AKU punya tetangga benar-benar gak punya perasaan. Tiap hari teriakan di depan rumah.
"Cantiiikkkk!!!"
Sekali ini, saking senengnya aku cepat-cepat keluar sambil senyum di kulum.
"iya, ada apa bu?" kataku sambil tersenyum ramah.
"Maaf mengganggu. Saya lagi cari si cantik kucing saya yang berwarna indah kuning keemasan, warna yang langka lho." jawabnya, sumringah … kelihatan bangga.
"Oh … " Aku bergumam
'kirain aku yang di panggil' kataku dalam hati.
Tiba-tiba ….
"Tante cari kucing ini ya?" Anakku menunjukkan kucing yang sedang dipeluknya
"Oh, iya nak … Terima kasih." sambil mengambil kucingnya dari pelukkan Donni, anakku.
"Tunggu sebentar!" aku bicara agak keras
"Oh ya, ada apa lagi ya?"
"Maaf tapi kalung yang di leher kucing tolong dilepaskan dulu." kataku kepada pemilik kucing itu.
"Ok cantik, yuk lepaskan kalungnya, nanti kita beli yang lebih indah ya, kalung ini sudah ketinggalan modenya." bisiknya kepada kucing dan terus berlalu.
'Hadeuuuh, tetangga oh tetangga, dimanakah perasaanmu? itu kan kalungku' bisik hatiku.
"Yuuukk ... Donni masuk, besok lagi jangan maen dengan kucing itu ya."ujarku kepada Donni.
"Tapi Bund, aku mau kucing." Donni merengek manja.
"Iya, nanti kita beli kucing yang lebih cantik ya." Aku menghiburnya
"Tapi bun kalo beli yang lebih cantik nanti panggilannya apa dong?" Tanya Donni.
"Oh iya, kucing tante yang tadi namanya si cantik ya?, yaudah nanti kita beli kucing ganteng aja ya." Aku membujuk tak kehilangan akal.
'Sudah kalah cantik sama kucing masa masih harus kalah akal sama Donni, heee' Bisik hatiku sambil melenggang masuk kembali kedalam rumah seraya menggandeng Donni yang masih cemberut.
~End
SI GANTENG
Karya : Tati Kartini
Jakarta, 22 Desember 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar