SUDAH sejak semalam dadaku terasa sakit, menjelang pagi aku berjalan perlahan menuju pintu rumah anakku yang bersebelahan dengan rumahku.
Beberapa kali ku ketuk masih belum juga dibuka. Mungkin sedang shalat subuh kata hatiku. Di ketukkan terakhir barulah pintu terbuka, aku bersandar pada tembok dinding rumah, menahan sakit.
"Kenapa Mah?" anakku menyapa dengan wajah terkejut.
"Tolong antar ke dokter, dadaku sakit sekali."
*****
Kenangan itu selalu datang di setiap kesendirianku. Tak ada lagi yang menyapaku, tak ada lagi tempat berbagi suka dan dukaku. Anakku telah pergi untuk selamanya, pergi mendahuluiku yang masih sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayangnya. Kini, muram adalah hari-hariku, aku merasakannya sendirian. Di rumah ini terlalu banyak kenangan, sehingga tak mampu lagi aku bertahan, tapi aku harus kemana? Disetiap hariku yang ada hanya tentang kamu, anakku. Kau yang selalu peduli kepadaku.
*****
Beberapa hari sebelum kepergianmu, kau masih sempat mencarikan obat untukku.
"Mah, di jalan hampir saja aku terjatuh, kepalaku pusing sekali."
Terkejut aku mendengarnya.
"Kamu kenapa nak, sakit ya? Berobat yuk, ke dokter." jawabku.
"Tak usah Mah, biarlah nanti insya Allah sembuh, aku mau istirahat dulu sebentar."
Anakku menjawab, terlihat wajahnya sedikit pucat.
"Istirahatlah, nanti mamah temani."
"Aku tak apa-apa Mah, tenanglah." Anakku berkata meyakinkan dengan seulas senyuman tersungging di sudut bibirnya.
Anakku memang peramah, tak pernah memperlihat kan keluh kesah di wajahnya.
Senyuman abadi, yang kau bawa pergi untuk selamanya. Berbahagialah nak, tunggulah aku. Apalah arti hidupku tanpamu . Itulah senyuman terakhirmu yang kau beri untukku. Dengan menahan air mata ku bisikkan kata terakhirku.
"Pergilah nak aku ridho"
Ridhollah fi ridhol walidain. Terimalah anakku disisimu ya Rabb,masukkan ke dalam surgaMu. Aamiin Allahumma Aamiin.
End
Cermin (Cerita Mini)
TrueStory
SELAMAT JALAN ANAKKU
By : Tati Kartini
Jakarta, 25 Desember 2019
TATI KARTINI |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar