Niat ingsun telah kuhaturkan,
resiko meminta adalah ditolak,
rentang waktu menimbang rasa cukup rasanya,
dari sudut logika : Wajar tanpa pengecualian,
dari sudut asa : ada batas waktu sela
meski tak sontak kau jawab atas bingungnya sejuta tanya
akupun mahfum atas keberadaanku,
kita memang berbeda ,
bagiku : suara hati adalah bahasa mulut,
meski dinadiku mengalir darah pujangga,
tak pandai pula kulakonkan sandiwara,
apalagi merayu dengan sejuta mimpi siang hari,
aku cuma bisa berperan, sesuai pakemnya
meradang garang saat marah,
nyawakupun kupertaruhkan jadi selimut kebahagiaanmu
maka sekarang :
ijinkan aku undur diri,
kukemasi puing puing kekalahanku,
meskipun harus melata lata digelapnya gulita,
ijinkan kupunguti catatan yang berceceran dikotamu,
inilah cinta, mewarna apa adanya
jika boleh meminta,
bantu aku melupakanmu
kukembalikan benih rindu yang kau tanam disukma,
kembalikan padaku sekeping hati yang kau genggam,
tak sanggub lagi mengikuti sandiwaramu,
biar kusemai diladang yang baru...
-----by Perlazank Menthaze , anak Melumang.-----
-----Djakarta Sapo terulang, Kamis pagi diistanaku, 12 July 2012.--
Tidak ada komentar:
Posting Komentar