Sekian lama
aku memunguti arti sebuah kehadiran,
tapi tetap saja bias kandungannya entah kemana,
bahkan dipenghujung sadarku,
yang ada adalah wajah sangar yang jauh dari kasih sesama,
aku hanyut oleh skenario yang sudah kucoreti sana sini,
lalu ketika terpuruk,
kusalahkan si pembuat pakemnya,
alangkah naifnya memang...
tapi itulah barangkali peran yang mesti kita mainkan,
masing masing dijalur yang berbeda..
aku kemudian sadar bahwa kakiku yang melangkah
tapi hatiku yang berkata dan otakkku yang memerintahkannya..
lalu siapa yang mengatur otak itu..
tanya yang tak membutuhkan jawab
sebab adaku pasti karena belas kasihanNYA semata..
aku tersungkur pada lukisan yg sama sekali tak serupa dengan wajah NYA..
itupun kutangisi jadi riwayat,
tentang dosaku yang berani melukis kebesaran NYA..
dilembaran kertas kehidupanku yang coret moret...
betapa hinanya aku..
dimata NYA...
----by Mikhael Rajawane.-----
----(M)Tanah rantau, Jumat malam 10.08.2012 . 22:46.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar