DI sebuah institusi pendidikan Swasta, ada seorang teman Joni yang sangat akrab dengan aku di kala melanjutkan studiku di salah satu lembaga pendidikan di kota Medan. Nampaknya, teman Joni itu sangat ambisi dalam studi sehingga dia mendapat predikat yang sangat bagus dalam studinya.
Pada suatu hari,aku bertanya pada Nasrul,"Berapa lama kamu tinggal di kota ini?"
Nasrul menjawab,"Saya sudah lama tinggal di sini sekitar lebih kurang 5 tahun lamanya, dan aku tinggal di rumah nenek, dan sudah tiada lagi, meninggal setahun yang silam."
"Oh,begitu.Jadi, orang tuamu masih hidup?"
"Kedua orang tuaku masih hidup,Bapaku bekerja di sebuah instansi sedangkan Ibuku bekerja sebagai ibu rumah tangga. Aku punya dua orang saudara yang sedang kuliah di salah satu perguruan Swasta bernama Rizky Endang Sugiarti dan yang paling bungsu namanya Edi, sedang studi di SMU Negeri 2 Medan".
Memang keluarga sakinah mawaddah warrahmah. Aku katakan pada Nasrul, "Berarti kedua orang tuamu berhasil membina kalian semua. Kita lihat pada masa sekarang agaknya banyak orang tua gagal dalam membina rumah tangga,dan aku pun selalu bertanya-tanya, mengapa demikian?"
Nasrul yang sedang memegang pulpen menulis puisi berkata,"Ada-ada saja pertanyaan kamu ini, Azmir, berhasilnya orang tua atau tidaknya dalam membina rumah tangga kan tergantung pada pribadi orang tua.Kalau memang orang tuanya tahu tuanya dan berpendidikan mendidik anak, iya jelas donk orang tua itu akan berhasil membina keluarganya, iya toh?"
"Betul sekali Nasrul, apa yang kamu katakan tepat dan aku pun berpikir demikian karena keberhasilan orang tua itu tergantung pada bagaimana mereka mengayomi dan mengarahkan anak-anak mereka ke jalan yang benar, karena apabila salah semua akan tertumpah pada mereka,iakan?"
Menjelang bulan Ramadhan, semua institusi diliburkan dan temanku, Nasrul juga hendak mau balik ke kampung halamannya yang agak jauh dari kota Medan. Selama berada di kampung Nasrul sangat taat beribadah dan semua orang kampung itu sangat senang kepadanya,dan apalagi Nasrul seorang Qori Nasional terbaik di tingkat Universitas di Indonesia. Iya jelas banyak perempuan yang senang kepadanya.
Sekitar pertengahan bulan Ramadan, aku menelpon Nasrul dan bertanya padanya,"Rul, kapan bailik ke Medan?"
Dia menjawab, "Aku ke Medan setelah lebaran bersama adiku Endang karena Endang mau melanjutkan studinya di Fakultas Sastra Inggris UISU Medan, dan kemungkinan semester depan adiku ini sudah tamat dan diwisuda akhir tahun ini."
"Oh, begitu, Rul. Aku pikir kamu cepat balik ke Medan karena pada akhir bulan Ramdhan ini, ada acara haflah Al Quran diadakan di Mesjid Agung Medan, dan aku telah mendaftarkan kamu untuk ikut peserta pada kegiatan itu, tidak apa-apa kan,Rul?"
Mendengar cakapku ini, Nasrul juga senang dan mengatakan padaku, "iya...daftarkan sajalah, aku akan segera ke Medan, tak usah khawatir, demi teman"
Tepat tanggal 28 Juli 2013,Nasrul datang ke Medan bersama adik kandungnya dan segera menjumpaiku di tempat kosku yang lama tak begitu jauh dari kampusku. Dan alangkah terkejutnya aku di saat Nasrul mengetuk pintu kamarku datang bersama Endang dan seorang perempuan yang cantik, rupanya teman baik Endang. Erni salah seorang perempuan yang baik budi dan hatinya lembut selembut salju disamping ramah pada setiap orang. Sehingga banyak kaum lelaki yang menggaitnya tapi dia tak mau karena dia sangat senang pada abangnya si Endang. Pikirku, Nasrul punya adik perempuan lagi selain Endang tapi penglihatanku salah. Mereka sudah menjalin hubungan asmara sejak duduk di bangku SMU beberapa tahun yang silam. Nasrul juga sangat mencintainya, di mana mereka macam pinang dibelah dua dan tak bisa dipisahkan. Aku berkata dalam hatiku,"Mengapa ga kayak gini pacarku?" Aku murung sejenak karena mengingat nasib dunia sudah menjadi bubur dan sukar menjadi nasi kembali.
Tapi menjelang enam bulan kemudian, aku mendapat kabar baik dari keluarga Nasrul bahwa keluarga Erni sangat setuju bila pernikahan mereka di laksanakan pada bulan Desember tahun depan dan mereka pun tak lupa mengundangku untuk datang ke sana. Aku pun tak menolaknya karena dia juga sahabatku yang baik. Di saat pernikahan mereka aku juga bilang pada Nasrul bahwa kamu harus benar-benar serius berumah tangga sambil kuliah di S2 karena perempuan pada masa sekarang ini sangat berbeda karakternya dengan perempuan pada masa dahulu, iya kalau tak percaya omonganku ini, boleh bertanya pada orang tua.
Nampaknya, Nasrul juga tertarik dengan cakapku dan berkata padaku,"Betul kah itu? Apakah memang semua perempuan punya karakter seperti itu?"
Aku jawab,"Apa yang kukatakan benar,Rul. Karena kalau sudah menikah, istri itu sudah menjadi sebahagian tulang rusuk kita dan sukar untuk dipertukarkan. Jodoh itu adalah semuanya ditangan Illahi dan Allahlah yang menentukan siapa yang pantas jadi istri kita.Makanya pernikahan itu harus benar-benar dan tak boleh tak bertanggungjawab. Hematku, Nasrul...tidak perlu bimbang karena perempuan yang akan kau persunting itu berasal dari keluarga yang baik-baik, iya bukan? Mereka sangat ternama di kampung itu, kan? Ini semua aku dengar pada tetanggamu di waktu aku berkujung ke tempat kalian setahun yang lalu, masih ingat atau tidak?"
Nasrul sangat terkesima mendengar cakapku dan langsung menyalamiku,"Aku sangat salut dengan kamu, Azmir. Kamu adalah teman baikku, dan memang apa yang kamu katakan padaku semua benar dan juga hal seperti ini sangat terpikir olehku. Soalnya, aku harus menikahi Erni karena dia seorang anak yang baik di keluarganya dan pantas menjadi istriku, iakan?"
Itukan tergantung pada yang punya badan, kataku pada Nasrul, "Ingat, Rul perempuan itu berbeda-beda tingkah dan kelakuannya tapi yang paling penting adalah karakternya,bukan soal cantiknya. Memang calon istri kamu sangat cantik, cantiknya macam bintang film Boliwood, India. Aku pun salut melihat kamu, kok sampai bisa dapat kamu secantik itu, ya Rul? Apakah kamu punya ilmu pelet Apalagi Erni itu berasal dari keluarga yang kaya tapi kaya hati pada semua orang. Mengapa aku tahu ini semua, Rul? Aku kan seorang yang suka meneliti kasus,dan apalagi kamu temanku dan tak suka bila kamu menikah dengan perempuan yang tak beres. Maksudnya statusnya tak beres dan keluarganya juga keluarga yang tak terpandang di masyarakat. Itulah yang paling penting,Rul, status keluarga. Karena ingat apa yag selalu dibilang orang, kalau pohonnya bagus, maka buahnya juga akan bagus, iaya kan Rul? Betul atau tidak?"
Nampaknya, Nasrul juga sebagai teman tak bosan mendengar ocehanku walaupun kusampaikan dengan nada yang agak nyaring memekakan kuping tapi Nasrul senang menerimanya dan dia juga sangat berterimakasih atas saranku sebelum dia masuk di ambang pintu pernikahan tahun depan.
"Terimakasih, makasih ,,,,Azmir. Memang kamu teman baikku."
"Aku sudah tahu sifatmu, dan tak akan membiarkan seorang teman hanyut ke hamparan lautan yang tak berpilar.Maksudnya kamu tak suka bila teman hancur hanya disebabkan perempuan karena perkawinan itu seharus sekali saja dan itulah yang paling baik,aku pikir Azmir, iakan? Istri itu kan tulang rusuk kita yang hilang dan sebadan dengan kita, dan tidak bisa dipertukarkan."
Menjelang pertengahan bulan Desember tahun berikutnya, aku pun datang ke pesta perkawinan temanku, Nasrul di mana pergelaran adat istiadat Minang sangat menarik perhatianku karena sebelum mempelai laki-laki memasuki rumah perempuan yang dipersunting terlebih dahulu disambut dengan adat istiadat berupa tari piring yang sangat mengharukan hati. Aku pun sangat tertegun melihat situasi demikian, betapa indahnya tarian-tarian yang disuguhkan pada masa itu. Apalagi keluarga perempuan ini sangat terhormat dan terpandang di kampung itu sehingga pesta perkawinan temanku itu berlangsung dua hari dua malam dan aku betul-betul sangat senang melihat temanku, Nasrul bahagia. Bukan itu saja membuat hatiku senang sebagai teman Nasrul tapi sifat dan karakter keluarga mempelai perempuan sangat sopan dan ramah, menghargai pendapat orang lain dan sebagai buktinya, Endang Sugiarti juga berperan dalam membaca puisinya dengan penuh khidmah membuat bulu kudu semua orang naik ke langit yang ketujuh begitu indahnya bacaan puisi bermakna pada tema perkawinan ditulisnya beberapa bulan sebelum pernikahan Abangnya berlangsung. Aku juga salut melihat Endang pada masa itu, karena dia seorang penyair kenamaan di kota Medan.
Mendengar kataku itu, Nasrul jadi terharu pada apa yang aku katakan, dan kukatakan padanya bahwa aku bukan memuji sebenarnya tapi kenyataan. "Untuk apa kita bilang seperti itu kalau sesuatu yang kita katakan itu tak benar, iakan ,Rul?"
"Betul sekali, Azmir. Terimaksih atas atensi Saudara"
"Iya, apa yang kutakan benar, aku kan tak bercakap yang tidak-tidak, kenyataan,donk."
"Memang betul itu, Azmir,,,,,,,teringatnya? Kapan Azmir menamatkan studinya?"
"Aku kan tak kuliah lagi Nasrul"
"Mengapa? Kan lebih baik kalau kamu melanjutkan ke S3?"
"Aku pikir sudah, Rul sampai S2 saja karena usiaku termakan senja dan lagipula aku sangat sibuk mengajar setiap harinya dan tak punya waktu untuk itu, iakan?"
"Oh, begitu, itu kan tergantung pada kamu sih, Azmir. Tapi hematku kamu lebih baik kuliah S3 karena sangat penting untuk kemajuan pembelajaran di Universitas, iakan?"
"Betul! Betul! sekali. Sepakat tapi aku tak punya waktu lagi dan apalagi biayanya sangat mahal. Kalau memang ada program riset untuk S3 di Malaysia, iya aku akan ikut program itu tapi memang ada tapi biayanya sekarang, Rul."
"Biar kamu tahu Azmir,setelah calon istriku tamat di S2 jurusan linguistik di Universitas Kebangsaan Malaysia, aku akan menyarankan dia supaya melanjutkannya ke S3 dan begitu juga adikku Endang Sugiarti supaya dia harus menyambung kuliahnya ke S2 jurusan sastra Inggris di India. Aku yakin Endang dapat menyelesaikan studinya dalam waktu yang singkat karena dia seorang anak yang pintar dan pandai berbahasa Inggris dan apalagi seorang penyair, iyakan?"
"Aku setuju pendapatmu Nasrul karena Endang itu kan mantan mahasiswiku di Fakultas Sastra UISU beberapa tahun yang lalu dan dia juga pintar dan sangat gigih berjuang demi kesuksesan dalam pendidikan, iya toh? Nampaknya, sudah menunjukkan pukul 12.00 wib, seharusnya kita berhenti dulu karena kebetulan hari ini hari Jum'at dan aku sholat Jumat ke Mesjid Taqwa, apakah tak ikut kamu,Rul?
"Iya, jelas donk, mari kita sama-sama ke mesjid dan sholat bersama, ayuk!"
End
Cerpen :
TULANG RUSUK PEREMPUAN TAK PERNAH BERTUKAR
Oleh : Siamir Marulafau
sm/04042014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar