RUANG PEKERJA SENI ADALAH GROUP DI JEJARING SOSIAL FACEBOOK, BERTUJUAN…MENGEPAKKAN SAYAP – SAYAP PERSAHABATAN…MELAHIRKAN KEPEDULIAN ANTAR SESAMA…MEMBANGUN SILATURAHMI/TALI ASIH…SAHABAT LEBIH INDAH DARIPADA MIMPI.

Kamis, 20 Mei 2021

Cerpen - SURGA DI TELAPAK KAKI IBU Karya : Siamir Marulafau




   "MEMANG nasi sudah jadi bubur", kata seorang petualang di saat aku menjumpainya di persimpangan jalan dan kebetulan di sana ada sebuah warung kopi beristirahat sejenak.Anak zaman sekarang nampak-nampaknya sudah sangat jauh berbeda bila dibanding dengan anak zaman dahulu, mengapa kita sampai berkata demikian? Karena perkembangan zaman ke zaman semakin canggih dan kehidupan manusia serba tak teratur.Manusia kebanyakan merasa egois dan tak perduli dengan orang lain bahkan seorang anak pun tak perduli dengan orang tuanya.Bayangkanlah itu, kita sangat prihatin dan untuk ini memang kesabaran dalam mendidik anaklah yang lebih utama.

"Tuturanmu, benar,Mir tapi kita tidak boleh putus asa dalam mendidik anak-anak pada zaman sekarang ini karena sangat berbeda dengan zaman orang tua kita pada masa yang lalu."

"Iya, setuju apa yang kamu katakan, tapi makan hati kita sebagai orang tua
terhadap anak-anak kita sekarang. Tapi harus tahu kamu Joni bahwa kerap kali anak-anak melawan sama orang tua mereka sekarang dan tak jauh-jauh anak tetanggaku yang namanya Eko Saputra selalu melawan pada orang tuanya dan terlebih-lebih pada Ibunya.Kadang aku dengar sering ada pertengkaran di rumah mereka.Aku tak habis pikir bagaimana Pak.Agus itu mendidik anak-anaknya padahal dia seorang guru SMP di kampungku.Anaknya sangat bandel dan tidak mau dinasehati,entah apa yang membuat anak itu hilang kendali."

"Mir, tak usah heran kamu,anak zaman sekarang adalah anak main"

"Ada-ada saja kamu ini, Joni.Itu kan tergatung pada yang mendidiknya"

"Iya, tapi anaknya kan tetap bandel juga.Jadi mau apa itu jadinya anak nanti?"

" Tak tahu apa lagi yang kutakan, Joni.Pokoknya, pendidikanlah sebagai solusi satu-satunya mengubah watak dan perilaku anak itu.Tapi yang paling membuat aku kecewa sebagai tetangga,ya aku sempat dengar Eko,anaknya Pak.Agus itu sempat memaki Ibunya sewaktu Bapaknya tak berada di rumah dan entah apa masalahnya fan aku pun tak tahu.Aku pada waktu itu terus mendatangi mereka dan kutariklah tangan Eko kemudian kubawa ke rumahku dan kunasehati.Aku pun sangat geram melihatnya.Kalau tak pikir-pikir anak tetanggaku, aku sudah kutampar pipinya tapi aku juga menahan emosiku.Aku katakan padanya, Eko Saputra, sadarkah kamu apa yang kamu katakan pada Ibumu, itu sudah luar bisa dan kamu akan menjadi anak yang durhaka karena kamu melawan sama orang tua."

"Setelah kunasehati dia, ternyata dia juga nampaknya berubah seketika. Tapi ya namanya anak dalam masa pancaroba masih belum mantap pikirannya untuk mengubah segalanya. Yang paling jengkel dan membuat aku marah sewaktu dia berkelahi dengan salah seorang anak tetangga kami karena dia melempar kepala Udin dengan batu sehingga kepala anak itu berdarah dan tentu saja orang tuanya keberatan.Lantas Ekonya bakal di adukan ke polisis tapi untung kami mencari jalan tengah supaya Eko jangan sampai dibawa ke kantor polisi.Orang tuanya terpaksa mebayar denda sebesar Rp 2.000.000,-(dua juta rupiah) untuk pengobatan anak itu.Ibu Eko sangat marah kepada anaknya dan Eko pun melawan juga sama Ibunya membuat Ibunya sedih dan menangis seketika.Tiga jam kemudian, kupanggilah Eko,anak tetanggaku.Walaupun aku bukan orang tuanya tapi karena anak tetangga,aku juga tak sampai hati membiarkan dia begitu karena Bapaknya sangat baik kepadaku sebagai sahabat dan teman bermain golf di Helvetia.Apa kukatakan pada Eko,"Eko, sudah beberpa kali kau melawan sama Ibumu, ya Ko,itu kan tak baik dan kamu akan durhaka.Kamu harus tahu bahwa surga anak itu di telapak kaki Ibu."Kalau kamu tak percaya, tanyalah pada Udstaz Rahim Gea. Dia selalu memberikan ceramah tentang anak-anak yang durhaka kepada orang tua."Eko,pada zaman dulu ada seorang anak yang durhaka karena selalu melawan orang tua, dan langsung Orang tuanya berdoa kepada Tuhan dan akibatnya anaknya itu menjadi batu dan salah satu diantarnya adalah Maling Kundang".

"jadi, setelah dinasehati, bagaimana Ekonya, pak.Amir?"

"Menangis,dia janji tak akan mengulanginya lagi."Tapi namanya,anak masih ingusan, ya kita selalu memberikan perhatian kepadanya dan apalagi orang tuanya, iakan,Joni?"
|
"Betul. sepakat. Tapi maklum sajalah anak-anak zaman sekarang."

"Tahu kamu Mir, anak-anak tetanggaku pun nakal-nakal dan suka mencuri jambu dan keluyuran pada malam hari. Orang tua mereka juga susah dengan prilaku anak-anak mereka karena anak-anak ini semua tak bisa dibilangi dan mau mencari kemenangan mereka sendiri."

"Itulah model anak zaman sekarang,Joni. Aku sempat dengar Eko ini juga suka main balap liar dan ngebut-ngebut bila naik Honda.Dia kan pernah di opname di RS Umum karena jatuh dari kereta,dan orang tuanya juga yang susah, kan?"

"Wah, kalau anak-anakku,pak.Amir kan tak bubiarkan ngebut-ngebut karena itu sangat berbahaya. Kalau sempat nabrak anak orang, baimana jadinya? Kita kan report maka kita selalu waspada dan betul-betul cermat dalam mendidik anak supaya mereka terarah.Bila begitu, masa depan mereka akan cerah dan jangan sempat seperti anak tetanggaku pada dua tahun yang silam meninggal akibat kecelakaan."

"Oh!, menyedihkan sekali Joni,baiklah sudah hampir pukul 2.30, kita berpisah dulu karena ada urusan yang penting dikerjakan.Selamat sore."

End

#Cerpen :
SURGA DI TELAPAK KAKI IBU
Oleh : Siamir Marulafau
sm/03122013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar