Jumat, 12 Oktober 2012
AWAN, KENAPA KAU MENANGIS?
"Awan, kau menangis lagi. Mengapa awan? Apakah petir menyakitimu lagi? Kasihan aku melihatmu awan. Kau itu lembut, rapuh. Tapi mengapa kau tetap bersikukuh ingin selalu bersama petir? Sudah kukatakan waktu lalu, kau tidak akan cocok dengan petir. Kau sendiri tau bagaimana petir. Petir itu kasar, jahat. Kau tidak pantas dengannya. Kau pantas bersama pangeran awan yang dari dulu mencintaimu dengan tulus. Tapi mengapa kau tetap memilih petir? Lihat yang diperbuatnya padamu. Kau jadi sering menangis. Aku sedih jika melihatmu begini. Kau nampak tidak bahagia. Katakanlah padaku awan. Mengapa?"
"Kau tidak tau langit. Kau tidak tau bahwa aku sangat bahagia bersamanya."
"Tapi kau selalu menangis awan. Apakah itu artinya bahagia?"
"Ya, langit. Aku bahagia bersamanya"
"Tapi dia selalu menyakitimu awan"
"Tidak. Dia tidak menyakitiku. Dia hanya meninggalkanku sebentar. Dia sedang dalam masalah. Aku tidak merasa disakiti olehnya, langit. Aku membutuhkannya. Tidakkah kau tau, langit? Aku tidak akan bisa memberi tahukan kepada bumi bahwa aku akan menurunkan hujan jika tidak ada petir. Petir itu berbeda bagiku. Dia spesial. Walaupun menurutmu dia kasar dan jahat, sebenarnya tidak. Kau hanya belum memahaminya. Kau tidak tau dia yang sesungguhnya. Petir itu penyayang. Dia menyayangiku. Hanya saja caranya yang berbeda, langit. Kau harus yakin itu."
"Jangan coba coba bohongi aku awan. Kau jelas jelas sering sakit karena petir. Kau juga selalu menangis. Aku yang paling mengertimu awan. Aku tau, hanya hal hal yang sangat menyakitkanlah yang dapat membuatmu menangis. Jangan kau sakiti hatimu sendiri dengan keyakinan kosong itu awan. Jujurlah padaku."
"Aku sudah jujur kepadamu langit. Aku baik baik saja. Malah, aku bahagia. Kau hanya belum mengenal petir, langit."
"Astaga. Lihat, awan. Kau mulai menangis lagi. Awan, kumohon, tinggalkan dia. Kau tidak pernah bahagia bersamanya, awan. Bagaimanapun, petir itu kasar. Tinggalkan dia, awan. Tinggalkan dia. Kumohon."
"Tidak langit. Aku tidak akan meninggalkannya. Apapun yang kau katakan, aku tetap menyayangi petir !"
Maafkan aku langit. Aku mengecewakanmu. Aku memang tidak bahagia bersama petir. Tapi entah mengapa, aku merasa nyaman denganya, walaupun petir tidak mempedulikanku. Kau benar, langit. Aku bodoh telah membohongi hatiku sendiri. Aku sangat tidak pantas bersama petir. Tapi apakah cinta hanya tentang pantas dan tidak pantas? Kau tidak mengerti, langit, Cinta itu tentang menyayangi. Dan betapa aku sangat mencintai petir. Aku tidak bisa membencinya, langit. Aku tidak bisa. Aku tidak bisa menjauhinya, tak mempedulikannya, meninggalkannya. Aku tak bisa. Mungkin aku makhluk paling bodoh dibumi ini. Sebenarnya aku iri denganmu, langit. Kau sangat bahagia bersama matahari. Aku iri. Sangat iri. Kapan aku bisa sepertimu? Bahagia bersama orang yang kusayang, sepertimu? Apa semesta tidak mengizinkanku bahagia? Apakah selamanya aku hanya mengalami cinta yang penuh penderitaan, langit?
Oleh : Nabilakhairunnisa Bahar
Tanjungbalai,Sumatera Utara
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar