DI saat langit mendung, aku dan temanku Syukur singgah di sebuah kantin terdekat dan tak berapa jauh dari kampus kami di Jln. Uinversitas,19. Aku berkata sama Syukur " Kita lebih baik berhenti sebentar sambil ngopi,kur. Hujan sudah mau turun dan aku takut tak bisa kita sampai ke kampus karena tak ada payung."
"Oh,betul juga" Kata sukur
"Tengoklah,langitnya sudah mendung. Sebentar lagi hujan deras. Jadi kalau begitu, kita lebih baik berteduh di kantin itu sambil ngopi dan kebetulan sekali Kur, ada yang mau kutanya sama kamu".
Syukur jadi terheran-heran dan merasa kaget dengan omonganku itu dan seolah-olah dia ketakutan,dan dia kelihatannya gugup dan tak bisa ngomong lagi. Aku pun jadi tak enak karena aku seolah-olah memaksa dia ngomong. Tapi namun demikian, aku juga membujuk dia supaya semangatnya pulih kembali, betul pula itu dalam pikirku.
Setelah kami masuk ke kantin itu dan memesan dua gelas kopi panas dan mulailah aku cerita pada Syukur dan sambil menanyakan dia apa yang ada dalam benakku. Syukur rupanya sangat tanggap dengan niatku bertanya kepadanya bahwa dia tak bisa ngelak dan aku bilang, "Apakah benar ayahmu bekerja di kantor Depatemen Keuangan,Kur?"
"Oh, ya, memang Bapakku kerja di sana tapi kemungkinan akan pensiun pada akhir tahun ini.Kami tidak tahu apa yang kami buat bila Bapak kami pensiun nanti".
"Kur, kita harus percaya hawa Tuhan itu maha besar adil dan penyayang.Tuhan tak akan membuat hambanya sengsara terus menerus dan Tuhan maha penyayang, iakan?"
"Betul, Din. Tapi aku kan belum menyelesaikan studiku sementara Bapakku pensiun."
"Alah, gampang semua itu kau kan bisa kerja sambil kuliah."
"Terus terang ya, Din. Selama ini Bapakku kerja di kantor Departemen Keuangan, tapi bapakku tak pernah menyeleweng. Maksudnya, mengkorupsi uang negara. Dan baru-baru ini Bapakku dicalonkan menjadi Caleg 2014-2019. Dia memang saja mau tapi tak mau berusaha untuk menduduki jabatan Calon Legislatif. Bapakku jujur benar dan tidak mau neko-neko, dan katanya pada kami, Walaupun aku sudah dicalonkan menjadi Caleg 2014-2019 tapi aku tak ambisi.Kalau memang menang ya, menanglah,kalau tidak menang, ya sudah. Aku tidak mau bersifat money politic karena kalau sudah kayak begitu,kita tak bakal tentram untuk bekerja dan apalagi dinasnya bekerja dibahagian legislatif....Pikirku, ya betul juga bapakku,tapi namun demikian sebagai anak Sulung,aku juga memihak pada prinsip Bapakku karena dia sangat jujur dan tidak mau menyuap dan memakan suap karena itu sangat pantang dalam ajaran islam".
"Oh, jujur sekali Bapakmu,Kur. Sulit sekali mendapatkan orang seperti itu sekarang. Bisa dikatakan 1000 satu dan itu pun kalau ada orang macam kayak gitu."
"Bapakku sederhana dan tidak suka macam-macam. Kemungkinan Bapakku bekerja di kantor Keuangan selama lebih kurang 20 tahun lamanya dan tidak pernah terlibat dalam masalah keuangan baik di dalam pekerjaanya maupun di luar tugasnya. Makanya Bapakku sangat dipercayai oleh atasannya.”
"Kur,ingat bahwa orang jujur selalu terbujur dan sampai-sampai dia pun."
"Din, setiap orang berbeda prinsipnya dan memiliki karakter yang berbeda-beda pula, betul atau tidak?"
"Ya, benar.Tapi alangkah baiknya, Bapakmu memberikan kesempatan padamu untuk bekerja di kantor itu. Maksudku ya, kalau Bapakmu sudah pensiun, jadi kamulah penggantinya."
"Wah!, Tidak mungkin,Din.Itu namanya KKN,mentang-mentang Bapakku sebagai kepala tata usaha di kantor itu,aku harus diangkat menjadi salah seorang staf. Itu kan tidak mungkin. Kita harus melamar dan memenuhi beberapa persyaratan-persyaratan menjadi PNS sebagaimana lazimnya, iakan?"
"Betul, aku sepakat kalau begitu. Masuk menjadi pegawai PNS bukanlah suatu hal yang gampang. Tapi entah bagaimana pula ya, kok yang lainnya gampang masuk dan bekerja sebagai PNS."
"Jangan kamu merasa yang tidak-tidak dan salah paham,Din. Mengenai masuknya seseorang untuk menjadi pegawai PNS telah kupelajari semua karena sedikitnya Bapakku bercerita kepadaku tentang itu semua."
"Baguslah kalau begitu, Kur. Berarti kamu sudah mengerti semua. Tapi aku tak mengerti semua itu karena Bapakku,Kur. Adalah seorang petani dan bukan bekerja sebagai PNS,sedangkan Ibuku tak bekerja dan hanya sebagai Ibu rumah tangga. Kur, sampai sini ajalah dulu kita berbincang kebetulan kami masuk jam 9.30. Bapak dosen yang mengajar mata kuliah Kritik Sastra datang dan salah seorang temanku memanggil melalui selulerku. Selamat tinggal ya, sampai jumpa lagi."
End
Cerpen:
MENGAPA BAPAKKU GAGAL?
Oleh : Siamir Marulafau
sm/28112013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar