SEBAGAI seorang wanita yang sudah cukup lama hidup sendiri, tak munafik aku merasa bahagia, ketika tiba-tiba datang seorang pria yang pernah berhubungan dekat di waktu lalu. Dia pria mantanku dulu yang pernah berkhianat, meninggalkan aku karena tertarik kepada teman wanitanya.
Kuakui aku sangat mencintainya, dialah pria pertama yang bisa membuat aku jatuh cinta setelah sekian lama aku hidup sendiri. Rasa sakit yang pernah ditorehkannya seakan lenyap begitu saja, ketika dia kembali dengan ucapan penyesalannya.
"maafkan aku sayangku, aku menyesal telah meninggalkanmu, kini aku sadar kamu lah wanita terbaik yang selama ini ku rindu, percayalah aku takkan pernah meninggalkanmu lagi."ucapnya.
Dengan kerinduan dan rasa bahagia aku larut dalam setiap katanya yang semanis madu, dia memang pandai mengambil hatiku.
Membujuk ku dan merayu.
"Baiklah, aku terima kamu kembali, aku pun masih mencintaimu, kalau boleh tau kapan kamu mau melamarku?"
Langsung saja aku ajukan pertanyaan itu mengingat hubungan yang sudah cukup lama. Walaupun dia sempat berselingkuh tapi status kami tak pernah benar-benar putus. Hubungan kami sudah berjalan hampir 2 tahun karena itulah kuberanikan untuk menanyakan padanya kepastian kelanjutan hubungan ini.
"Sabarlah, kamu kan tahu kuliah aku masih setahun lagi."
Selalu saja itu jawabnya, tak pernah memberikan kepastian tepatnya dalam hitungan tahun atau bulan padahal meskipun kuliahnya belum selesai dia sudah bekerja dengan penghasilan yang cukup untuk bekal berumah tangga, usia pun bukan lagi remaja. Bahkan kuliahnya pun bukan kali pertama, ini adalah kuliah lanjutan, tambahan dari keilmuan dengan jurusan berbeda.
Jujur aku sangat kecewa dengan jawabannya, yang tak pernah berubah. Aku merasa tengah menjalani kemaksiatan karena di dalam agamaku tidak diperbolehkan berpacaran. Itu sebabnya jadi dilema di dalam hatiku, aku takut akan murka Nya.
Sejujurnya aku tak sanggup mengambil keputusan, walau pernah juga aku mencoba untuk mengakhiri. Rasanya tak sanggup menahan rasa di hati ini, aku tak punya pilihan selain dia. Rasa cintaku padanya yang teramat besar membuat aku mau menerimanya kembali.
Dia bukanlah orang yang tak paham tentang agama, bahkan ilmu agamanya lebih dari yang aku tahu. Sungguh aku tak bisa memahami mengapa dia selalu mengulur waktu untuk menghalalkan aku.
Tak ada lagi cara yang bisa kutempuh selain melangitkan doa-doa.
"Ya Robb, hanya Engkau yang bisa membolak balik kan hati, tetapkanlah hati kami di dalam kebenaran, sesungguhnya hati kami ada di antara dua jari-jariMu, Engkau lah yang maha berkuasa atas segala sesuatu.Duhai, Dzat yang maha belas kasih kepada hamba-hambaMu. terima lah doa ku, kabulkan lah permohonanku."
Aku pasrahkan semua kepada Nya, aku tak sanggup mengatasi masalah ini.
Hanya bermuhasabah dan berserah diri yang aku jalani dari hari ke hari, berharap belas kasih illahi Robbi, mohon ampun atas rasa cinta yang nyaris tak mampu ku bendung. Semoga doa dan harapan yang selalu kupanjatkan menjadi jalan kebaikan bagi hubungan antara aku dengannya.
Aku pasrah atas takdirNya, bukankah jauh sebelum aku dicipta sudah tertulis semua takdirku di Lauh Mahfudz? Juga tentang pertemuan aku dengan Adi yang aku harap akan menjadi suamiku.
Semoga Allah swt, melindungi hubungan kami agar tetap berada di dalam koridor syar'i. Seberapapun beratnya menahan rasa cinta ini, aku berusaha untuk istiqomah di dalam rambu-rambu yang diajarkan di dalam agamaku.
Aku tak ingin aqidah tercemari dengan dosa walau jatuh cinta bukanlah kehendakku. Bertemu dan jatuh cinta padanya pastilah bagian dari takdir Nya sebagai ujian keimanan. Disitu aku diuji mana yang lebih aku cintai. Allah kah atau Adi kekasihku.
Aku teringat kisah nabi Yusuf allaihi salam. Ketika Julaikha mengejar cintanya, nabi Yusuf meninggalkannya tapi ketika Julaikha mengejar cinta Allah, Allah mengirim nabi Yusuf kepadanya.
Mampukah aku melakukannya? Ya Allah, tolong lah … hanya pada Mu aku bermohon. Engkau yang maha mengetahui apa yang terbaik bagi diriku dan dirinya.
~~~End
Cermin (Cerita Mini)
DILEMA
karya : Tati Kartini
Jakarta, 8 Maret 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar