Jumat, 15 April 2022
Cerpen - CINTA BERALIH Penulis : Siamir Marulafau
Detak jarum jam berputar menunjukan pukul 7.30 pagi sehabis saya sarapan nasi goreng di sebuah warung tak berapa jauh dari rumah kami, saya minun segelas cappuccino panas dan sambil membaca sebuah koran harian Analisa.Beberapa menit saya membaca koran itu, terseliplah di mata saya seklilas pemberitahuan bahwa saya lulus ujian UMPTN sebulan yang lalu saya ikuti di Bandung.Hati saya sangat gembira dan cepat-cepat pulag ke rumah.Kedua orang tua saya juga ikut gembira.
Salah seorang teman saya di SMU bertanya melalui selular,"Apakah saya lulus atau tidak?".Saya meresponnya bahwa saya berhasil dan dia juga memberitahukan pada saya bahwa dia juga lulus di bidang ilmu kimia sedangkan saya pada bidang sastra.
Terus terang saya menceritakan pada teman saya yang tingggal di Jakarta bahwa saya akan kuliah di Bandung.
Asward juga bertanya "Mengapa saya harus kuliah di Bandung?"
Saya suka di sana karena udaranya sesuai buat saya disamping
orang-orangnya kren.Alasan demikian tepat menurut saya.Tapi kotanya tidak seindah
Bali sebagai pulau Dewata di mata dunia.
Setelah saya menjalankan perkuliahan selama lebih kurang tiga bulan, saya terkesima dan amat terpesona dengan seorang poetis bernama "Zaitun" membacakan puisinya pada acara pertemuan mahasiswa baru dengan senioritas pada masa itu.Saya sangat terharu dengan bacaan puisinya yang indah dengan judul "Cinta Beralih".
CINTA BERALIH
cinta dan kasih kau tanamkan di atas sekuntum bunga
harum semerbak diterpa sinar mentari mencuapkan cahaya
seiring pelangi beralih menahan badai airmata
disaat aku termenung sendirian di tepai pantai kujelajahi
pada masa lalu
cintaku buta semata buta membedakan warna
belaia kasih tertindas akan materi dunia yang tersenyum
membuat jiwa ragu terhempas di batu karang sampai aku
berdaya tidak mengeluskan penderitaan batin kutempuh
dalam pertualangan panjang yang tak berkesudahan
"Saya terpikir,seandainya cintaku beralih sebagaimana dia lantunkan dalam puisinya,bagaimana cintaku kepadanya bila saya behasil menyukainya?",kata salah
seorang teman benama Juned.
Oh!,tidak.Cinta tak mengenal apapun, suku apapun.
"Benarkah itu?", kata teman saya sedang melamun dan merindukan bulan.
Pikiran Juned juga searah dengan pikiran saya tapi teman saya sangat mepertahankan analogi cinta, dimana cinta itu tidak selalu buta.
Saya bertanya,"betulkah itu?".kalau demikian, saya punya kesempatan
menjemput cinta zaitun, mana tahu dia tak beralih ke tepian.
Hampir setengah tahun saya menjalin hubungan dengan Zaitun dengan romantika
yang mulus bagaikan jalan tol masuk ke Suaramadu. ternyata cinta dan kasih kuemban jauh dari apa yang kuharapakan seolah-olah hidupku terombang ambing
bagaikan kapal tiang layarnya patah dihempas badai.
Zaitun, kelihatannya tidak seperti dulu dimasa saya kenal sesat puisinya
dibacakan mendesir bagaikan angin puting beliung menggugah hatiku sehingga aku
tak sadarkan diri betapa indahnya dunia cinta yang kutempuh
Rahasia demi rahasia pribadi sulit terungkap kadang dalam hidup, di mana
manusia terlena dan hanyut dengan belaian kasih asmara bergelora sepanjang
cinta mendesah dalam dada.Penampilan kadang macam artis berkulit lembut dan mulus bagaikan sutra tapi ada sebahagian orang mengatakan"Sesuatu yang cantik belum tentu cantik, dan sesuatu yang jelek belum tentu jelek".Ungkapan
demikian membuat saya kadang terlupakan akan segalanya.
mejelang makan siang di sebuah restauran di Jln. Imam Bonjol, saya makan siang dengan seorang sahabat lama saya sambil menikmati hidangan yang disuguhkan dengan amat lezat rasanya.
"Mengapa kau selalu termenung?".Tanya seorang teman saya
"Apakah Zaitun lagi, menyingung perasaanmu?"
kesedihan yang kualami selamanya ini bertambah perih,mengapa tidak ?
Saya jawab,"memang dunia perempuan adalah dunia yang indah, dan banyak
ragam yang harus ditempuh".
"Oh! benar sekali jawabanmu".Jawabanmu ada di sana di celah batu gunung
yang kau ukirkan pada masa lalu."
Tapi jangan tersinggung,ya Bung Hendra, Zaitun adalah orangnya kren dan cantik bangat.kalau tidak khilaf, saya pernah bertemu dengan dia bersama seorang yang tua berusia sekitar 54 tahun di tempat pemandian tak berapa jauh dari vila kami yang kami sewakan setiap harinya, dan ternyata orangnya juga ganteng tua. Kalau tidak salah saya kenal dengan laki-laki itu,namanya Pak. Suhendro,Bpk. dari teman saya.Dia paling kaya di daerah ini.Disinyalir bahwa mereka pernah menikah tapi belum membuahi si jatung hati.
Menelusuri informasi tersebut, hati saya mulai menggebu-gebu karena diterjang
badai yang sangat mengeruhkan suasana di mana kami bersantap di sebuah restauran, tetapi saya tetap teguh dalam pendirian bahwa bila pacar saya beralih ke tepian, saya tetap tenang dan bertawaqal kepada Tuhan, moga 2 Allah paring barqoh.
Saya memutuskan bahwa dalam masalah perempuan dunia tak pernah gelap
sepanjang kehidupan dunia ini terhempas dengan sinar rembulan bulan purnama walaupun dunia ini tidak selebar daun kelor kata seorang pujangga Inggris.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar