RUANG PEKERJA SENI ADALAH GROUP DI JEJARING SOSIAL FACEBOOK, BERTUJUAN…MENGEPAKKAN SAYAP – SAYAP PERSAHABATAN…MELAHIRKAN KEPEDULIAN ANTAR SESAMA…MEMBANGUN SILATURAHMI/TALI ASIH…SAHABAT LEBIH INDAH DARIPADA MIMPI.

Kamis, 20 Mei 2021

Cerpen : MELATI - Tati Kartini


 

   PAGI ini si cantik, ceria sirami bunga melati.

" Ma, liat kesini sekarang mulai berbunga lagi, hum …" Melati memanggilku seraya memejamkan matanya menikmati harum bunga kesayangannya.

" Teruslah disiram, pasti akan bertambah segar." Aku menjawab sambil setengah berlari menghampiri. Ingin menikmati wangi bunga melati, yang selalu tercium harumnya setiap pagi.

" Mama kasih aku nama Melati karena suka bunga melati ya?” Pertanyaan yang tiba-tiba.

"Iya, mama pengen kamu besar nanti seputih dan seharum melati." Spontan saja aku menjawab.

" Melati kan anak mama, bukan bunga."

"Itu perumpamaan sayang." Kataku, sambil kuraih selang air di tangannya.

"yuk, udah siram bunganya nanti kedinginan, lihat Mel,baju kamu basah semua."

"Iya Ma." sahut Imel, nama panggilan untuk Melati gadis kecilku.

*****

   Tak terasa dua puluh tahun sudah Arif suamiku pergi menghadap yang kuasa.
Imel kecil sudah menjadi gadis yang cantik dan berpendidikan. Aku membesarkannya sendiri, meskipun kala itu aku masih sangat muda dan cantik. Banyak yang mencoba mendekatiku untuk melamarku tapi bayangan Arif selalu saja datang menahan hasrat keinginanku untuk menerima penggantinya.

"Yus, kamu masih sangat cantik banyak yang ingin memperistri, kenapa kamu selalu menolak?" Satu hari Titin sahabatku menegurku, ia selalu datang menemani dan menasehati aku.

"Kamu butuh pendamping Yus, terimalah lamaran Bobby dia menaruh hati padamu sejak kita masih di SMA, dulu." Ujar Titin melanjutkan nasehatnya.

"Sudahlah" Jawabku singkat.

Aku tidak terlalu suka menceritakan segala sesuatu yang aku rasakan. Aku percaya kekuatan Tuhan dan sudah cukup bagiku sebagai tempat mencurahkan segala rasaku. Apatah lagi sekarang Melati sudah mulai dewasa, dialah tumpuan segalanya. Tempat berbagi suka duka. Melati tumbuh jadi gadis yang sangat cantik luar dalam, wajah dan hatinya. Karunia terbesar yang selalu kusyukuri, peninggalan Arif yang paling berharga. Aku selalu percaya diri, aku mampu atasi semua sendiri. Di Atas keyakinan itu aku berjalan menyusuri kehidupan. Percaya kebesaran Tuhan, tak mungkin Arif begitu cepat menghadap-Nya andai aku tak mampu mengatasi semua masalah sepeninggalnya. Hal itu yang membuat teman-temanku tidak lagi mengkhawatirkan aku.

"Aku percaya kamu memang kuat Yus, hanya saja aku sebagai teman mengkhawatirkanmu maafkan ya, aku tak bermaksud meragukanmu." Titin meralat ucapannya dengan permohonan maafnya sambil merangkul dan memelukku.

"Iya tak apa, aku tahu kamu sahabat terbaikku yang selalu peduli dengan keadaanku, aku bahagia punya sahabat sebaik kamu Tin."

"Jangan sungkan Yus telpon aku kalau kamu perlu bantuanku ya."

Selalu saja Titin menunjukkan kekhawatirannya. Aku hanya tersenyum sebagai jawaban kekhawatirannya.

"Jaga dirimu ya, aku tenang melihatmu tersenyum kau memang hebat, aku bangga padamu." Ucap Titin seraya merangkul dan memelukku, tampak berat untuk meninggalkan aku.

*****

   'Braaak!' suara pintu kamarku menabrak dinding tembok, setelah kudorong dengan keras dan aku menghambur masuk, membantingkan tubuhku ke atas kasur. 'Tuhan, hanya Engkau yang maha mengetahui betapa hancur hatiku ini.' Aku lemah, aku berhasil menipu siapapun dengan selalu tersenyum, biarlah luka ini ku tanggung sendiri. Akan ada waktunya untuk meraih bahagia sejati, cinta putih karunia Illahi.

'Ting!' terdengar notifikasi gawaiku.

[Assalamualaikum Mah]

[Wa'alaikumus salam nak, alhamdulillah mamah kangen sayang vc aja yuk]

[Ok Mah]

"Tuh kan keliatan cantiknya anak mamah, bagaimana kabarmu sayang?"

"Alhamdulillah, Mel ada rencana pulang cuti panjang ni, nanti Mel bisa agak lama bersama Mamah. Mel pengen puas-puas deket Mamah, kita berlibur ya ...."

"Iya sayang Mamah bahagia sekali, rasanya sangat lama menunggu Imel bisa cuti, kapan sayang sampai di tanah air?"

"Besok pagi Mah, ini Imel otw ke bandara, mohon doanya mah."

"Fii amanillah." Jawabku singkat, mengakhiri pembicaraan telepon.

Tak sabar rasanya menunggu Melati pulang setelah hampir setahun berpisah. Selepas kuliah perhotelan Melati mendapatkan pekerjaan di Abu Dhabi, pada hotel bintang lima yang sudah terkenal. Inilah kali pertama cutinya, alhamdulillah.

Hidup bagai warna pelangi, bermacam warna, juga bermacam rasa, berbeda-beda nikmat karunia Nya, di pergantikan. Begitulah, sedih dan bahagia berganti saling menghampiri, tugas ku hanya sabar dan syukur. Begitulah caraku bertahan.

*****

   Tepat jam 10 pagi sebuah mobil berhenti di halaman, aku berlari menghampiri masih dalam balutan mukena selepas dhuha.

"Alhamdulillah, well come home sweety." Seraya kupeluk buah hatiku, gadis cantik pemberani, berwawasan luas.

"Alhamdulillah mah, hmm Mamah selalu cantik dan wangi tetap seperti dulu, love you mom." Bisiknya lembut sambil menatapku lekat, seakan menyelidiki.

"yuk, di dalam kamarmu sudah mamah rapikan."

"Chico mana mah?" Seraya menebar pandangannya mencari-cari kucing kesayangannya.

"Mungkin di rumah tetangga, di rumah metty ada kucing betina yang cantik, semenjak kau berangkat ke Abu Dhabi Chico selalu maen kesana, dia kesepian tanpamu nak."

"Oo …." Imel bergumam.

"Tak apa sayang, sebentar lagi Chico pulang untuk makan siang bersama,kita mamah sudah menyiapkan makanan kesukaanmu."

" Terimakasih Mamahku yang cantik, makanan untuk Chico ada kan mah." Tanya Imel.

"Ada, baru kemarin mamah belikan."

"Chico!"

Imel rupanya terlalu kangen kepada kucingnya, ia memanggil dari halaman rumah dengan suara sedikit keras, dan benar… Chico mendengar panggilan Imel yang sudah tak asing lagi baginya Chico pun berlari menghampiri Imel mengendus-endus mencium kaki Imel sambil mengibaskan ekornya. Imel menggendong dan menciumnya tak henti-henti.

"Chico, kamu sudah besar tambah ganteng, awas jangan pacaran terus ya, kasian oma gada temen kamu tinggal-tinggal terus." Bisik Imel sambil terus memeluk kucing kesayangannya.

"Makanya Imel juga jangan pergi jauh, Mamah sedih sendirian." Aku menyela.

"Sabar Mah, sampai semua cita-cita dan keinginan Mamah terwujud baru Imel pindah kerja disini deket mamah.Bukankah mamah punya cita-cita ingin berangkat haji dulu, kita nanti berangkat sama-sama ya." Imel membujukku, selalu saja begitu.

Seakan aku terperangkap pada dua cinta, sehingga selalu saja mengutamakan kebahagiaan orang-orang yang aku cinta, suamiku dan Imel anakku. Semoga ini menjadi cinta putih yang berlandaskan kepada cinta Illahi.

*****

   Menjelang malam disaat bercengkrama.

"Mah, malam ini kita tidur berdua ya, Imel kangen di peluk mamah."

"Iya sayang nanti Imel boleh tidur di kamar mamah."

"Boneka bantal Imel masih ada kan mah? Kita tidur bertiga sama Clara boneka aku ya mah."

"Iya nak, boleh bawa Clara untuk tahun ini saja ya, mamah berharap tahun depan Imel sudah tidur dengan suamimu, mamah pengen cucu."

"Ah mamah, selalu saja minta cucu, kan ada Chico cucu mamah." Imel menjawab dengan senyuman manisnya.

"Mamah serius nak, jangan bercanda." Aku bicara dengan mimik serius.

"Ingat nak umurmu sudah hampir kepala tiga, jangan sampai terlalu lama sendiri kurang baik bagi wanita."

"Iya mah maaf, Imel mohon doa mamah ya." Diciumnya pipiku penuh kasih.

"Tentu nak, mamah selalu berdoa untuk kebahagiaanmu." Aku menjawab sambil mengelus rambutnya.

"Malam sudah larut, kita istirahat tidur supaya besok bisa bangun pagi, kita akan ke makam Ayah dulu sebelum berangkat berlibur.":

"Baiklah, Imel juga sudah mulai ngantuk." Sahut Imel.

*****

   Malam itu kupandangi wajah putriku, terkenang masa-masa silam sewaktu Imel masih balita.

Imel sering kali menangis bertanya tentang ayahnya. "Mamah,Ayah mana?"

Tak jarang aku berbohong mengatakan ayahnya bekerja di luar negeri. "Imel nanti kalau sudah besar mau keluar negeri nyusul ayah ya mah."

Selalu itu yang dikatakan berulang-ulang. Dan setelah dewasa benar-benar dia meninggalkan aku sendiri.

"Mah, Imel mau kerja di luar negeri ya, biar pengalaman bertambah dan punya uang banyak." Itu yang dikatakannya begitu selesai pendidikan.
Imel memang cerdas dan bercita-cita tinggi. Penuh semangat dalam mengejar cita-cita dan tidak akan bisa dihalangi. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk bekerja di luar negeri.

*****

   Malam terasa panjang Terlintas berbagai kenangan silam, hingga mataku sulit terpejam, walau akhirnya tertidur juga di ujung lelah. Dan kesokannya ….

"Sayang bangun lah, kita terlambat sholat subuhnya." Bisikku pada Melati, disertai usapan lembut menyentuh pipinya.

"hmm, iya Mah." Imel terbangun menggeliatkan tubuhnya yg sintal.

"Cepat sayang Mamah tugu kita sholat berjamaah."

Dengan tergesa Imel berwudhu lalu berdiri bersebelahan denganku. Melakukan kewajiban sholat subuh berjamaah hingga tuntas, dengan rangkaian doa yang selalu di panjatkan di setiap waktu.

"Udara pagi sehat sayang, ada baiknya kita berjalan jalan pagi dulu sebelum ke makam ayah."

"Ok mah, boleh." Melati terlihat bahagia, wajahnya segar ceria.

"Imel juga kangen sudah setahun pergi, mau lihat-lihat sepertinya sudah banyak yang berubah ya Mah." Melati bertanya sambil mengganti baju tidur dengan pakaian olahraganya.

*****

   Berjalan perlahan-lahan menikmati suasana pagi yang sejuk adalah kenikmatan tersendiri.

"Mah, jadi ke makam Papah?" Melati bertanya sambil menunjuk pemakaman yang tak jauh dari jalan yg sedang dilalui.

"jadilah, Papah juga pasti sudah kangen kamu, sebentar lagi kita selesaikan jalan paginya ya."

"Ok mah, nanti kita siap-siap berangkat ke pemakaman sepulang dari sini ya mah, Imel juga sudah kangen Papah."

"Iya sayang, kita akan selalu kangen, sampe suatu hari kita bisa berkumpul di dalam SurgaNya."

"Aamiin ya Allah." Melati mengaminkan.

Begitulah caraku memupuk cinta kasih putih tak ingin menodainya, kujaga selalu amanah suamiku dengan menjaga buah kasih cinta kami, Melati. Semoga kelak menjadi wanita solehah dambaan orang tua. Tak ada kebahagiaan yang bisa melebihi selain mempunyai anak yang solehah sebagai karunia terindah. Kupanjatkan syukur yang tiada henti atas karuniaNya. Memang di dunia tak ada kebahagiaan sempurna. Walaupun suamiku kini tiada tapi Allah mengganti dengan kebahagiaan bersama Melati gadis cantik baik budi kebanggaanku. Alhamdulillah.

--------------------------TAMAT------------------------


#Cerpen
MELATI
Karya : Tati Kartini
Jakarta, 12 Desember 2019









Tidak ada komentar:

Posting Komentar