RUANG PEKERJA SENI ADALAH GROUP DI JEJARING SOSIAL FACEBOOK, BERTUJUAN…MENGEPAKKAN SAYAP – SAYAP PERSAHABATAN…MELAHIRKAN KEPEDULIAN ANTAR SESAMA…MEMBANGUN SILATURAHMI/TALI ASIH…SAHABAT LEBIH INDAH DARIPADA MIMPI.

Kamis, 20 Mei 2021

Cerpen : AMBISI SEORANG JANDA Karya : Siamir Marulafau



   HELENA nama asli berdarah Indonesia dengan paras cantik menawan,baik budi dan tak pernah arogan walaupun dia dilahirkan dari keluarga yang serba ada.Dikatakan, Helena bukanlah anak gadis yang serba kekurangan dalam keluarganya dia seorang mahasiswi pada jurusan Enomusikologi di salah satu perguruan tinggi di kota saya.Aku tak habis pikir menceritakan kisah hidupnya dengan seorang dosen di perguruan tinggi negeri yang ada di kota Medan pada salah seorang teman saya bernama Eddy Murya.


Pada pagi hari yang kabut di mana sinar mentari redup,cahaya tak benderang berderinglah selularku yang kebetulan aku letakkan di atas meja tulisku dan terpaksa aku harus mengangkatnya dan begitu aku terkejut dengan panggilan temanku Eddy Murya.Kami selalu bercakap-cakap dan kadang curhat pada setiap malam minggunya.Tapi, entah mengapa pagi itu,Eddy mengajakku ke pantai cermin untuk menyantap ikan bakar dan kebetulan pada waktu hari Minggu sekitar jam 9.30 pagi.Aku pun tak bisa menolaknya."Yuk,pigi yuk,ke pantai".Dia serius mengajakku dan aku pun bergegas mengambil mobilku dan datang ke rumanya untuk menjemputnya.

Setelah tiba kami di pantai cermin dan menikmati ikan bakar, cerita demi cerita terseliplah dalam benakku apa yang pernah aku dengar kisah cinta antara dua pasang makhluk Tuhan di muka bumi ini dan memang kisah yang sangat menyedihkan dan menyayat hati karena ternyata Helena adalah juga teman saya di waktu SMU di kota Medan. Mendengar cakapku ini, Eddy rupanya mulai tertarik dengan apa yang kuomongkan sambil menyelam minum air dengan pandangan ke hamparan lautan pantai cermin Deli Serdang Sumatera Utara.Sambil makan-makan,aku pun mulai buka cerita pada temanku,Eddy dan dia pun cukup serius mendengarkannya.Dengan catatan bahwa kuceritakan ini bukanlah karena aku seorang yang ahli cakap dan bercerita, bukan, bukan sama sekali tapi karena rasa prihatin mendengar kisah pasangan hamba Allah yang sangat mengharukan hati.

Setelah makan siang bersama dengan suara yang nyaring,Eddy bertanya,"Apa sebenarnya tentang Helena yang kamu singgung tadi ketika kita sedang di perjalanan menuju ke mari,Jul?"Oh,ceritanya aneh tapi nyata pada masa sekarang ini,biasa namanya cerita.Aku sangat prihatinlah Eddy, rupanya teman sekolahku dulu namanya Helena yang menikah dengan seorang dosen pada jurusan sastra Inggris, yaitu Bapak Syaifuddin namanya. Mereka sangat bahagia dan dikaruniai 2 orang anak.Anak-anak mereka cantik-cantik.Nampaknya,Ibu Helena semakin cantik juga selama mempersuamikan Pak,Syaifuddin, ya namanya istri seorang dosen dan tentu saja kantongnya berisi apalagi PNS.

"Oh, iya jelas donk,Eddy.Kalau kita ini, apalah,sudah cukup dikatakan pas-pasan Senin Kamis, iakan?"

"Betul, makanya kita pun harus giat belajar supaya kita kayak Pak.Syaifuddin."

"Tapi Eddy, yang membuat aku sedih adalah peritiwa kecelakaan maut di jalan Tol Balmahera sekitar dua tahun setelah aku tamat di USU.Kecelakaan itu membawa ketidakberuntungan bagi Ibu Helena karena suaminya menghembuskan napas terakhir yang sangat memilukan hati dan aku pun pada masa itu sangat sedih sehingga air mataku tak terbendung mengingat bagaimana nasib Ibu Helena dan kedua anak-anak mereka yang masih kecil-kecil."

"Jadi, bagaimana selanjut,Jul"? Eddy bertanya padaku

"Itulah, setahun kemudian Ibu Helena menikah lagi dengan seorang duda yang
bekerja sebagai pedagang dan sangat kaya di kota Medan,iya namanya saja pedagang serba cukup malah lebih dari itu pun dia bisa beli,Eddy."

"Oh, begitu dan bagaimana dengan anak-anak mereka?"

"Ala, kalau sudah kepingin meranjang, apapun yang terjadi karena bunganya lagi bersemi di taman firdaus. Ya, anaknya terpaksa dititipkan kepada neneknya yang kebetulan Ibunya, Bu Helena masih hidup tapi usianya sudah tua dan dia lah yang merawat anak-anak itu.Tapi yang membuat aku sedih sekali,Eddy, yaitu Ibu Helena tega betul dia meninggalkan anak-anaknya.Aku tak habis pikir, kok senang bangat dia sama Pak.Ahmad, pedagang itu,ya.Pak .Ahmad itu sangat kejam dan sering memukulnya karena selalu mereka bertengkar gara-gara pak.Ahmad main-main perempuan dan selingkuh pada anak gadis orang.Jadi, Ibu Helena pun tak merasa bahagia."

"Sialan, keparat, itu orang sudah tua pun masih selingkuh dan suka main perempuan.Siapa yang tak geram."

"Eddy memang betul katamu, tapi namanya orang kaya, banyak uang dan apa saja bisa di buat.

"Jadi,bagaimana dengan anak-anak yang dua itu, Eddy?"

"Wah,itulah yang menyedihkan sekali karena setahun setelah diitipkan anak-anak itu pada nenek mereka,nenekpun meninggal dunia dan untung ada seorang yang dermawan dan kebetulan tak punya anak tapi mereka sangat kaya. Mereka membawa kedua anak-anak ini ke rumah karena keduanya sedang mengemis di pinggir jalan.Pak.Karim dan istrinya ini tak sampai hati melihat anak-anak ini. Beberapa tahun kemudian anak-anak ini disekolahkan oleh Pak Karim sehingga anak-anak ini berhasil menanamatkan studi mereka di salah satu perguruan tinggi Negeri di kota Medan.Ternyata anak yang sulung bernama Irsan menamatkan studinya pada jurusam Ekonomi Manajemen dan bekerja di salah satu perusahaan besar sebagai asisten Manager Keuangan, menikah dengan seorang gadis cantik belia dengan satu orang anak.Sedangkan adiknya Irsan, Siti Hajar menamatkan studinya pada jurusan Keperawatan Masyarakat dan menikah dengan seorang dokter ahli bedah dan mereka sangat bahagia.Aku pun senang atas perhatian Pak Karim pada kedua anak-anak itu sampai berhasil. hmmm....Jul, bagiamana dengan Ibu mereka yang menikah dengan saudagar itu?"

"Aku bilang,memang dasar ambisi,iya siapa yang tak prihatin sebelum anak-anak ini berumah tangga Ibu Helena bercerai dengan pak.Ahmad dan dia pun kawin dengan seorang gadis Ambon yang agak lumayan cantiknya."

"Ibu Helena, gimana ?"

"Iya, dia tinggal menjanda lagi, dan hidupnya luntang lantung ke sana sini. Dia sering-sering ke rumah kami dan tetanggaku untuk meminta sesuap nasi. Kalau tidak, siapa yang memberikan dia makan?"

"Tapi dia punya anak-anak,Jul. Mengapa dia tak tinggal di rumah anaknya
yang sulung itu?"

"Eddy, mungkin dia malu dengan pak.Karim meskipun anak kandungnya itu tapi dari sisi kemanusiaan, ya apa boleh buat, "siapa yang menanam, dia lah yang memetik" bak kata pepatah mengatakan, iakan Eddy?"

"Betul, tapi kasihan donk sama janda tua itu,tapi aku rasa anaknya,Irsan juga tak sampai hati melihat ibunya dengan keadaan seperti itu."

"Oh,ialah, masa dibiarkan begitu saja, ya namanya anak dengan ibu kandung
tak bisa dipisahkan bagaikan air tak dapat dibelah dan biarpun kita belah-belah tapi selalu bersatu, iakan Eddy?"

"Iya, jelas donk. Itu makanya kalau status janda di kampung kami agak berat bagi mereka menikah lagi bila almarhum suami mereka meninggalkan anak kepada
mereka dan banyak mereka tak mau menikah lagi.Tapi ini tergantung juga pada pribadi janda-janda itu karena semua orang tak sama prinsipnya, Jul."

"Betul,Eddy. Memang semua apa yang kita lakukan akan ada resikonya, iakan?Tapi sudahlah memang nasi sukar menjadi bubur kembali begitulah nasib Ibu Helena yang agaknya sulit bergabung dengan anak-anaknya."

End

#Cerpen
AMBISI SEORANG JANDA
Oleh : Siamir Marulafau
sm/03122013


Tidak ada komentar:

Posting Komentar