruk,anggur dan pokok buah-buahan lainnya.Tanahnya subur sekali,tapi pikirku apakah kesuburan tanah itu tak berubah atau bagaimana,sih?

"Amran,pikirku biasanya tanah itu akan berubah kesuburannya karena peritiwa meletusnya gunung ini pernah juga terjadi di pulau Jawa dan semua tanaman hancur semua bahkan kesuburan tanahnya pun berubah jadi tanah gersang."Oh,kasihan juga ya,Fikri.Bagainana nantinya kalau para petani yang punya ladang di sana tidak lagi menghasilkan?Wah, bisa barabe mengapa?Iya, kita makan apa?Tahulah kondisi sekarang, krisis makin menjadi-jadi dan maulah orang bematian semua."Ah!, mudah-mudahan jangan, Ran bercanda sambil memegang laptopnya dan sedikit wajahnya agak kemerah-merahan."

"Jadi,Ran kamu tahu tempatnya Tini di sana?Maksudku tempat tinggal mereka di lereng gunung Sinabung?"Iya tahulah, mengapa?Aku kan juga turut prihatin dan membantu mereka ala kadarnya, dan kebetulan aku dapat serdos dari USU semalam."Oh!, baik sekali kamu Fikri."Kalau mau jumpa sama Tini, biarlah kuantar kamu di sana , dia dan keluarganya tinggal di Berastagi sekarang dan saya tahu alamat mereka.Biar kamu tahu ya,Fikri Tini itu orangnya cantik, baik-baik,dan dia seorang pemenang lomba baca puisi sewaktu dia masih sekolah di SMU tanah karo.Tini pintar, Fikri.Aku yakin,bisa-bisa dia juara di kelasnya.Maksudku di perkuliahan FIB USU.Bisa aja donk,Amran.Mengapa tidak,orangnya pintar kamu bilang, iakan?Ran,teringat aku tak bisa cerita begitu lama ya, karena jam 12.30 aku harus sudah sampai ke kampus dan mengajar bahasa Inggris di gedung Hanif,nanti mahasiswanya kecewa,dan mereka sedang lagi menunggu.Biarkan saya yang bayar bonnya,tak usah lagi bayar dan sambil keluar dari salah satu rumah makan Minang di Jln.Setia Budi,Medan.Selamat tinggal ya,Ran.

*****TAMAT*****
Cerpen –
CINTAKU DI PINGGIR GUNUNG SINABUNG
Penulis : Siamir Marulafau
sm/2009201



Tidak ada komentar:

Posting Komentar