RUANG PEKERJA SENI ADALAH GROUP DI JEJARING SOSIAL FACEBOOK, BERTUJUAN…MENGEPAKKAN SAYAP – SAYAP PERSAHABATAN…MELAHIRKAN KEPEDULIAN ANTAR SESAMA…MEMBANGUN SILATURAHMI/TALI ASIH…SAHABAT LEBIH INDAH DARIPADA MIMPI.

Kamis, 20 Mei 2021

Cermin : BUKAN MENOLAK REZEKI - Pandu Eva


 
   REZEKI tak selamanya berupa materi, orang baik yang kerap ada di sekeliling kita pun adalah rezeki. Namun, kita tetap harus mengerti, untuk selalu membalas budi, bersyukur dan mendoakannya.

"Epoy, nanti gue transfer elo 500 ribu ya. Tolong kasihin temen gue. Dia lagi ngawinin anaknya. Jangan lupa amplopin yak," ujar Mba Yati dari seberang telepon.

"Iya, Mba!" jawabku.

"Nanti gue kirim sejuta ya. 500 lagi buat elo."

"Hah! Ga usah, Mba. Serius! Bukan nolak rezeki. Tapi Mba udah terlalu banyak kasih uang ke aku. Nanti aja kalo butuh. Bisa minta atau pinjem. Ya, mudah-mudahan aku ga ngerepotin Mba lagi," tolakku pada Mba Yati.

Mba Yati bukan kakak kandungku, tapi kebaikannya sudah seperti saudara sekandung. Bukan tanpa alasan aku menolak pemberiannya. Bukan pula karena sudah berlebihan. Apalagi menolak rezeki. Sekali lagi bukan!

Namun, rasa tak enak hati. Ini nyata, bahwa ada orang sebaik beliau di sisiku. Kalau mau dihitung, entah sudah berapa banyak beliau memberiku secara cuma-cuma. Dari jumlah besar hingga kecil.

Bahkan aku pernah diberinya modal dagang sebesar 3,1 juta. Belum lagi saat aku melahirkan, ia kirim sejuta. Tiap lebaran tak pernah lupa beri THR 500 ribu. Aku bersyukur sekaligus tak enak hati. Setelah beliau beri modal sebanyak itu, aku hanya bisa menekankan padanya ....

"Mba, mulai tahun depan. Aku mohon ga usah kasih THR 500 ribu lagi. Anggap aja itu modal 3,1 juta. THR yang Mba kasih di muka,'' tegasku padanya.

"Ya, gak gitu dong. Doain aja gue banyak rezeki. Biar tetep bisa kasih elo THR tiap tahun."

"Bukan gitu! Nanti keenakan aku. Ga lah, Mba. Makasih banyak. Semoga Mba banyak rezeki, dan dikaruniai anak-anak sholeh sholehah."

"Aamiin," ucap Mba Yati.

**

   Mba Yati memang orang berada. Punya usaha apotik. Suaminya seorang apoteker di rumah sakit. Duit bagi beliau tak masalah. Namun, tetap saja aku merasa tak enak hati terlalu sering menerima pemberiannya.

Aku tahu bagaimana perjuangan beliau untuk menjadi seperti sekarang. Dari anaknya berusia tiga tahun, sudah ditinggal kerja. Anaknya di rumah sendiri. Beruntungnya beliau dikaruniai anak-anak yang pintar dan mandiri.

Kedua anaknya, mendapat beasiswa. Kerap menjadi juara dalam lomba ilmu pengetahuan. Di balik kesuksesan beliau, ada tahajud tiap malam, sedekah tak sedikit. Aku termasuk tahu awal mulanya beliau merintis. Oleh sebab itu, tak sampai hati aku menerima pemberian beliau terus-menerus. Tak mau aji mumpung.

'Lalu apa yang bisa kuberikan untuk membalas kebaikannya? Entah.'

Mungkin hanya bisa membantu tenaga dan doa saja. Jika beliau butuh apa-apa. Misal menjaga ibunya yang kebetulan tinggal bersebelahan denganku. Meski ada juga keluarga Mba Yati yang ikut menjaga ibunya.

Dari beliau aku belajar, bahwa usaha tak pernah membohongi hasil. Di balik kesuksesannya ada kerja keras yang luar biasa. Juga kepeduliannya terhadap orang tua, patut dicontoh. Saat beliau susah dulu, hingga sekarang sukses. Tak pernah alpa mencukupi kebutuhan orang tua.

Semoga kelak aku bisa seperti beliau. Semoga Allah senantiasa memberi ridho dan berkah pada Mba Yati dan keluarganya.

Aamiin.

_End_


Cermin (Cerita Mini)
BUKAN MENOLAK REZEKI
Oleh : Pandu Eva




Tidak ada komentar:

Posting Komentar