RUANG PEKERJA SENI ADALAH GROUP DI JEJARING SOSIAL FACEBOOK, BERTUJUAN…MENGEPAKKAN SAYAP – SAYAP PERSAHABATAN…MELAHIRKAN KEPEDULIAN ANTAR SESAMA…MEMBANGUN SILATURAHMI/TALI ASIH…SAHABAT LEBIH INDAH DARIPADA MIMPI.

Kamis, 20 Mei 2021

Cerpen : CEMBURU - Tati Kartini


 

   MALAM itu ayah Anna pulang tugas negara, sebagai anggota TNI pak Wandi sudah biasa mendapat tugas luar untuk waktu yang cukup lama. Sejak Anna mulai balita bu Eni isteri dari pak Wandi memilih tetap di Ciamis Jawa Barat tidak ikut mendampingi bila pak Wandi mendapat tugas di luar daerah, karena Anna sudah mulai bersekolah di taman kanak-kanak. Bu Eni tak ingin Anna nantinya selalu ber pindah pindah sekolah.

Sampai pada suatu hari ayah Anna kembali dari tugasnya. Kala itu hari menjelang senja. Anna yang tengah tertidur di sofa terkejut mendengar keributan di dalam kamar tidur ibunya.

"Bagus ya ...suami tugas kamu enak-enakan ngobrol sama pria lain!" Pak wandi membentak bu Eni dengan suara yang sangat keras.

"Dengar dulu penjelasan ku pah… " Suara bu Eni sambil terisak menangis.

"Tak perlu!, sudah jelas kulihat dengan mataku sendiri, kau pikir bagus tak ada suami menerima tamu Laki-laki?"

Praaannggg! Terdengar seperti ada benda yang di lempar kan. Anna sangat terkejut, menangis tertahan. Tak berapa lama kemudian, pak wandi menghampiri Anna.

"Nak… papah pergi dulu ya ...nanti papah kembali lagi untuk menjemput mu." Bisik pak Wandi sambil memeluk Anna.

Terdengar isak tangis bu Eni semakin keras., "Pah, jangan pergi dengar penjelasan ku pah."

Pak wandi berjalan tergesa menuju pintu tanpa menghiraukan panggilan istrinya. Anna hanya bisa menatap tanpa sepatah kata, air matanya mulai berjatuhan mengalir deras di pipinya. Bukan baru sekali ini Anna melihat keributan kedua orang tuanya. Bu Eni menghambur keluar dari kamar tidur hendak menyusul pak wandi, demi dilihatnya Anna yg berurai air mata dengan isakan perlahan bu Eni berbalik menuju sofa di mana Anna tergolek menangis.

"Cup sayang ... jangan menangis papah gak marah sebentar lagi pasti pulang." Bu Eni membujuk Anna yang masih saja terisak, dipeluknya Anna dalam dekapan erat.

*****

   Hari berganti minggu pak Wandi belum juga kembali Anna merasakan kerinduan yang sangat, Anna memang sangat dekat dengan ayahnya.

"Mah, kenapa ayah belum pulang juga ya? Anna kangen ayah mah.” Anna bertanya kepada ibunya.

"Sabar sayang besok ayah pasti pulang kalau tugasnya sudah selesai." Bu Eni tersenyum menghibur Anna dengan jawaban nya.

Anna hanya terdiam berusaha memahami. Hingga 3 bulan kemudian, di syatu hari….

"Ayah! ... Mah lihat ayah pulang." Teriak Anna dengan kegembiraan yang puncak, sambil terus menghambur kepelukan ayahnya.

"Ayah pulang jemput Anna, mau kan Anna ikut ayah?" Pak Wandi bertanya sambil mengangkat tubuh mungil putrinya, kemudian di gendongnya dengan penuh kasih sambil tak henti-henti mencium pipi Anna.

"Anna kan sekolah Yah, nanti bu guru marah kalau Anna tak masuk sekolah."

Anna menjawab dengan manjanya, membuat bertambah gemas hati pak Wandi. "Iya, Anna kan sudah sekolah pah."

Bu Enipun menimpal bicara. "Mah kita ikut ayah aja yuuk, Anna pengen selalu ada ayah di rumah, Anna sedih kalau ayah jauh."

Anna merajuk kepada ibunya. "Ikutlah denganku Mah, Anna bisa pindah sekolah disana, atau kau lebih senang jauh denganku ya?"

Pak Wandi mulai emosi, sulit bagi seorang suami melupakan kejadian saat menyaksikan istri bicara akrab dengan lelaki yang tidak di kenalnya. Menyadari rasa cemburu pak Wandi yang masih belum reda, bu Eni cuma bisa diam takut salah bicara.

"Aku pulang hanya untuk satu malam cepatlah berkemas kalau kau akan ikut aku." Pak Wandi bicara dengan nada mengancam.

"Baiklah kalau itu sudah jadi keputusanmu, kita pamit dulu pada ibuku nanti sore selesai berkemas." Bu Eni luluh hatinya melihat Anna yang benar-benar terlihat rindu tak mau berpisah dengan ayahnya.

*****

   Sore hari selepas shalat asyar mereka berjalan ke rumah neneknya Anna yang tak seberapa jauh jaraknya dengan rumah pak Wandi.

"Assalamu'alaikum …" Pak wandi mengucapkan salam seraya mengetuk pintu.

Terdengar sahutan dari dalam rumah.

"Wa'alaikumus salam warohmatullohi wabarokatuh, silahkan masuk nak." Ujar neneknya Anna seraya merengkuh Anna kedalam pelukannya.

"Cucu nenek semakin cantik saja, nenek jadi gemas." Ujar neneknya Anna sambil tak henti mencium pipi Anna bertubi-tubi.

"Kapan tiba kau Wandi, lama ibu tak melihatmu." Ujar neneknya Anna kepada pak Wandi.

"Iya bu, tugas sudah tak mungkin untuk ditinggalkan, beberapa bulan ini saya tak bisa pulang kecuali izin cuti, karena itulah saya bermaksud untuk berpamitan membawa pindah Eni dan Anna bu."

"Ya Tuhan, bagaimana nenek bisa jauh dari Anna?" Nenek bicara dengan lirih sambil memeluk Anna lebih erat lagi.

"Jangan khawatir Buu, nanti kami akan selalu menengok Ibu." Pak Wandi menghibur nenek yang nampak sangat bersedih akan berpisah dengan Anna.

"Baiklah kalau sudah jadi keputusanmu Wandi, Eni dan Anna memang tanggung jawabmu, ibu hanya ingin menyampaikan pesan, jagalah mereka dengan kasih dan sayang jangan kau kecewakan kami. Ingatlah janjimu pada waktu kau melamar Eni untuk menjadi istrimu, kau berjanji akan menjaga dan menyayangi Eni." Dengan suara terbata-bata neneknya Anna berkata menahan kesedihan yang mendalam, harus berpisah dengan orang-orang yang sangat disayanginya.

"Jangan khawatirkan bu, percayalah saya akan menyayanginya."

"Begitu sudah seharusnya nak, rukun-rukunlah selalu, kalau ada masalah selesaikan dengan kepala dingin, jangan cepat emosi.Cemburu itu bagus pertanda adanya cinta, tapi cemburu buta bisa membuat celaka."

"Baik bu akan saya ingat semua nasehat ibu." Pak Wandi menjawab sambil menundukan kepala.

"Pada waktu kamu berangkat tugas yang lalu kamu marah sampai lupa pamitan pada ibu, seharusnya kamu bertanya dulu. Pemuda yang bersama istrimu itu keponakan Eni yang tinggal di Sumatra dia sedang mengikuti tes untuk masuk di AKABRI, kamu tak mengenalinya ya? Dia sudah besar sekarang, badannya kekar."

"Iya bu saya mohon maaf, Eni sudah menjelaskanya tadi bu."

Mendengar pembicaraan nenek dan ayah ibunya Anna serasa di nina bobokan, ia tertidur pulas di pelukan neneknya.

"Lihat anakmu, tak baik untuk jiwanya bila sering mendengarkan keributan ayah ibunya."

Nenek melanjutkan petuahnya. "Kalau ada masalah selesaikan baik-baik berdua jangan di hadapan anak, kasian kalau terluka jiwanya akan terbawa sampe dewasa.Tertanam dalam memorynya. Banyak-banyaklah berdoa untuk kebaikan anakmu, doa orang tua sangat makbul, terutama kau Eni sebagai ibunya."

Eni yang sejak tadi diampun menjawab, "Terimakasih ibu atas wejangannya, aku akan berusaha sekuat tenaga mendidik Anna agar jadi wanita salehah yang berpendidikan dan taat ajaran agama, sebagaimana ibu dulu mendidikku.Aku juga mohon doa ibu untuk kebaikan keluargaku bu."

Dengan mata yang ber kaca-kaca nenek mengarahkan pandanganya pada anaknya kemudian bicara. "Sudah pasti Eni ibu mendoakan untuk kebahagiaanmu, dunia dan akhiratmu.Begitupun kamu Eni berdoalah selalu untuk Anna. Hanya doa anak yang saleh yang kelak sampai pada kita dialam sana."

Tak terasa hari sudah senja, Anna yang tertidur menggeliatkan badanya dan merengek manja. "Mah… aku mau susu."

Neneknya Annaa mendudukan cucunya di kursi sambil bangkit iapun berkata. "Nenek buatkan susu untuk mu ya Anna?"

Serentak Eni menjawab "Tak usah bu, sudah hampir maghrib kita pamit saja."

Anna kembali merengek "Ah … mamah Anna mau susu."

Bu Eni menghampiri Anna dan berkata " Ssttt ...Anna jangan cerewet kasian nenek, Anna minum susu di rumah saja ya."

Annapun mengangguk

"Ayo, sekarang Anna salam pada nenek." Bu Eni membimbing tangan Anna mendekati nenek.

Merekapun berpamitan pada nenek sambil berpelukan, seakan berat untuk berpisah.

"Jaga dan sayangilah Eni dan Anna ya… " Nenek mengulangi pesannya pada pak Wandi.

"Baik bu, mohon doanya." Ujar pak Wandi pendek.

*****

   Bertepatan adzan maghrib merekapun sampai di rumah.

"Lekas berwudu Mah kita sholat berjamaah." Ucap pak Wandi kepada istrinya, sambil menyusun sajadah.

"Ya Pah sebentar lagi, Mamah sedang membuatkan susu untuk Anna."
Ditaruhnya susu Anna di meja makan.

"Anna ayuk wudu dulu, sambil menunggu susumu dingin kita solat berjamaah dengan ayah."

*****

   Mereka shalat berjemaah dengan sangat khusyu, di lanjutkan dengan berdoa. Pak Wandi memanjatkan doa untuk kebahagiaan di dunia dan di akhirat bagi keluarganya.

"Robbana attina fii dunya khasanah wafil akhiroti hasanata waqina adzabannar."

Serentak Anna dan ibunya meng aamiinkan. "Aamiin … "

Selesailah rangkaian solat berjamaahnya, Anna kembali teringat susunya.

"Mah susu Anna mana? Anna bertanya pada ibunya.

Bu Eni menjawab sambil menuntun Anna ke meja makan. "Ini susu Anna, kita sebaiknya makan malam dulu, Ayah sudah menghampiri, kita akan makan malam bersama-sama."

Bu Eni kembali membujuk Anna agar mau makan sebelum minum susunya.

"iya bu Anna juga sudah lapar." Anna merengek manja sambil melirik ayam goreng kesukaanya.

"Anna mau sama ayam goreng Mah."

Bu Eni menaruh ayam goreng ke piring makan Anna. Dan tak lupa mengisi piring makan pak Wandi seraya bertanya. "Cukup secentong nasinya Pah?"

Pak Wandi mengambil nasi dari tangan istrinya. "Cukup Mah, terimakasih."

Tanpa banyak bicara mereka menyantap dan menyelesaikan makan malamnya.

"Mah Papah harap kamu ikhlas menemaniku bertugas, Aku sekarang sudah tidak di mess lagi sudah mendapat rumah asrama dan di perbolehkan menempati bersama keluarga,semoga kamu betah kita bisa berkumpul bahagia bersama-sama tanpa ada kecurigaan lagi." Pak Wandi kembali membuka pembicaraan sambil meraih sajian hidangan penutup.

"Terimakasih Pah, saya akan selalu patuh kepadamu, bukankah suami adalah pintu syurganya istri?Itu yang diajarkan ibuku, ibu dan almarhum ayah mereka sangat rukun, saling menghormati dan kami sangat bahagia, aku ingin seperti mereka. Berharap kelak Anna pun mendapat contoh dan suri tauladan dari kita sebagai orang tuanya."

Pak Wandi sangat puas mendapat jawaban dari istrinya, di ulurkanya tanganya sambil berbisik mesra. "Tolong maafkan Papah ya Mah, papah selalu saja marah kepadamu, papah cemburu karena sangat mencintaimu, takut kehilanganmu."

Dengan tersipu bu Eni menjawab. "Tanpa diminta pun aku sudah memaafkanmu, saya paham Papah cemburu dan tak sanggup hidup terpisah makanya Mamah bersedia ikut pindah denganmu, kita pasti lebih bahagia kalau selalu bersama-sama."

Malam itu mereka berbincang-bincang penuh kemesraan. Membayangkan kebahagiaan yang akan di lalui, bersama-sama membesarkan buah hatinya hingga kelak Anna dewasa menjadi wanita shalehah

-----------------------------TAMAT----------------------------


#Cerpen
Judul : CEMBURU
Karya: Tati Kartini
Jakarta,13 Desember 2019

TATI KARTINI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar